19.
Refleksi pada kaca besar seorang perempuan mengenakan gaun hitam, rambutnya dibiarkan tergerai bergelombang, anting-anting putih bergantung di kedua telinganya, untuk wajah ia hanya memoles make up dengan tipis. Malam itu ia nampak cantik.
Kath mengambil high-heels, memakainya lalu mengambil dompet berwarna hitam juga. Ia berjalan ke depan rumah, menemui sang kakak.
"Ehem, adek gue cantik banget," puji Ryan, tangan besarnya merangkul Kath memasuki mobil.
"Sebenernya udah dari dulu, kakak aja yang gak sadar," balas Kath.
Mobil melaju ke jalan raya. Malam itu adalah malam pernikahan Pras. Sejak Kath mendengar perkataan Ryan, hatinya tersentil, ia mulai sadar kebahagiaan Pras adalah Kayla. Dan, Kath merestui pernikahan Pras dan Kayla. Satu minggu kemudian setelah mendapat restunya Pras melangsungkan pernikahan. Malam itulah hari besarnya.
"Akhirnya sampe juga," ucap Ryan saat mobil berhenti pada gedung mewah. "Yuk, turun."
Mendapat perintah dari Ryan, Kath turun dari mobil. Keduanya berjalan berdampingan memasuki acara tersebut.
Ryan berpisah dengan Kath saat bertemu dengan teman dari anak teman Pras. Karena sendirian Kath mengambil minuman di meja terdekat, saat ia meneguknya, seseorang menyenggol bahunya membuat ia tersedak.
"Arleta!" seru Kath, untung suasananya tidak hening jadi suaranya tenggelam oleh keramaian percakapan dara para tamu.
Kath menaruh minuman di atas meja.
"Oh, hai Kath! Senang bertemu denganmu," sapa Arleta memuakkan. "Gue kira lo gak bakal kesini."
"Ini acara bokap gue. Seharusnya gue datang kesini," balas Kath.
"Bukannya lo gak sudi punya mama tiri dari mama gue, hm?" Arleta menaikkan dagunya tinggi, matanya memicing tajam.
Kath tak mau kalah, ia membalas dengan berkacak pinggang. "Gue lebih gak sudi punya saudara tiri kayak lo!"
Plakk
Tamparan keras itu mendarat di pipi Kath. Kath memegangi pipinya yang memanas, melototi sang penampar. "Lo emang jahat dari yang gue kira. Malah lebih kejam!"
***
Udara dingin menghunus kulit putihnya. Ia menggigil. Mengusap pelan lengannya yang tak tertutupi baju. Ruko yang tak terpakai ini adalah tempat yang ia tuju di bawah sadarnya.
"Seharusnya gue gak dateng ke acara itu! Gue nyesel bangettt." Kath mencak-mencak. Emosinya meluap tak lupa juga air matanya menetes tanpa diminta. "Kenapa sih orang lain bahagia? Sedang gue gak pernag bahagia sekalipun! Hidup emang gak adil!"
"Memang. Tapi dengan begitu kita sadar dari apa yang kita lalui tentang tidak keadilan hidup. Kita akan mendapat pelajaran yang berharga," suara itu tak asing bagi Kath. Suara yang lumayan lama ia hindari. Tahu siapa pemiliknya Kath lebih memilih untuk melihat ke depan saja.
"Kamu ngapain disini?" tanya Daniel seraya duduk di samping Kath.
"Kamu juga ngapain disini?" tanya balik Kath, mendengarnya membuat Daniel tersenyum.
"Nemuin kamu," jawab Daniel.
"Buat apa?"
"Karena aku khawatir." Cepat Daniel menjawab.
Khawatir? ternyata Daniel masih khawatir saat Kath berusaha keras untuk menghindarinya.
"Jadi kamu ada masalah apa?" Pertanyaan itu membuat Kath mengingat kejadian setelah ia terkena tamparan keras dari Arleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Girl (Completed)
Teen Fiction"Kamu lagi di mana?" "Sama siapa?" "Sama cowok ato cewek?" "Udah makan belom?" "Jam 7 harus jemput aku! Ok!" Pertanyaan beruntun dari sang kekasih membuat Daniel merasa jengah. Daniel Padilla memang ingin memiliki pacar yang posesif. Namun tak poses...