7.

2.4K 82 0
                                    

7.


Selesai ulangan Matematika tadi, Gio tidak henti-hentinya misuh-misuh. Dean mendengar sampai jenuh. Komik dalam genggamannya, Dean gunakan untuk menimpuk kepala Gio.

Gio kesakitan lantas mengomel panjang-lebar.

Daniel melihat pertengkaran itu hanya mendengus. Dia kembali melamun. Menatap ke depan dengan pikiran kosong.

Saat itu sedang ada jam kosong. Surga dunia bagi siswa-siswi Dwi Langit. Guru yang mengajar tidak hadir karena istrinya tengah melahirkan di rumah sakit. Begitu tahu berita itu -entah dari mana datangnya- pintu kelas ditutup supaya tidak dimasuki guru piket.

Tatapan Daniel mengarah pada figur gadis yang hanya bisa dia lihat dari belakang. Membawanya pada kejadian tadi.

Kenapa dia harus berbicara seperti itu?

Hanya karena sebuah konser membuatnya se-emosional ini?

Ah, tidak, mungkin karena dia terlalu lelah akan sipak Kath.

Kalau lagi bertengkar seperti ini, Daniel jadi ingat, pertengkaran pertama.

Saat itu Kath ngambek dan marah. Daniel mencoba menghubungi, entah itu lewat pesan, telepon, WhatsApp, BBM, line atau pesan Facebook. Tetap tidak bisa. Padahal Daniel berniat meminta maaf.

Pernah Daniel bertanya, saat sudah berbaikan. "Waktu aku hubungi, kok, gak pernah bisa? Handphone kamu kenapa? Rusak?"

Dengan wajah cemberut, Kath menjawab. "Handphonenya, aku mode-in pesawat."

"Lho? Emangnya lagi di pesawat?" tanya Daniel saat itu.

"Gak," jawab Kath. Daniel tambah bingung. "Sengaja aku lakuin itu, supaya kamu gak bisa hubungi aku. Salah sendiri gak nurut."

Cowok itu menyengir dalam hati.

Pertengkaran antara Gio dan Dean berhenti. Merasa kelelahan, tidak ada gunanya juga pertengkaran itu dilanjut, lagi pula tak ada hadiah bila di antara mereka, salah satunya menang. Dahi Gio mengerut heran melihat sikap Daniel.

"Jangan ngelamun!" Gio menepuk pundak sohibnya. "Kesambet saudaranya Dean baru tau rasa lo!"

"Lebih tepatnya, saudara lo kali," sergah Dean membela diri. Cowok ganteng seperti ini dibilang saudaranya dedemit. Ya kali...

Gio berpikir.

Daniel mendengus lagi -berapa kali dia mendengus hari ini?

"Bukannya bener, Den. Di rumah lo, kan, banyak 'itu'nya." Saat mengucapkan kata itu Gio menirukan gaya hantu yang sering dia tonton di laptopnya. Untuk judulnya, dia ingat. The Conjuring. Itu loh, film horor yang tidak seram amat.

"Lha, kalo lo kayak, gitu. Malah mirip bangettt."

"Anying lo!"

Ini kok jadi ngalor-ngidul sih bahasannya, pikir Dean sadar. Lalu dia tidak mengubris Gio. Bertanya pada Daniel yang sikapnya tidak seperti biasanya.

"Ada masalah, Dan?" tanya Dean perhatian.

Gio menyeletuk. "Paling-paling habis KDRT sama Kath."

Dean melototi Gio. Mulutnya pengin dikasih sambal saja, biar tahu rasa, lebih tepatnya biar mati rasa.

"Gue habis bertengkar sama Kath," dengus Daniel menundukkan kepala.

"Tuh, benerkan tebakan gue." Gio mengelus pundak Daniel. "Udah gak usah galau. Gue pernah bilang sama lo; Jangan takut diputusin. Ada Abang di sini. Kalau putus nanti abang cariin penggantinya."

Possessive Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang