Setelah ngelapin keringat kak Taeyong dengan hati-hati, karena takut ngebangunin, gue ambil air hangat dan ngompres dahi kak Taeyong dengan handuk hangat.
Suhu tubuh kak Taeyong hampir nyentuh angka 39 derajat. Dan itu ngebuat gue makin khawatir. Pokoknya kalau besok kak Taeyong masih demam, gue paksa ke rumah sakit!
Pas gue tempelin punggung tangan gue ke leher kak Taeyong yang masih panas sejak tadi, mata kak Taeyong menerjab. Dia bangun tiba-tiba dan ngeluarin suara serak.
Gue nyuruh kak Taeyong minum air hangat dengan sedotan yang udah gue siapin.
"Kok kamu disini?" tanyanya dengan suara yang masih serak.
"Kenapa? Kak Taeyong gak suka?"
Kak Taeyong mengangguk lemah. "Aku gak suka kamu lihat aku yang kaya gini," katanya, setelah itu terbatuk-batuk.
"Kalau gak suka, makannya kabarin aku kak. Biar aku gak kaget liat kak Taeyong lemes gini," gue menunjukkan kekhawatiran gue. Sambil menyentuh dahi dan leher kak Taeyong dengan punggung tangan gue.
Tangan kak Taeyong bergerak, meraih tangan gue yang lagi ngentuh dahinya. Dia lalu menggenggam tangan gue diatas dadanya, "maaf ya,"
Hh, tadinya gue pengen kesel ke kak Taeyong. Tapi gak sanggup begitu liat wajah pucatnya yang sekarang jadi senjata minta maaf ke gue.
Gue menghela napas, lalu mengangguk singkat.
"Kak Taeyong udah makan?" tanya gue ke Kak Taeyong yang sekarang menggeleng.
"Tapi nggak laper," imbuhnya.
"Aku bikinin bubur dulu, ya?" Nggak menunggu jawaban kak Taeyong, gue mau beranjak dari tempat duduk gue di pinggir kasur, tapi kak Taeyong menahan.
"Nggak laper, Na. Serius."
Gue menatap mata kak Taeyong yang sayu, namun masih menunjukkan ketajamannya, kemudian menghela napas, "kalau tambah sakit gimana?"
"Percuma nanti aku muntahin lagi. Lidahku pahit rasanya," ucap kak Taeyong. Akhirnya gue ngalah. Iya sih, emang kalau lagi sakit pasti mau makan pun rasanya gak enak.
"Yaudah aku bikinin vitamin dulu."
Kak Taeyong lagi-lagi menahan tangan gue, "disini aja,"
"Aku mau ambil air hangat sama gelasnya kak,"
Kak Taeyong manyun, lalu ngelepasin tangan gue dengan pelan, "yaudah jangan lama-lama."
Gue menyunggingkan senyuman, "iya, gak lama."
Dengan cepat, gue ambil gelas dan air hangat. Kemudian masuk lagi ke dalam kamar kak Taeyong.
Gue bikinin kak Taeyong vitamin yang biasanya Mama kasih ke gue kalau gue sakit. Untungnya Mama selalu bawa vitaminnya kemana-mana. Jadi gue bisa minta buat kak Taeyong.
"Agak kecut sih, tapi habisin ya?"
Gue ngebantu kak Taeyong duduk, kemudian dia minum vitamin dikit-dikit. Matanya tiba-tiba merem gitu, gara-gara rasa kecut yang ditimbukan dari vitaminnya tadi.
"Habisin," paksa gue, disaat dia udah gak sanggup minum sampai habis.
Akhirnya, dengan lebih dipaksa lagi, kak Taeyong ngehabisin minumannya.
"Kok tenggorokanku gatel ya, Na?"
"Itu berarti vitaminnya lagi bekerja, kak. Kak Taeyong rebahan lagi deh."
Kak Taeyong nurut. Dia kemudian meraih tangan gue dan dibikin mainan untuk dia sendiri.
"Kamu habis tes ya?" tanyanya, kemudian bersihin tenggorokannya yang katanya gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilamar Tiba-tiba [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKAN
Short StoryBaru ketemu dua kali udah dilamar? Nana baru aja ketemu temennya Kak Yuta, namanya Kak Tayo. Eh, salah. Kak Taeyong. Apakah Nana mau nikah sama Kak Taeyong? Mau tahu gimana perjuangan Kak Taeyong buat ngeyakinin Nana kalau dia pantes jadi suaminy...