15. MALAIKAT DAN BIDADARINYA SURGA KU

51 2 0
                                    

(AUTHOR)

"Ayah, Ibu" Seru Ali seraya berjalan cepat bersama Zoura yang berada disampingnya, menghampiri Ayah dan Ibu yang melangkah dengan penuh kebahagiaan.

Sesampainya mereka saling menghampiri, lantas mereka pun saling berpelukan satu sama lain, "Aku merindukan malaikat dan bidadarinya surga ku" Ujar Zoura hangat. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Ayah, Ibu" Sambung Zoura menyapa.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh" Sahut Ayah dan Ibu serentak.

"Bagaimana kabar Ayah dan Ibu?" Tanya Ali lanjut.

"Alhamdulillah, kami sehat nak. Lantas bagaimana dengan kalian?" Tanya Ayah seusai menjawab.

"Syukurlah, Alhamdulillah Ali dan Zoura juga sehat"

"Alhamdulillah. Ya sudah, ayo kita pulang. Ibu sudah memasak makanan favorit kalian"

"Benar Bu?"

"Iya..."

"Asyik. Ayo Ayah, Ibu kita pulang" Akhir Zoura.

Berlalulah mereka melangkahkan kaki bersama, meninggalkan kubin demi kubin bandara Palembang yang hari itu tampak ramai. Ada yang melepas kepergian, ada pula yang tengah menyambut kedatangan. Ya... Di bandara maupun di stasiun tentu saja akan terlukis kisah seperti itu.

**********

"Kenapa kamu tampak kurus Ali?" Tanya Ibu diatas meja makan, saat setelah satu jam mereka tiba dirumah. Ali yang mendengarnya, hanya tampak menyunggingkan senyumnya.

"Ibu, Ali adalah seorang Bapak dari 400 lebih anak santri. Ali tidak akan egois hanya mementingkan diri Ali sendiri. Sekalipun Ali makannya teratur, tentu saja berat badan Ali akan turun. Ya... Karena terlalu banyak olahraga mengajar anak-anak" Jawab Ali. Ibu dan Ayah lantas tertawa mendengarnya.

"Ya sudah, di Palembang kamu harus perbaikan gizi ya" Ujar Ayah menimpal membuat Zoura terkekeh.

Malam pun tanpa terasa menjelang sudah, Ali yang tengah duduk sendirian diteras rumah tampak sedang menikmati hangatnya secangkir teh bersama dengan terpahan angin Palembang yang lumayan sejuk bulan ini.

Krring... Tiba-tiba saja telepon Ali berbunyi, menandakan sebuah telepon masuk ke salurannya. Telepon itu nyatanya dari Athaya, Ali pun berlalu mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" Sapa Ali mengawali.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh" Sahut Athaya damai. "Ali, apa benar kamu telah pergi ke Palembang bersama Zoura tadi pagi?" Tanya Athaya lanjut.

"Iya Athaya, aku sudah meneleponmu beberapa kali kemarin sore, tapi kamu tidak kunjung mengangkatnya" Jawab Ali. Pantas saja kemarin di Mall saat bersama Zoura Ali terus-terusan melirik ponselnya, ternyata ini alasannya. Ali tengah menunggu Athaya balik menghubunginya.

"Benarkah?" Kaget Athaya, sejenak terdiam. "Ah... Iya, aku baru ingat. Seharian kemarin ponsel ku aku matikan" Ujar Athaya kembali, sesaat teringat.

"Oh begitu"

"Iya Ali. Maaf... Aku tahu kalian pergi ke Palembang, saat Nimas memberikan surat izin Zoura kepada ku tadi pagi"

"Iya, tidak apa Athaya. Jadi bagaimana? Jangan terlalu terburu-burulah, yang terpenting kamu siap saja dulu"

"Selama berapa hari kamu disana Ali?"

"InsaAllah minggu depan kami akan kembali ke Jakarta Athaya"

"Ya sudah, nanti aku kabarkan jika sudah pasti aku dan Ayah akan berangkat ke Palembang"

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang