Linggar masih berlarian di lereng gunung namun ia sesekali menengok ke belakang, lalu dengan hati yang sesak ia menitikkan air matanya teringat bagaimana kedua orangtuanya dihabisi begitu saja..
"Asura terkutuk!" umpatnya kesal. "Lihat saja nanti, suatu hari aku akan menghancurkanmu layaknya liat yang aku injak! Terkutuklah engkau wahai Raja Asura yang kejam, ingatlah...tak selamanya engkau dapat bersembunyi dalam telaga kegelapanmu... Pada akhirnya engkau dan bala tentaramu akan musnah tak tersisa, bahkan kau tak rupa puing yang hina...jasadmu akan terbang bersama angin, terbakar api, tersapu tujuh gelombang lautan dan membeku bersama kristal es yang maha dingin... Engkau akan membayar setiap tetes darah para manusia yang engkau gorok tanpa ampun seumur hidupmu..." lanjutnya menyumpahi.
Linggar semakin mengayunkan kedua kakinya dengan gesit melewati lereng gunung dengan lautan debu yang memburai ke seluruh pelosok, sedangkan di kanan kirinya hanya dihiasi dengan pepohonan yang mengering. Setiap langkahnya membuat debu-debu yang diinjaknya terbang ke udara tanpa kompromi. Tapi ia dengan daya upaya yang keras menerjang kepulan debu yang membumbung tinggi ke angkasa.
ZRAAAAAAAAAAAAAAANG!!
Tiba-tiba bala tentara Raja Asura yang menjijikkan muncul dari balik kepulan debu itu. Mereka menyeringai dengan lendir-lendir yang berjatuhan, sedangkan tangan-tangan bersisik mereka menghunuskan parang berdarah ke arah Linggar.
Linggar terperangah, ia mundur teratur berusaha untuk kabur namun tak disangka sepasukan iblis juga menghadangnya dari arah berlawanan, ia terkepung. Ia mulai terisak dan tak tahu harus berbuat apa sementara bala tentara laknat itu berjalan tenang mendekatinya yang bagai tikus got yang tak berdaya.
ZRAAAAAAAAAAAAAAAAAAATS!!!
Sebuah kilatan emas tiba-tiba menebas semua leher para pasukan iblis itu, debu semakin membumbung tinggi ke langit hingga Linggar hanya dapat melihat punggung sesosok pria yang menolongnya.
Akhirnya debu yang berterbangan perlahan-lahan mulai pudar, ia mendapati seorang pangeran muda berbadan tegap, bermata sipit, berkulit putih dengan wajah yang ketus, belum lagi sorot matanya yang dingin. Rambutnya lurus panjang seleher tapi bergaya jabrik.
"Lapor, Pangeran Tagalhaya... Ternyata semua penduduk perkampungan sudah binasa oleh bala tentara Raja Asura..." lapor seorang pengawal dengan posisi berlutut hormat dan tangan kirinya menyilang ke dadanya.
Pangeran yang ternyata bernama Tagalhaya Mahashatya itu berdehem. Kemudian pengawal itu segera bangkit dan bergabung dengan pasukan lainnya.
CRANG!
Pangeran Tagalhaya menghunuskan pedangnya ke arah Linggar.
"Siapa kau?" tanyanya.
"Kau sendiri siapa?" tanya Linggar balik.
"Kurang ajar! Kau pasti bukan penduduk daerah ini...atau jangan-jangan kau iblis yang sedang menyamar untuk mengelabuiku?" gertak Tagalhaya.
"Dengar, aku tidak peduli kau pangeran atau raja atau apalah...tapi yang jelas kau lebih kurang ajar dariku... Kau bilang aku iblis yang menyamar? Ha, lucu sekali...bukannya kau sendiri iblis itu!" maki Linggar kesal.
"Pengawal!" teriak Tagalhaya. "Tangkap gadis jadi-jadian ini!" perintahnya.
Dengan segera empat pengawalnya langsung menangkap Linggar, mereka memegangi pergelangan tangan Linggar dengan erat.
"Dasar pangeran sinting! Kau pikir kau siapa?" maki Linggar sembari berontak.
"Jaga mulutmu!" hardik salah satu pengawal pangeran Tagalhaya tak kalah galak. Sedangkan Tagalhaya sendiri hanya tersenyum sinis melihat Linggar kesakitan.
![](https://img.wattpad.com/cover/130241769-288-k95251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekawan Sekar
FantasiPrasasti berdiri ditengah-tengah rumput ilalang yang menjulang tinggi. Linggar berdiri di lereng gunung, Alira berdiri di sebuah bukit yang tinggi ditemani deburan ombak. Sedangkan Sastra berdiri di sebuah atap gedung. Mereka berempat berada ditempa...