10# Penyetan

18 7 0
                                    

Dingin.

Suasana pagi telah menyerbu. Embun pagi dini hari meluncur deras memberikan bekas butir air pada daun-daun yang tidak bersalah. Kokok ayam jago telah memanggil memecah suasana.

Tuhan selalu ciptakan ciptaannya dengan  serasi selalu berpasangan. Hitam-Putih, dua mata, dua kaki, dua tangan, dua telinga, dan lainya. Termasuk Tuhan ciptakan malam dan siang. Siang tempat untuk manusia bergerak, berjalan, menyelusuri semua tugas, cita-cita, serta mimpi-mimpinya serta membangun kebahagiaan. Sedangkan malam saat yang  gelap, kadang dingin, tempat untuk merenung sekaligus sarana melihat diri kita dalam siang ini.

Matahari perlahan mulai naik menuju pagi. Ayam jago mulai gaduh memberikan kode untuk manusia bergegas bangun. Satu persatu mulai bangun. Seiring matahari mulai mulai naik untuk memberikan tanda kegiatan manusia hari ini dimulai.

Semua orang tengah sibuk mempersiapkan diri. Bascame mulai ramai kembali. Lalu lalang yang mandi, dan berebut kamar mandi sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. "Ayo cepet woi, udah nggak tahan nih, buruan keluar," ucap Dadang salah satu relawan.

"Sabar! ganggu aja to," ujar salah seorang kepada Danang yang aku tak tahu siapa. Serta aroma makanan yang sudah mengepul dari tim masak di dapur. Serta juga antusiasnya anak-anak perempuan sedang menyapu halaman rumah.

....

Semua sudah siap. Aku tergabung di sekolah SMK Al Hikmah. Bersama dengan Putri, Fajar, Riyan, Linda, dan Olin dan kita belum pernah kenal sebelumnya dan baru kali ini bertemu. Relawan akan dibagi menjadi tiga sekolah dan aku termasuk kedalam team dua di SMK Al Hikmah. Jarak yang kami tempuh memang tidak begitu jauh sekitar 2 Km. Namun jalanan susah, bergenanang, dan berbatu-batu terjal.

Sesampainya di sekolah untuk melakukan sosialisasi hatiku miris melihat bagaimana keadaan sekolah ini. Jumlah siswa yang tidak genap 50 anak. Rumput liar dimana-mana seperti tak terurus. Sampah dimana-mana berserakan dan beterbangan dihinggapi lalat. Gedung kelas yang sangat minim, terdapat kebocoran disana sini. Jumlah pengajar saat ditemuipun sangat minim. Melihat bagaimana antusiasnya teman-teman kelas XII yang jumlahnya tak lebih dari 20 orang membuat hati kami tergugah.

"Hayo siapa yang mau kuliah, angkat tangan!," Putri meramaikan kelas. Ia ingin tahu bagaimana semangat dari adik-adik ini dan keniatan untuk kuliah.

"Saya kak! saya! saya," sahut menyahut suara adik-adik ini.

...

Rasa kelegaan terpancar semua relawan dan panitia. Sosialisasi hari ini lancar. Datang kesini sejauh 50 Km semoga tidak sia-sia. Bukan jarak yang dekat dan tentu penuh perjuangan buat kami.

Aku juga melihat Kak Gadis, sedang asik berfoto dan bersuka ria dengan teman sekawanya. Dari pandanganku mereka pasti teman satu geng dalam kelas. Tiba-tiba Kak Gadis melihatku. "Arya sini," panggil ia keraahku.

Aku masih bingung siapa yang ia tunjuk. Aku bingung melihat kearah kanan dan kiri namun tak ada yang lain yang ia tujuk selain aku. Apa yang ia mau lakukan. "Aku?," kataku padanya.

"Iya sini buruan Ar," paksa Kak Gadis sambil gerak tangannya mengarahkan aku untuk pergi ke tempatnya berada. Sekitar 20 langkah dari tempatnya berada.

"Ada apa kak?," tanyaku.

"Fotoin kita dong hehehe," minta Kak Gadis sambil cengengesan.

"Fotoin ya ya, nanti kamu gratis foto sama aku," Kak Nisa menyahut.

"Eh apaan Nis, Arya jangan mau, rugi kamu foto sama Nisa," celetuk Kak Gadis.

Kak Nisa sedikit mengerutkan dahi kearah Kak Gadis. "Untunglah aku kan cantik, seksi, imut," kata Kak Nisa

Definisi RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang