k

24K 3.4K 378
                                    

Kak Taeyong bersandar di tembok yang lurus dengan panggung kecil, sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku. Sesekali melihat jam tangannya.

Dapat gue liat, Nancy mulai gatel. Cewek itu senderan di tembok samping kak Taeyong dan ngajak omong gitu. Tapi kak Taeyongnya nyuekin.

Gue otomatis senyum, kapok kan lo, Nancy wkwk

"Kak," gue ngedeket, Nancy langsung gelagapan dan dia pergi dari tempatnya. Sedangkan kak Taeyong cuma melirik.

"Kak, nanti sampe tengah malem ya? Ada pesta kembang api,"

Kak Taeyong ngeliat jam tangannya lagi, ini masih jam 10 sejak dia ngeliat jamnya sebelumnya, gue aja gak ngomong panjang sampe menghabiskan waktu lama. Tapi, dia bolak-balik ngeliatin jam nya.

Gue menghela napas, "kalo kak Taeyong ada urusan, nanti aku pulang balik temenku, deh."

"Nggak."

Gue menoleh, gara-gara dia langsung ngejawab. Gak kaya tadi yang diem aja tanpa respon.

"Ha?"

"Jangan pulang bareng temen, aku temenin sampai tengah malem,"

Gue senyum, "oke kak!!" Dan mau jalan balik ke temen-temen, tapi pergelangan tangan gue ditahan sama dia.

"Aku disini?"

Gue mengangkat alis dengan pandangan bertanya-tanya. Tapi, rupanya kak Taeyong gak mau buka mulutnya buat ngejelasin maksudnya.

"Oh, kak Taeyong mau ikut?"

Kak Taeyong gak ngangguk, juga gak menggeleng. Aduh dasar manusia kaku satu ini.

"Ayo," ajak gue akhirnya.

Gue ngebawa kak Taeyong ke dalem rumahnya Berlin, duduk bareng Berlin, Jungwoo, Doyoung, dan beberapa temen gue yang lain. Misalnya Joy, si sekretaris kelas. Sama Wendy, anak pindahan.

"Mantul! Cowok lo ganteng bener, Na!" seru Wendy, paling suka ceplas-ceplos di kelas.

Gue senyum kikuk, sedangkan kak Taeyong senyum kaku, sambil lirik-lirikan sama gue.

"Tutup buku, buka terop nih, Nan?" tanya si Joy. Gue mendelik.

"Gak lah!" seru gue langsung.

Gak. Gue gak mau nikah secepet itu.

"Iya-ya, lo kan mau masuk sekolah dinas," kata Joy mengangguk-angguk.

"Ambil Diploma 1 aja Nan, biar cepet sekolahnya, abis itu nikah deh," sahut Wendy, dari sudut pandang gue, bisa gue liat wajah kak Taeyong yang langsung senyum, lalu noleh ke gue serius gitu.

"Gue maunya diploma 3 sih," ujar gue yang ngebuat kak Taeyong langsung menghela napasnya, sampe denger di telinga gue.

"Eh-eh, kalian habis main kan, berdua?" tanya Berlin, nunjuk kearah gue dan Doyoung.

"Makan doang sih," jawab Doyoung, yang gue angguki.

"Sialan lo gak ngajak gue!" sungut Wendy, dia pecinta makanan. Gak dia doang sih, gue juga. Joy juga. Berlin juga.

"Doyoung ngajaknya dadakan sih-"

Suara gue yang tadinya semangat mau cerita, langsung mengecil. Ngerasakan hawa-hawa tatapan tajam dari lelaki di samping gue.

Bener aja, kak Taeyong menatap gue tanpa mengalihkan matanya, dingin bener. Ngebuat gue ragu tanpa alasan.

"Iya bener, gara-gara nih cewek udah hampir kaya setan. Naruh kepalanya diatas meja, gak bergerak sedikit pun," jelas Doyoung.

Dilamar Tiba-tiba [LTY] ✔ SUDAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang