11.

2.6K 83 1
                                    

11.

Balikkan sama mantan itu sama seperti hewan ruminansia. Akan menguyah kembali makanan yang telah dimakan. Ibaratnya; udah dibuang dimakan lagi.

***

Daniel benar-benar bodoh. Tidak seharusnya Daniel mengatakan hal tabu. Terbakar cemburu, emosi meluap, membuat perkataannya tidak disaring terlebih dahulu. Semestinya malam itu, Daniel meminta penjelasan, tidak langsung mengakhiri hubungan mereka.

Ia jadi menyesal sendiri. Memaki kebodohannya. Tapi, tadi malam Daniel tidak tahu betul siapa laki-laki itu.

Ia bukan egois, perlu kau tahu, jika kau bertengkar dengan pasanganmu dan tiba-tiba kau bertemu pasanganmu bersama laki-laki lain kau akan melakukan hal sama seperti Daniel lakukan.

Daniel duduk bersandar di tembok dengan pandangan kosong, melamun. Dean menempeleng kepala Daniel.

"Salah sendiri, pikiran itu jangan kayak bocah. Minta penjelasan dulu. Kalau udah putus, gini 'kan, lo yang nyesel sendiri." Dean duduk di sampingnya, memberi dukungan -eh, tepatnya hinaan. Di antara ketiganya, Dean adalah teman yang paling bijak dan pendengar baik.

Gio mencibir. "Putus satu, cari yang lain. Gitu, aja, kok susah."

Playboy akut dimiliki oleh Gio, selain itu tukang modus dan suka gonta-ganti cewek. Daniel bingung, kenapa bisa berteman dengan Gio?

Kadang ia jengah mendengar mulut comel Gio, tapi di sisi lain Gio merupakan penghibur dalam pertemanannya.

"Eh, sekali lagi lo ngomong, gitu. Gue usir," ancam Dean, mendelik.

"Jahat banget! Kayak emak-emak mau ngelahirin." Gio tertawa. Tidak diam saja Dean menempelengnya. Baru setelah itu Gio, diam.

Hening sesaat.

Daniel menghembuskan napas. Ingin mengatakan sesuatu tapi sudah didahului oleh Dean.

"Besok, lo harus minta maaf sama dia—"

"Trus... ajakin ke tempat romantis. Kasih bunga. Ah, klise banget. Ya, kasih sesuatu yang dia suka. Ide bagus, kan?" potong Gio, opsinya sama seperti buah pikir Daniel saat 'berencana memberi novel untuk Kath sebagai tanda maaf' kemarin.

Perlu waktu lama Daniel berpikir. Ia harus meminta maaf, mengajak balikkan dan memperbaiki hubungannya dengan Kath. Dua temannya ini pasti bisa membantu.

Tiba-tiba, Gio berseru, layaknya mendapat hadiah uang satu milyar dari undian.

"Gue punya ide bagus!"

Dean mengelus dada. Tabiat Gio satu ini tidak bisa dihilangkan; suka teriak-teriak.

"Apaan?" Daniel buka suara. Ingin tahu ide cowok yang duduk di tepi ranjang itu menaik-turun alis tipis -kelewat tipis malah- seraya menyeringai.

"Najis! Muka lo kayak tai!" sembur Daniel.

Gio cemberut. "Udah bagus, gue kasih ide, malah diejek." Lalu Gio berdiri hendak berjalan entah ke mana tapi Daniel menahannya. "Lepasin! Atau kita, PUTUS!"

Gio mengatakan sambil memasang mimik wajah seperti di sinetron saat wanita marah lalu meminta putus karena ditahan pacarnya.

"Misal lo bukan temen gue, nih. Mungkin udah gue tendang keluar jendel, trus nyungsep. Tau, rasa lo!" tegas Daniel, jengkel.

Dean tertawa terpingkal-pingkal di kasurnya. Setelah tawanya reda, Dean menyuruh Gio untuk memberitahu idenya sebelum dua tanduk muncul di kepala Daniel.

Satu tarikan napas Gio menceritakan idenya. Dua temannya mendengarkan dengan khidmat. Sampai-sampai dua alis Daniel saling mengkerut.

Mulut Gio mengantup rapat. Pertanda berakhirnya sebuah cerita.

Decak kagum keluar dari bibir Daniel. Seorang Gio ternyata pintar juga dalam hal ini -mengajak cewek balikkan. Tapi anehnya, dulu Gio bersikeras memaksa hubungannya dan Kath berakhir, sekarang cowok itu membantu Daniel dalam love-life-nya.

***

Lagu rock berdentum keras dari ponselnya. Mengusir kesunyian dalam hatinya. Ini merupakan satu di antara banyaknya cara untuk mengisi kesendirian. Kath tidak seperti cewek lain, jika patah-hati atau galau menyetel musik sedih, menghabiskan tisu berlapis-lapis untuk menghapus air mata dan ingus. Ia biasanya duduk di kursi belajar, menuangkan isi hatinya dalam tulisan sambil mendengar lagu rock.

Ryan dan Pras terbiasa akan tabiat Kath. Acuh tak acuh mereka membiarkan -dalam artian halus di kasus ini- Kath menenangkan pikirannya. Orang putus cinta itu seperti singa yang tertidur pulas, jika singa kita ganggu tidurnya, maka singa itu melahap mentah-mentah tubuh kita. Kata itu yang diucapkan Ryan saat Pras hendak memarahi Kath. Soal menyetel lagu dengan volume keras.
Satu pesan masuk.

Kath berhenti menulis. Menggerling ponsel di samping buku, takut-takut kalau itu dari mantan pacarnya. Ternyata bukan. Nama David tertera di layar ponsel. Ia membuka, membacanya.

David

Drpd kmu bergalau ria sendri dirmh besk antrn aku ke rs. Kmu ad janji lo sma aku. :-)

Dalam hati Kath ingin membalas; aku gak bisa. Tapi urung ia lakukan mengingat David menderita penyakit gagal ginjal, jika terlambat cuci darah, kondisi David tidak dikatakan baik-baik saja.

Akhirnya Kath membalas pesan David.

Kath

Ok, stlh pulang seklh y

Tanpa menunggu balasan dari David, Kath menonaktifkan ponselnya. Menaruh di kolong meja lalu melanjutkan sesi menulisnya yang terhenti.

***

Gagal total!

Daniel menggerutu melihat Kath buru-buru pulang. Padahal dia belum sempat berbicara pada cewek itu. Lima belas menit sebelum bel pulang berbunyi Kath sudah mengemas peralatan sekolahnya ke dalam tas.

Heran Daniel menatapnya.

Keheranannya bertambah tat kala mendapati Kath dijemput mobil yang Daniel kenal, mobil itu milik cowok yang membuat hubungannya berakhir. Daniel masih menatap figur Kath memasuki mobil, duduk di samping kursi pengemudi.

Dengan cekatan Daniel berlari ke parkiran. Menaiki motor ninja, meng-gas motor, layaknya pembalap handal Daniel melajukan motor ke luar area sekolah dengan kecepatan tinggi. Supaya bisa mengejar mobil yang ditumpangi Kath.

Gio hendak ikut mengejar, tapi Dean menahan, tangan kanannya terentang ke samping. Memasang wajah cool seraya berkata, "ini urusan cowok."

"Lha, lo pikir gue gak cowok," tegas Gio, tak terima.

"Mungkin?" Ragu. Dean menjentikkan jari telunjuk ke dagu.

"Jadi lo gak percaya? Hayuk... ikut gue ke toilet," ajak Gio menarik paksa tangan Dean. "Gue kasih liat titit gue."

Dean menggaruk-garuk tengkuknya. "Ini serius lo kasih liat."

"Supaya lo percaya," cengir Gio. Matanya berkedip jahil. "Asal lo tau, aja. Milik gue panjang, belum pernah dipotong." Sampai di depan toilet Dean berhenti, Gio ikut berhenti. "Ayo, keburu nyelip, nih. Titit gue gengsinya gede."

Dean meneguk ludah. "Anyng! Mending gue pulang!"

Tanpa babibu Dean berlari meninggalkan Gio yang terkekeh geli.

Daripada Dean melihat 'itu'-nya Gio, lebih baik lihat penampakan hantu di rumahnya.

Possessive Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang