6. AKU TIDAK BERKHALWAT

92 2 0
                                    

(AUTHOR)

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Pak Ustadz Ali" Sapa dua orang santri, Akbar dan Rahman. Saat Ali tengah berjalan dipelataran taman Pesantren.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh" Sahut Ali seraya membawa senyumnya. "Akbar, Rahman, antum sudah shalat Ashar belum?" Tanya Ali lanjut.

"Alhamdulillah sudah Pak Ustadz"

"Alhamdulillah... Kalau begitu lanjutkan saja bersih-bersihnya. Sesungguhnya Allah menyukai hamba-Nya yang bersih"

"Iya Pak Ustadz" Ali pun berlalu melangkahkan kakinya kembali, tapi langkahnya sejenak terhenti saat terdengar suara berat seorang laki-laki memanggilnya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Pak Ustadz" Ujar laki-laki bertubuh besar itu seraya membawa dua orang wanita yang mungkin istri dan anaknya.

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Ali ramah.

"Apa saya boleh tahu, dimana ruangan kepala Pesantren ini Pak Ustadz?"

"Iya boleh. Disana, Bapak tinggal masuk saja ke gedung berwarna hijau itu" Jelas Ali. "Maaf, kalau saya boleh tahu. Ada urusan apa Bapak dan Ibu, serta Adik hendak menemui Ustadz Soleh?"

"Saya mau mendaftarkan anak saya di Pesantren ini Pak"

"Anak?" Tanya Ali mengulang seraya melirik sejenak anak perempuan yang berdiri didekat Ibunya itu, lalu cepat-cepat ia buang pandangannya.

"Oh... Bukan yang ini Pak Ustadz. Anak laki-laki saya satunya lagi, ia sedang tidak ikut sekarang"

"Oh... Iya-iya. Astafiruallahalazim, maaf Pak"

"Iya, tidak apa-apa Pak Ustadz. Mari Pak, saya permisi duluan"

"Iya, silahkan-silahkan" Bapak, Ibu beserta anak perempuannya itu pun berlalu kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Ali yang geleng-geleng kepala seraya lanjut beristighfar.

Tapi kakinya yang hendak melangkah, lucunya seketika saja kembali diurungkan, saat mendapati Akbar dan Rahman yang tampak tertegun memandangi lekat anak perempuan Bapak tadi.

"Astafiruallahalazim. Akbar, Rahman, palingkan pandangan mu!" Perintah Ali, membuat Akbar dan Rahman lantas saja tersadar dari ketermenungannya. Mereka pun berlalu menundukkan kepala dengan cemas, sedangkan Ali tersenyum tenang melihatnya.

"Dari Buraidah, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Ali radliyallahu 'anhu, "Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)" (HR. Abu Dawud no. 2149 dan At-Tirmidzi no. 2777)"

"Astafiruallahalazim..." Ucap Akbar dan Rahman serentak.

**********

Malam pun kembali bertahta disinggahsana langit luas miliknya Tuhan. Bulan bersinar dengan terangnya pula, sungguh agung ciptaan Tuhan. Kalian beruntung telah dipilih Allah untuk terlahir ke dunia indah-Nya, kalian beruntung karena bisa menikmati nikmat-nikmat yang membuat perut mu kenyang, tawa mu bahagia dan hati mu sejuk. Sungguh, alasan apa lagi yang membuat mu melupakan-Nya?

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh"

"Wa'alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh mba Nimas. Iya ada apa?

KEKASIH HIJRAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang