Wuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuushhhhh...
Angin hangat berhembus kencang di sebuah padang pasir. Alira dan Pangeran Tagalhaya ngungun, sejauh mata memandang mereka hanya mendapati hamparan pasir.
"Kita terjebak,"
"Labirin waktu?" sela Alira.
"Jangan sampai pikiranmu kosong, karena kita tidak tahu sedetik kemudian kita akan terlempar kemana." Jelas Pangeran Tagalhaya sembari mengeluarkan pedang naganya. Ia mendengus dan mengernyitkan alisnya, bola matanya bergerak menyelidik ke seluruh penjuru.
"Aku merasakan sesuatu sedang mendekat,"
"Kau benar. Sesuatu sedang mendekat," Timpal Alira sembari bersiap. Ia menyapu seluruh pemandangan dengan matanya yang menegang.
Kakak!
Alira terkejut. "Ananta?"
"Ananta?" Tanya Pangeran Tagalhaya bingung.
Kakak!
Seketika itu konsentrasi Alira buyar mendengar suara parau adiknya. Ia menelanjangi tiap sudut hamparan pasir tersebut, mencoba membawa bayangan adiknya keluar. Kakak! Suara Ananta tetap mendengung kencang di telinganya, membuatnya menjadi bertambah kalut dan tak lagi realistis. Ia tak lagi peduli antara semu dan nyata, yang ia mau hanya Ananta––adiknya.
"Kakak," seberkas cahaya terlihat dikejauhan, sesosok bayangan mungil dengan mata sendu terhuyung-huyung menyapu lautan pasir.
"Ananta!" pekik Alira emosional.
"Hentikan!" Tagalhaya mencengkeram tangan Alira. "Dia hanya sebuah bayangan. Dia itu semu!"
"Kakak!"
"Lepaskan aku!" Alira menepis tangan Pangeran Tagalhaya dengan murka. Kemudian dia berlari menghampiri bayangan adiknya di kejauhan sana. Ia segera menjemput sosok Ananta dengan pelukan, mendekapnya dengan erat dan membelai lembut rambutnya.
CRAAAAAAAAAANG!
Pangeran Tagalhaya menyabetkan pedang naganya pada bayangan Ananta dan segera menarik Alira. Namun Alira tetap terpaku, terdiam larut dalam mimpinya.
"Sadarlah!" Pangeran Tagalhaya menepuk-nepuk kedua pipinya, tetapi Alira malah lunglai tertidur dengan mata terjaga. "Sadarlah dari mimpimu!" ia mendekap tubuh Alira, sementara tangannya yang lain memegang hulu pedangnya dengan erat. Sedetik kemudian ia dengan gesit membelah sesuatu yang tak kasat mata di depannya. Ia melompat lebih tinggi kemudian berkali-kali menyabetkan pedangnya, namun serangannya seperti tertahan. Tak pantang menyerah, ia kembali mengeluarkan semua kemampuannya. Menyerang dengan sengit berulang kali.
author note:
update soon.... hehehe belum kelar ceritanya

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekawan Sekar
FantasyPrasasti berdiri ditengah-tengah rumput ilalang yang menjulang tinggi. Linggar berdiri di lereng gunung, Alira berdiri di sebuah bukit yang tinggi ditemani deburan ombak. Sedangkan Sastra berdiri di sebuah atap gedung. Mereka berempat berada ditempa...