Bagian 7

4 1 0
                                    


Di lain tempat...

Prasasti masih mengayunkan kakinya menyusuri jalan setapak dengan peluh yang sudah membasahi tubuhnya dan kecemasan yang teramat sangat. Ia celingukan dan histeris takut jika pasukan Raja Asura akan membinasakannya sama seperti penduduk kampung lainnya, ia semakin berlari dengan kencang menyusuri deretan pepohonan yang hijau. Saking paniknya ia sampai terjungkal beberapa kali, kemudian ia bangkit lagi dan berlari dengan gesit, tetapi mendadak sepasukan Raja Asura menghadang di depannya tanpa diundang.

GRAAAAAAAAAAW!

Seringai mereka memekakkan telinga.

Prasasti terperangah terkejut, kakinya membeku tak dapat bergerak, jantungnya berdetak dengan riuhnya, peluh keringatnya mengucur begitu derasnya, ia ingin menjerit namun tercekat di tenggorokannya.

Para pasukan iblis bermuka menyeramkan itu berloncatan ke udara bagaikan Kangguru kemudian menghunuskan parang tajam mereka ke arah Prasasti.

TRAAAAAK...TRAAAAAK...!

Sebuah cahaya kilauan kristal membentuk sebuah lingkaran es yang melindungi Prasasti, kemudian kristal es itu berputar cepat dan cepat hingga lingkaran itu bertambah besar dan besar.

CRAAAAAAAANG! ZREEEEEEEEEEEEEEP!!!

Lingkaran kristal es itu meledak dan berubah menjadi belati, belati-belati es itu melesat menusuk dan merongrong jantung iblis berlendir itu hingga bagian tubuh mereka terpecah belah menjadi serpihan-serpihan menjijikkan.

Prasasti menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia bergidik jijik saat salah satu potongan tubuh iblis berlendir itu jatuh tepat di kakinya. Ia berjingkrak heboh lalu segera berlari tunggang langgang takut mereka tiba-tiba bangkit kembali. Ia berlari hingga sampai di sebuah hutan yang lebat dan sunyi, tapi kemudian...

JRAAAAAAAAAAAAANG!!!

Seseorang melompat dan mendarat tepat di depannya dengan menghunuskan sebuah pedang yang berujung runcing.

"AAAAAAAAAAA...!!!" pekik Prasasti tak kuasa menahan ketakutannya.

Sejurus dengan teriakannya yang melengking, sebuah bola kristal es yang berputar-putar dengan suara desisannya seperti ular meledak hebat dan melahap semua yang ada di depannya hingga luluh lantah.

FRAAAAAAAAAAAAAAKS!!!

"PANGERAN!! PANGERAAAAAAAAN!!" teriak beberapa orang yang berseragam tempur.

"Aku tidak apa-apa," kata seorang pria yang bertubuh tinggi, tegap dan berbadan atletis itu landai.

"Berani-beraninya kau menyerang pangeran Athila Mahashatya! Kau memang siluman hina!" maki seorang pengawal pangeran Athila Mahashatya geram.

"Apa? Siapa yang siluman? Kalian semua yang hina!" maki Prasasti kesal. "Siapa suruh kalian muncul di hadapanku tanpa permisi!" lanjutnya ketus.

"Kurang ajar!!" pengawal itu berlari hendak menyerang Prasasti.

Prasasti secepat kilat menghadang tubuh pengawal sok jago itu dengan sebelah tangannya dan betapa terkejutnya ia, pengawal itu tiba-tiba diselimuti oleh kristal es hingga membeku dan meledak hancur berkeping-keping.

Prasasti melonjak shock tak percaya kristal es itu keluar dari telapak tangannya. Ia gemetar, lalu bergidik teratur tak tahu menahu dengan apa yang dilakukannya.

"KAU!" Athila naik pitam. "KAU MEMANG SILUMAN!!" Athila melesat ke udara dan berputar indah dan dibalut dengan kilauan emas berbentuk naga dari pedangnya kemudian menukik tajam ke arah Prasasti, ia bersiap membelah tubuh Prasasti namun tangan Prasasti menghadangnya dan lagi-lagi bola kristal es itu muncul dari telapak tangannya dan dalam sekejap menghancurkan pertahanan Athila hingga pangeran itu terpelanting-pelanting menatap badan pohon bak daun yang berterbangan.

Sekawan SekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang