8.

2.3K 87 0
                                    

8.

Kamu adalah bayangan, semu, tak dapat kugenggam.

***

"Liza?"

Kaget. Melihat orang yang menginjak kakinya adalah Liza. Cewek yang pernah berdebat dengan Arleta di kantin.

Liza tak mendengar karena sibuk mencari pegangan untuk dia berdiri. Berdesakkan di antara orang-orang yang berkeringat. Melihat itu membuat Daniel berdiri, mendekati Liza.

"Liza, mending lo duduk di tempat gue. Biar gue yang berdiri," suruh Daniel.
Liza kaget. "Gak perlu, Kak."

"Gakpapa. Lo duduk, aja. Oke," paksa Daniel.

Mau tidak mau Liza menurut. Liza duduk di kursi sambil melihat Daniel. Lalu tersenyum. Tidak menyangka ternyata cowok yang katanya nakal ini memiliki hati yang baik.

Bus mulai berjalan.

Daniel menyumpal telinga menggunakan headsheet, mendengar lagu dari ponselnya. Tubuh Daniel menabrak orang di depan ketika bus mengerem mendadak. Orang yang dia tabrak marah-marah. Terlebih bau mulutnya seperti tidak sikat gigi lima hari.

Daniel meminta maaf, memaki supir bus yang mengerem mendadak, dalam hati.

Cukup sekali ini, aja, gue naik bus. Besok gak, deh.

"Lo udah biasa naik bus umum?" tanya Daniel saat turun dari bus bersama Liza.

Mereka memilih turun di belakang karena tidak ingin berdesakkan dengan yang lain.

Liza menoleh ke samping, melihat Daniel, seraya tersenyum. "Udah biasa, Kak. Tiap hari malah."

"Emm... memangnya gak ada yang jemput?"

"Gak ada." Liza menggeleng. "Aku orang biasa-biasa, aja. Gak kaya, seperti Kakak ataupun Kak Kath."

Daniel terkekeh. "Yang kaya bukan gue tapi Papa gue," ucapnya sambil menepuk pundak Liza. "Lo hebat, jangan ngeluh, ya... sama hidup lo."

Liza mengangguk. Tiba-tiba saja dia kagum dengan cowok di depannya. Beruntung sekali Kath memiliki pacar seperti Daniel.

Bus pergi meninggalkan mereka.

Liza pamit untuk pulang. Saat itu Daniel sendirian, rumahnya lumayan jauh dari halte. Apa boleh buat dia harus berjalan kaki, tak ada niatan untuk meminta supir menjemputnya.

***

Konser malam itu, begitu menggembirakan, band yang mengisi acara menyanyikan lagu yang membuat penonton meloncat-loncat. Memang tempat konser itu di desain tanpa kursi membiarkan penonton berdiri. Dan juga outdoor membuat orang-orang menghirup napas bebas.

Daniel, Dean dan Gio berdiri di depan panggung. Mereka bertiga meloncat kegirangan terlebih lagi Gio. Tak henti-hentinya Gio menggerakkan tubuhnya, terkadang Gio bergoyang gergaji.

Daniel dan Dean tertawa melihat tingkah temannya.

"Goyang bang," teriak Gio, supaya terdengar oleh temannya. "Jangan lemez, kayak cewek lo berdua."

Sebelum menjawab, Daniel dan Dean saling tatap.

"Kita gak lemes, lo aja yang terlalu hiperaktif," seru Daniel.

"Tau, nih, ini bukan acara dangdut, nyet," ejek Dean, suaranya tenggelam oleh hingar-bingar.

"Apa?! Gue gak denger lo ngomong apa?!" tanya Gio menjerit di samping telinga Dean.

"Busettt, ngomong sih ngomong gak usah di telinga gue juga," maki Dean.

Gio diam, tak tahu apa yang diucapkan Dean.

Possessive Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang