14.
Mobil putih itu menabrak pohon besar. Bagian depan mengalami kerusakan parah. Lalu sang pengemudi keluar dari dalam mobil untuk melihat kondisi mobilnya.
David mengerem mobilnya, keluar dan berlari ke tempat sang korban. Berkali-kali David meminta maaf dan berjanji akan mengganti rugi. Beruntungnya orang itu baik dan memaafkan David.
Setelah menyeselesaikan masalahnya, David kembali ke mobil, memutar arah, tidak jadi ke kedai favoritnya. Mood-nya hari itu sangat buruk.
"Dav, kamu sudah selesai cuci darah?" tanya Mama David saat melihat David memasuki rumah dengan wajah masam.
David mencoba tersenyum. "Udah, Ma. David ke kamar, mau istirahat," dustanya.
"Iya, Nak. Istirahat yang cukup." Mama David mengelus pundak anak semata wayangnya.
David mengangguk, berjalan ke kamar, tidur di ranjang dalam kondisi hati yang perih.
David tahu sekali ia telat cuci darah tubuhnya tidak akan fit. Tapi, rasa itu tak melebihi rasa sakit yang ia alami saat itu -di mana ia tak akan bisa mendapat hati Kath. David memejamkan mata, sakit di kepala ia biarkan saja, toh, nanti juga hilang. Tidak seperti sakit di hatinya yang permanent.
***
Minggu depan Kath akan menghadapi ulangan semester. Ia harus fokus belajar supaya bisa mendapatkan nilai yang baik. Namun Kath tidak bisa konsentrasi, di otaknya selalu muncul bayang-bayang kejadian kemarin di Taman Kota. Kath memukul kepalanya dengan buku. Sakit. Bayangan itu tidak jua hilang.
"Lagi belajar apa, nih?" tanya orang itu. Kath mendongak, melihat Daniel sibuk pada buku paketnya. "Biologi?"
Kath mengangguk, menaruh buku di kolong meja. "Iya. Ada perlu apa?"
"Gak ada. Cuma pengin ketemu, aja," ucap Daniel duduk di samping kursi Kath.
Di kelas hanya ada mereka berdua, yang lainnya ada yang belum datang dan yang sudah datang memilih keluar kelas. Sejak Daniel bertekad mengejar Kath, ia harus bisa mendapatkan kesempatan bersama seperti saat itu.
"Oh." Kath menggangguk. "Udah ada persiapan buat ulangan minggu depan?"
"Kalo belajar sendiri gak pernah nyantol di otak. Mending gak belajar daripada susah-susah belajar tapi tetep aja gak bisa," jelas Daniel menyilangkan tangannya di atas meja sembari menatap Kath.
Kath mengikut. "Ya udah, kamu cari guru private, aja. Banyak kok guru private di sekitar sini."
"Guru private-nya kamu gitu, bisa gak?" tanya Daniel menaik-turunkan alisnya.
"Ish. Aku gak jago ngajar apalagi muridnya kayak kamu. Diajarin ratusan kali juga gak akan paham."
"Kalo kamu yang ngajarin, pacarmu ini bakal paham." Kath melotot saat mendengar kata pacar. Daniel langung menyela. "Eng, itu, aa' Daniel, ya, aa' Daniel. Aa' Daniel bakal paham sayang... eh, babe. Aduh nih mulut. Maksudnya, Bu Kathering."
"Bu Kathering? Emang wajah aku mirip ibu-ibu yang catering barang, apa?" rengut Kath.
"Enggak. Becanda. Jangan marah. Pleaseee...." Wajah Daniel dibuat se-baby face mungkin
Rasanya Kath ingin mencubit hidung Daniel saja. Eh?
"Mau ya jadi Guru privateku? Masa kamu tega biarin cucunya Aristoteles, bego seumur hidup," bujuk Daniel dibarengi candaan diakhir kalimat.
"Iya, deh," balas Kath singkat.
"Iya deh. Apanya? Akyu gak pahammm."
"Ih... iya-iya, aku mau." Kath sedikit meninggikin suaranya.
Daniel cemberut. "Gak ikhlas banget jawabnya."
"Oke." Kath menghadap Daniel, kedua tangan memegang pundak Daniel. "Mulai minggu depan. Aku bakal jadi Guru private kamu. Yang digaji 1 milyar tiap mata pelajaran."
"Adauww... eneng Kath kejam amat. Bangkrut dong Aa'," protes Daniel seraya menatap ngeri.
"Becanda! Gitu aja takut! Ketahuan lagi kere!" ejek Kath menyentil hidung Daniel.
"Kok tahu eneng Kath?"
"Jelas dong. Kemaren malam, kan, kamu ngirim collect sms ke aku."
Perkataan itu membuat Daniel terkejut perasaan tadi malam ia tidak pegang hp. Hpnya kan di pinjam Gio buat main game candy crush.
Lho! Jangan-jangan Gio yang meng-sms. Muka gila tuh bocah, batin Daniel.
"Gio! Awas lu! Gue potong sosis lo!" amuk Daniel tidak sadar Kath meliriknya dengan tampang parno berat.
Saat mengucapkan itu Daniel mendengar tapak kaki yang berlari. Secepat kilat Daniel keluar kelas setelah berpamitan ke Kath.
Anjrit! Kunyuk satu itu gak boleh dilepas! Pikir Daniel sambil mengejar laki-laki yang jauh di depannya. Dari punggungnya saja Daniel bisa menebak kalau itu punggung Gio.
Dasar bajingan! Maki Daniel lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Girl (Completed)
Teen Fiction"Kamu lagi di mana?" "Sama siapa?" "Sama cowok ato cewek?" "Udah makan belom?" "Jam 7 harus jemput aku! Ok!" Pertanyaan beruntun dari sang kekasih membuat Daniel merasa jengah. Daniel Padilla memang ingin memiliki pacar yang posesif. Namun tak poses...