1.
Daniel Padilla berlari secepat kilat, melompati batu-batu yang menghalangi jalannya. Di belakang diikuti oleh kedua sahabatnya, Gio dan Dean. Saat sampai di pintu belakang sekolah, terdapat warung kopi kecil di depan pintu itu, Daniel keluar dari sana dengan nafas membabi buta.
"Anjing, berasa kayak buronan tau gak?!" umpat Gio berhenti berlari dengan tubuh membungkuk.
Daniel tertawa, "Muka gue gak cocok dianggep buronan, yang ada lo kali."
"Eh, terus kita mau kemana?" tanya Dean bingung sendiri.
"Ke tempat biasa."
Perkataan Daniel mendapat balasan anggukan dari Gio dan Dean. Ketiganya beranjak dari sana namun terhenti ketika ponsel Daniel bergetar.
Sebuah pesan dari seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya. Daniel membuka pesan itu dengan dahi mengkerut.
Kath
Kamu pulang ya?
Balik gak?! Kalo gak balik awas ajaKalimat peringatan itu mengurungkan niat Daniel untuk membolos. Setengah tak ikhlas Daniel berbalik badan tanpa memperdulikan wajah melongo Gio dan Dean.
"Kalian pada ngapain di situ? Ayo, balik ke kelas," tegur Daniel, tat kala melihat sahabatnya tak beranjak dari posisinya berdiri.
"Gara-gara Kath kita-kita gak bisa happy. Dasar kunyuk!" kesal Gio yang mulutnya pedas banget seperti tidak pernah di sekolahin.
"Sabar. Masih ada hari berikutnya," ucap Dean menyemangati.
***
Kelas XI IPS 1 nampak gaduh akibat ulah pembuat onar SMA DWILANGIT. Kegaduhan itu tak seberapa jika dibandingkan kegaduhan yang dibuat oleh Daniel cs yang tak tau di mana rimbahnya.
Kathryn Benardo menatap lurus ke pintu kelas menunggu kehadiran Daniel, tapi sejak sepuluh menit berlalu cowok itu tak kunjung tiba. Ibu jarinya hendak memencet tombol pesawat tapi urung karena bunyi ketukan pintu tiga kali dari arah pintu kelas.
"Daniel," gumam Kath merasa senang Daniel mau menuruti kemauanya. "Untung balik, kalo gak, mungkin gak bakal gue ngomong sama dia selama satu bulan lebih."
Cowok ganteng mengenakan kemeja yang mencuat keluar celana abu-abu berjalan ke arah Kath dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.
Gio dan Dean acuh tak acuh mengikutinya. Walau sebenarnya jauh di lubuk hati kedua orang itu ingin cabut, tidak mengikuti sesi belajar-mengajar.
"Permisi, Andita." Daniel mengucapkannya penuh penekanan.
Secuek mungkin Andita berpindah posisi dari tempat awalnya-kursi sebelah Kath-menjadi bangku depan. Daniel menduduki kursi Andita.
"Kamu marah ya?" tanya Daniel. "Aku minta maaf. Tadi itu bukan aku yang ngajak tapi Gio. Dia maksa-maksa buat cabut gara-gara bosan denger Jarjit Sing berpantun."
Alasan itu diucapkan Daniel dengan sungguh-sungguh.
Memang benar adanya, bahwa Giolah menjadi biangnya. Anak itu tidak suka dengan cara mengajar Pak Aan -yang Gio namai Jarjit Sing- yang terkesan berpantun layaknya salah satu kartun favoritnya. Upin & Ipin.
"Kalo Gio ngajakin yang gak baik, jangan diturutin. Kamu udah gede; jadi bisa bedain yang baik sama yang gak baik, Niel," jelas Kath mulai jengkel.
"Ya, tapi, kan, dia sahabat aku, sayang."
"Aku. Pacar. Kamu." Kath menekan setiap katanya dengan melotot.
Daniel mendengus lalu menlanjutkan, "iya, pacar. Aku tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Girl (Completed)
Teen Fiction"Kamu lagi di mana?" "Sama siapa?" "Sama cowok ato cewek?" "Udah makan belom?" "Jam 7 harus jemput aku! Ok!" Pertanyaan beruntun dari sang kekasih membuat Daniel merasa jengah. Daniel Padilla memang ingin memiliki pacar yang posesif. Namun tak poses...