Aku tak tahu apa yang dipikirkan oleh Faisal. Sudah tahu bila aku masih ada kelas tapi masih nekad menelponku secara membabi buta.
Nada deringnya terdengar 3 kali berturut - turut keseluruh penjuru kelas. Untung saja tadi adalah kelas Prof. Setya ia dapat mentolerir kesalahanku tadi. Prof. Setya ini dikenal sebagai salah satu makhluk bernama dosen yang berhati baik dunia manusia ini.
Tidak pernah Faisal seperti bila tidak ada suatu hal yang penting. Aku bergegas turun dari lantai tiga fakultas menuju ruang redaksi. Ketika aku datang semua sudah berkumpul aku yang paling belakang.
"Ada apa sih Sal, aku tadi masih ada kelas. Kan udah aku kirim pesan habis ini aku ke ruang redaksi" kataku protes.
"Ini penting ada yang harus dibicarakan" Faisal menyodorkan data-data yang ia miliki kepadaku. Lengkap beserta resume wawancara yang telah dilakukan beberapa narasumber sebelumnya. Ini adalah bahan-bahan berita yang siap untuk ditulis.
Aku sedikit kaget atas temuan yang dilakukan oleh Faisal. Aku membaca dengan sangat teliti semua data yang diperoleh oleh Faisal tanpa melewatkan satupun.
"Data ini aku dan Rendy yang cari dibantu Wulan untuk wawancara narasumber" kata Faisal lagi sembari menunjukkan draf berita yang siap masuk proses editor. Karena perlu diketahui setiap tulisan apapun harus sepenuhnya melalui editor untuk melihat kelayakannya.
"Kau yakin dengan ini Faisal?" tanyaku pada Faisal.
"Berita ini harus terbit hari ini juga" desak Faisal.
Aku sedikit bingung sekaligus ragu. Baru kali ini aku ragu atas tindakanku sendiri.
"Arya kenapa kamu diem" kata Faisal "Kamu setuju kan?"
Aku hanya diam dan terus mengamati draft dan data yang diberikan Faisal kepadaku. "Kebohongan Pemilu Raya FH antara BEM dan DPM" judul dari draf yang diberikan padaku.
Aku mendangak keatas melihat Faisal dan Lina berdiri dihadapanku. Sedangkan Rendy dan Wulan masih tetap duduk dalam posisi yang tak jauh dari kami.
"Kalian yakin? Ini sangat beresiko?" kataku sedikit ragu.
"Kamu bilang kita harus katakan benar bagi yang benar dan salah bagi yang salah? Sekarang kita melakukan hal benar kamu malah ragu. Aku mencari dan mengumpulkan data-data ini dua minggu Ar, aku tidak sedang ngawur" kata Faisal sedikit emosi kepadaku.
"Kita harus nunggu Mas Juki pulang dari Bandung" aku sedikit bingung apa yang harus aku putuskan. Mas Juki saat ini masih diluar kota selama satu Minggu. Karena hal itu dari kelima angkatan ku ini aku dijadikan penanggungjawab sementara di keredaksian. Aku tidak ingin mengambil keputusan dengan gusar dan tergesa-gesa.
"Arya dengerin aku, kamu diantara kita berlima kamu yang paling diandalkan. Kamu bisa jadi apa aja, reporter, editor, layouter, penulis, kamu bisa semua dan aku sendiri percaya banget sama kamu. Sementara Mas Juki nggak ada dan kamu ditunjuk jadi penanggungjawab sementara. Kita tanggung resiko ini bareng-bareng" suasana menjadi sedikit tegang
"Kita akan publis berita ini, tapi bukan sekarang" ucapku kepada yang lain.
Selain memperuncing permusuhan kami dengan BEM dan DPM tentu ini resiko yang besar urusan keselamatan kami. Sebelumnya Faisal terlibat baku hantam dengan anak-anak BEM yang tidak terima berita yang kami buat untuk saja ada Mas Juki yang bisa meredam kekisruhan waktu itu. Aku takut hal tersebut akan terulang kembali.
"Kenapa?" tanya Faisal
"Kita masukan dalam buletin Minggu depan" tegasku
"Kelamaan Ar! Ini harus segera diterbitkan sebagai berita harian hari ini!" nada bicara Faisal semakin meninggi
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi Rindu
Teen Fiction| Romance | Fiksi "Bagiku rindu adalah hak setiap, termasuk rindu denganmu" ..... Malam yang selalu menyanyat direlung hati yang dalam. Menepis dingin dengan kelembutan rasa. Melangkah dan berjalan di sisi yang sepi. Aku tetap ada disini, sama keti...