EPILOG

148 4 0
                                    

"Itizar, katakan kepada ku. Apa yang kamu mau nak? Selai cokelat atau kacang?" Tanya Zoura kepada Irtiza, saat mereka duduk bersama dimeja makan rumah Ayah Abi. Terlihat pula, Ali, Ayah dan Ibu disana. Sedangkan Athaya tampak berdiri setelah menerima telepon dari kantornya.

Tapi bukannya jawaban atas pilihannya yang dilontarkan Irtiza, namun ia malah mengucapkan kata, "Bunda" Yang membuat tak hanya Zoura dan Athaya seketika saja tertegun mendengarnya, tapi seluruh orang yang ada disana pula.

Mata Zoura berbinar mendengarnya. Ia pun berlalu mengelus lembut puncak kepala Itizar, "Jadi Irtiza mau panggil Bunda?" Tanya Zoura, Irtiza menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Boleh nak, boleh" Ucap Zoura, lantas berlari lah Irtiza memeluk erat kaki jenjang Abinya, membuat Athaya berlalu menggendong anaknya itu.

"Untuk saya, bagaimana Irtiza?" Tanya Ali, seakan tak ingin kalah.

Sejenak terdiam, Irtiza pun lantas menjawab, "Paman..." Haha... Semua tertawa mendengarnya. Dulu Ali lah yang sering memanggil Paman kepada Paman Soleh, tapi kali ini ia lah yang akhirnya mendapatkan panggilan itu.

Terima kasih untuk semuanya. Apa yang terjadi sudah menciptakan pelajarannya tersendiri. Jangan hanya mengejar kesenangan didunia, tapi kebahagiaan lah yang nyatanya terpenting.

Sudah dijelaskan, semua berhak mencintai, semua berhak saling memiliki rasa. Tapi tolong, ingat Allah diatas segalanya. Ingat pula akhirat, dari pada duniawi. Sesungguhnya, Allah SWT adalak sosok yang teramat baik dan adil. Yang senantiasa akan berbaik hati kepada mu pula, apabila kamu mematuhi-Nya. Ia Allah mu, hanya Ia lah yang mampu menerangi jalan kehidupan mu. Ikhlas dan sabar, itulah kunci yang paling terbaik.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh...

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang