26. AKU MENCINTAIMU, KEKASIH HIJRAH KU

140 2 0
                                    

(ZOURA)

"Duduklah kemari nak" Ajak Ayah kepada ku, aku pun lekas menurutinya. Sungguh kaget dan bingung pula aku melihat keberadaan Pak Athaya, Ayah Abi dan anaknya Pak Athaya, Irtiza. Apa mereka, hanya tengah bertamu untuk bersilaturahmi dengan Ayah dan Ibu?

"Silahkan nak Athaya" Tutur Ayah, kian membuat ku bingung saja. Kembali ku lirik Pak Athaya, yang tampak menghela sejenak nafasnya.

"Bismillahirohmanirohim... Aku mencintaimu karena Allah bilang, kamu mampu memperindah surga ku kelak. Apa boleh aku meminang mu?" Ungkap Pak Athaya.

Sungguh teramat sangat-sangat kaget aku mendengarnya. Ya... Tepat dihari ini Pak Athaya benar-benar mengaturkan niatnya untuk meminang ku. Allahuakbar...

Sejenak ku tatap tulus Ayah dan Ibu yang seketika saja tersenyum menatap ku. Lalu ku lihat pula Kakak ku yang juga tersenyum kepada ku. Betapa aku kembali dilanda kebingungan akan hal ini. Tapi entah kenapa senyum Irtiza yang menatap ku lekat, seketika saja membuat hati ku terhenyu melihatnya?

Pertanyaan dihati ku, bukanlah lagi mengenai... Apakah Pak Athaya pria yang soleh? Apakah Pak Athaya bisa mengajak ku untuk tetap setia berada dijalan Allah? Tapi... Dihati ku malah mempertanyakan, apakah pantas diriku menjadi Ibu dari Irtiza? Membesarkan Irtiza, agar ia menjadi sosok laki-laki yang soleh?

"Jangan terburu-buru, aku tidak akan membuatmu memberikan jawabanmu sekarang. Bila kamu meminta waktu, aku akan memberikannya dan menunggu sampai hatimu benar-benar tulus menjawabnya" Sela Athaya, sukses membuat Ibu dan Ayah ku serta Ayah Abi saling lirik hening.

Aku pun kembali memilih diam ku, seraya ku pandang beku Athaya dan berlalu ku tatap anaknya lagi, Irtiza. Irtiza terus saja tersenyum kepada ku, ia begitu manis hingga tidak tega untuk membuatnya menangis.

"Ada satu hal yang aku ragukan? Apa aku boleh mengutarakannya?" Tutur ku akhirnya bersuara, membuat mereka yang berada disana secara serentak mengerutkan dahinya.

"Katakan saja Zoura. Jangan membuat dirimu bertanya-tanya nantinya" Sahut Athaya tenang.

Sejenak menghela damai nafas ku, aku pun lantas berkata, "Irtiza..." Awal ku berlalu melirik Irtiza, begitu pula Athaya, Ayah, Ayah Abi, Ibu, dan Kak Ali. "Apakah aku bisa mendidik Irtiza menjadi anak yang soleh nantinya?" Lanjut ku.

Keheningan pun seketika saja mengelilingi ruang tamu kost-kostan ku, Irtiza yang masih kecil dan belum mengerti terlalu dalam mengenai pembicaraan kami hari itu pun hanya tampak menyorotkan kebingungannya seraya ia pandangi lekat Athaya, Ayahnya.

"Jangan menjanjikan sesuatu hal yang belum kamu ketahui jawabannya. Lakukan saja dengan baik dan dengan penuh kehati-hatian, kamu percaya Allah selalu ada bersamamu kan?" Ujar Athaya. Entah kenapa hati ku terasa tenang mendengarnya? Kata-kata Athaya, seakan menyakini ku bahwa setiap manusia akan selalu berhasil, apabila ia selalu membawa nama Allah SWT. untuk selalu menyertainya.

Baiklah, dengan sejenak membaca basmalah, akhirnya ku anggukkan kepala ku seraya berkata, "Aku menerima pinangan mu, Athaya" Tersenyumlah Athaya, begitu pula mereka yang hadir disana.

Semoga ini menjadi pilihan terbaik ku. Bersatu bersama ia yang dulunya telah membuat Allah cemburu karenanya. Tuhan... Selalu pandangi diriku, karena tak akan lelah diriku akan selalu memandangi-Mu.

**********

Satu minggu, kami persiapkan segalanya dalam waktu satu minggu. Kesepakatan antara keluarga ku dan Athaya adalah tidak perlu acara yang besar dan mewah, asalkan ada ijab dan kobul. Tak baik pula bila berlebihan, takutnya berdosa pula kepada Allah SWT.

Tepat pukul 8 pagi, aku sudah duduk terdiam dikamar ku yang berada di Palembang, hanya bisa mendengar kehikmatan dari luar sana saat Athaya mulai melaksanakan ijab kobulnya.

Gugup sungguh diriku, teringat akan kejadian saat hendak seseorang meminang ku. Tapi... Baru kali inilah yang benar-benar terselenggarakan. Aku akan segera menjadi istri seseorang, itulah kenyataannya.

Ternyata sejauh apapun aku melangkah, sejauh pula Athaya sempat menikahi Az-Zahra, Allah masih saja mempertemukan kami kembali dalam ikatan suci.

Untuk mu mendiang Az-Zahra, izinkan aku memiliki Athaya. Ku tak bisa berjanji, tapi ku usahakan akan selalu membahagiakannya. Tenanglah engkau disana, kan ku jaga anak soleh mu. Bila aku melanggar, sampaikan saja kepada Tuhan, untuk menghukum ku seberat-beratnya.

"Doa ku terkabul kan Ra?" Ujar mba Nimas yang sejak tadi memang bersama ku, menemani ku di dalam kamar. Ya... Masih teringat di memori ku, sesaat mba Nimas pernah mendoakan ku berjodoh dengan Athaya.

"Alhamdullilah, terima kasih mba Nimas" Ujar ku menyahut.

"Jangan berterima kasih kepada ku. Seperti katamu, atas izin Allah lah semua terjadi" Ungkap mba Nimas, tersenyumlah aku mendengarnya.

Lantas tak berapa lama, ketegasan kata-kata "Sah" Seketika saja terdengar di telinga ku dan juga mba Nimas, membuat aku pun menarik lega nafas ku. Ibu pun tampak masuk ke dalam kamar ku untuk mengiringi langkah ku bersama mba Nimas menuju dan menemui Athaya yang kini telah sah menjadi mahram ku.

Aku tersenyum saat menghampirinya, begitu pula Athaya. Tuhan, apa boleh aku bilang kalau sungguh aku mencintainya selama ini? Aku berjanji kepada-Mu Tuhan, tak akan ku lebihkan. Hanya kepada-Mu lah diriku mencinta.

*********

"Akan ku ceritakan kepada mu sesuatu hal yang akhirnya bisa aku beritahukan kepada mu Zoura" Ujar Athaya kepada ku, saat kami tengah duduk bersama dikursi panjang sebuah taman yang saat itu aku, suami ku Athaya dan Irtiza anak ku berjalan-jalan sore bersama disana.

"Apa itu?"

"Dulu, sebelum aku memutuskan untuk pindah ke Turki. Sudah ku niatkan diriku untuk meminang mu. Kak Ali dan Ayah ku pun tahu akan hal itu. Tapi aku membatalkannya, saat ku dengar dirimu sudah dipinang duluan oleh Hendry. Aku hanya tak ingin menjadi penghalang dalam kebahagiaan mu yang telah dipinang oleh Hendry. Aku pun akhirnya memutuskan untuk mundur dan pergi ke Turki, karena ku rasa tiada lagi tanggungjawab ku atas rencana yang telah ku susun selama aku tinggal di Turki sebelumnya. Aku sungguh tidak tahu, kalau engkau menolak pinangan Hendry itu. Kesalahan ku adalah, kenapa tidak ku tunggu saja dirimu? Kenapa aku malah berspekulasi sendiri, bahwa engkau akan menerima pinangan Hendry?" Cerita Athaya, lantas tertegunlah aku mendengarnya.

Aku tidak tahu, jika selama ini ia telah berani memperjuangkan ku. Tapi nyatanya, Allah menuliskan riwayat takdir yang lain untuk kami.

Sejenak mengukir senyum ku, aku pun lantas berkata, "Jika jalan cinta kita tidak seperti ini, kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk mencintai gadis cantik dan soleha seperti Zahra, serta mendapatkan sosok anak yang manis seperti Irtiza" Utaraku, berlalu kami pandangi hangat Irtiza yang tengah sibuk bersama mainannya. "Mmm... Apa aku boleh bertanya?" Tanya ku lanjut, berlalu meminta izin.

"Silahkan saja"

"Kenapa kamu kembali berniat meminang ku lagi?" Ungkap ku, tersenyumlah Athaya mendengarnya.

"Kata Allah, engkau perempuan yang soleha. Kata Allah pula, engkau baik untuk menemani ku berhijrah dijalan-Nya. Dan aku tidak ingin menentang itu. Kamu perempuan yang tak hanya soleha, tapi baik pula untuk ku, Ayah ku dan anak ku. Lantas apa lagi yang membuat ku meragukan mu? Bismillahirohmanirohim... Aku mencintaimu, kekasih hijrah ku"

Sungguh... Apa lagi yang bisa aku katakan, setelah mendengar perkataan Athaya, suami ku itu? Kata-katanya saja sudah teramat membahagiakan hati ku, apalagi sikapnya nanti.

"Ya Habibie ku, apa kamu ingin tahu permintaan apa yang mampu menggetarkan hati ku?"

"Apa itu? Sungguh aku ingin mengetahuinya. Agar aku selalu bisa membuat mu bahagia"

"Permintaan yang mampu menggetarkan hati itu,
bukan saat kamu bilang, "Maukah kamu menjadi kekasih ku?" Tapi saat kamu mengatakan, "Maukah kamu menjadi halal bagi ku?"" Tutur ku. Alhamdulillah sungguh ku lihat senyum bahagia diraut wajah suami ku itu.

Pinta ku kepada-Mu Ya Allah, bahagiakan keluarga kami. Begitu panjang jalan yang kami tempuh, hingga kami bisa sampai disini. Aku percaya, ujian-Mu akan selalu indah diakhirny dan aku telah membuktikannya. Terima kasih Ya Allah, aku sangat mencintai-Mu dan pula mencintai kekasih hijrah ku ini.

THE END

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang