20. DUNIA KU HANYA ALLAH

52 3 0
                                    

(ZOURA)

Tiga hari tanpa terasa berlalu sudah, Hendry kembali datang bersama kedua orang tuanya ke rumah Ayah dan Ibu ku. Ayah dan Ibu menyambut mereka dengan hangat seperti biasa, sedangkan aku kembali terdiam membisu dengan senyuman manis sebagai topeng diwajah ku. Aku lihat sungguh tampak tidak sabar Hendry mendengar jawaban dari ku, aku pun sejenak menghela nafas ku.

"Bismillahirohmanirohim, maaf... Aku menolak pinangan mu Hendry" Tegas ku terucapkan.

Ku lihat semburan kekecewaan jelas terlukis diwajah Hendry. Tak hanya ia, Ayah dan Ibu pun tampak termenung mendengarnya. Bersabarlah Ayah, Ibu, nanti akan aku jelaskan alasannya kepada kalian, tutur ku membantin.

Lantas pergilah Hendry meninggalkan rumah Ayah dan Ibu ku, tanpa permisi dengan sopannya. Ya... kini, sudah tiga hal yang aku temukan kesalahannya, dan ketidaksopanannya itulah yang menjadi alasan ketiganya.

"Jadi apa yang menjadi alasan mu nak?" Tanya Ayah saat malam itu kami tengah berkumpul bersama diruang keluarga.

Sejenak ku helakan nafas ku, Kak Ali yang ku tatap tampak menguatkan diriku melalui senyumannya. "Ayah, Ibu, ada tiga kesalahan yang aku nilai dari cara beradap Hendry. Kesalahan pertama, telah aku temukan saat ia pertama kali datang ke rumah untuk mengutarakan maksudnya, ya... Tentang caranya memandangi ku. Setahu ku, seorang pria hanya berhak melihat wajah dan telapak tangan wanita yang hendak dipinangnya, tapi tidak dengan Hendry yang dengan leluasanya menyoroti tubuh ku dari atas kepala hingga ke ujung kaki ku. Aku merasa terhina dengan sikapnya Ibu, Ayah. Lalu kesalahan kedua, dengan bantuan Kak Ali lah aku mengetahuinya. Ku pinta Kak Ali untuk menemui Hendry dan mengajaknya mengobrol ringan bersama. Melalui rekaman Kak Ali, aku mendengar kata-kata kasar dari mulutnya yang seakan sudah tidak keluh lagi mulutnya untuk mengucapkan kata-kata itu, lantas apa masih pantas Ayah, Ibu ku pilih Hendry sebagai calon suami ku? Kemudian alasan terakhir, yang aku temukan saat tadi siang ia hendak meninggalkan rumah kita? Tidak ada rasa sopan santunnya sedikitpun Hendry kepada Ayah dan Ibu sebagai orang tua ku. Apakah Hendry masih layak, aku terima Ayah, Ibu? Tidak kan... Ya... Berdasarkan penilaian itulah aku memutuskan untuk menolak Hendry. Aku sudah memilih langkah yang benar kan Ayah, Ibu?" Tuntas ku menceritakan segala keluh kesah ku kepada Ibu dan Ayah.

Ibu dan Ayah tampak menghela nafasnya secara serentak. Entah apa arti helaan mereka? Tapi yang ku dapati sekarang, Ayah dan Ibu tersenyum lebar kepada ku.

Maafkan aku Ya Allah, karena telah mengumbar aib seorang umat-Mu. Tapi sungguh, aku hanya tidak ingin membuat kesalahapahaman diantara aku dan kedua orang tua. Ya... Hanya itu alasan ku.

********

Tanpa terasa hari minggu pun tiba, aku dan Kak Ali bersama Ibu dan Ayah sudah berada dibandara sekarang. Ya... Hari ini kami akan kembali ke Jakarta, kembali mengais rejeki hanya untuk membahagiakan kedua orang tua kami.

Begitu banyak nasihat yang Ayah dan Ibu lantas berikan kepada kami. Kali ini ku tahan air mata ku, bila menangis, mungkin aku akan dimarahi Ayah dan Ibu.

"Ali sama Zoura pergi ya Ibu, Ayah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh" Ujar Kak Ali.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh" Sahut Ayah dan Ibu bersamaan.

Setelah sama-sama kami mencium penuh kasih dahi Ayah dan Ibu, lantas kami langkahkan dengan tenang langkah kaki kami memasuki pintu keberangkatan. Hems... Sungguh rindu kembali nantinya, bila sudah tiba di Jakarta nanti. Tapi ku percaya, Allah selalu ada menemani ku begitu pula menemani Ayah dan Ibu ku. Sampai bertemu lagi Ayah, Ibu...

**********

Selang beberapa jam kemudian, kami pun akhirnya tiba di Jakarta. Paman Soleh lah yang menjemput kami. Aku diantar terlebih dahulu ke kost-kostan ku, lalu mereka meninggalkan ku setelah ku ambil beberapa oleh-oleh empak-empak yang khusus aku bawakan untuk teman sekantor ku, tetangga ku dan mba Nimas sekeluarga pastinya. Jadi tidak sabar menunggu hari esok, untuk kembali sibuk bekerja, untuk kembali bertemu dengan mba Nimas.

Tapi... Keesokkan harinya, aku dikejutkan dengan berita kepergian Pak Athaya yang dipindahtugaskan ke Turki. Mba Nimas bercerita banyak kepada ku, apa saja yang terjadi setelah aku satu minggu liburan di Palembang. Sungguh aku tidak menyangka, tapi tidak pula aku terlalu muluk-muluk untuk memikirkannya. Astafiruallahalazim, kembali lagi... Aku tak ingin membuat Allah cemburu karena perasaan dosa ku ini.

"Kamu tidak shalat Zoura?" Tanya mba Nimas kepada ku, lantas aku pun beranjak dari duduk ku dan menghampiri telinganya.

"Lagi haid mba" Bisik ku tak ingin sampai orang lain mendengarnya. Tak pantas saja, jikalau harus diumbar-umbar. Mba Nimas yang mengerti pun, akhirnya menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, tunggu mba dikantin saja ya"

"Iya mba" Aku pun sejenak kembali ke kursi kerja ku, membereskan beberapa berkas yang ku susun rapi kembali menjadi sebuah tumpukan, lantas pergi melangkah bersama mba Nimas walaupun dengan arah langkah yang berbeda. Mba Nimas ke Mushola kantor, sedangkan aku ke kantin kantor.

Baru juga seminggu aku tinggalkan, tapi kantin kantor sudah ada menu baru saja disini. Baiklah, aku akan coba memesan menu baru itu, bila enak menurut lidah ku, maka akan menjadi santapan favorit ku nanti. Alhamdulillah...

**********

Menit demi menit pun tanpa terasa berlalu sudah, aku pulang kali ini dijemput oleh Kak Ali bersama mobil Pesantrennya kembali. Kak Ali bercerita kepada ku, kalau ia mendapatkan telepon dari Athaya hari ini, mengabarkan kalau ia sudah kembali ke Turki. Kak Ali bilang, Athaya dipindahtugaskan karena prestasinya dalam meningkatkan profit diperusahaan. Alhamdulillah, itu berarti rejeki dari segala usahanya.

"Zoura..." Panggil Kak Ali sesaat hendak aku langkahkan tangan ku membuka pintu mobil.

"Iya Kak Ali?"

"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Kak Ali.

Entah kenapa Kak Ali mempertanyakan hal itu kepada ku? Apa ini mengenai kepergian Athaya kembali? Aku pun berlalu menghela sejenak nafas ku, kemudian ku centangkan senyum manis ku.

"Kak, aku sungguh hanya mengingat Allah. Hanya ada Allah dihati dan pikiran ku" Tegas ku, Kak Ali pun tampak lega mendengarnya.

Aku memang seorang perempuan Kak, yang hatinya sangat lembut selembut kapas. Tapi karena adanya kepercayaan ku terhadap Allah SWT, sungguh walau hati ku selembut kapas sekalipun, insaAllah ada keteguhan di dalam hati ku. Dunia ku hanya Allah, cinta ku hanya Allah, dan Dihidup ku selamanya hanya ada Allah SWT.

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang