Matahari cukup menyengat dari balik jendela.
"Kamu udah boleh pulang, semua administrasinya sudah beres" Kak Gadis datang sambil membawa berapa bungkus obat yang harus aku minum setelah ini.
"Kak gimana biaya perawatanku?"
"Udah tenang aja nggak usah dipikirin" kata Kak Gadis tenang. Walaupun hanya semalam tapi pasti tidak sedikit.
"Setelah ini aku ganti kak" ucapku pada Kak Gadis
"Udahlah santai aja, kamu bisa ganti kapan-kapan" Ia tersenyum simpul. "Kita harus tunggu temenku buat nganter kamu pulang" sembari ia memantau ponselnya.
"Siapa Kak? tanyaku
"Temenku Ar, kayaknya masih dijalan"
"Cowok atau cewek?"
"Cowoklah, aku harus minta bantuan sama dia, kemarin aku bawa kamu sama dia juga" Kak Gadis menerangkan.
Cowok? dan Kak Gadis harus meminta bantuan sama dia? Pikiranku sedikit mengacau. Dia siapa? Saudaranya? Teman? Atau jangan-jangan pacar?
Beberapa saat aku pun hanya diam. Aku dibuat bingung dengan perasaan yang kadang pasang dan surut ini. Perasaan yang entah aku tak mengerti. Semua reaksi tubuhku mengacau. Aku tak mengerti bagaimana keadaan ini datang. Mendadak jantungku ikut berdebar, suasana hati makin tak menentu.
....
Suka itu adalah perasaan yang kadang berbalut tipu, datang sesaat berselimut kesan. Tapi ingat, kapanpun ia mau ia bisa pergi entah kemana.
Aku menarik nafas dalam-dalam merasakan semua rongga - rongga badanku terisi oleh udara yang merasuk. Udara yang menyejukkan pikiran serta ketenangan hati. Hai perasaan datanglah aku siap dan siap pula untuk menerima kekecewaan yang terbesar.
"Gadis" tiba-tiba suara berat itu muncul dari balik tirai. Memanggil Kak Gadis dengan suara berat dan besarnya. Aku dapat jelas melihat dia. Mungkin dia yang sedang Kak Gadis tunggu.
"Hei! lama banget sih, aku nungguin kamu lama" sambut Kak Gadis sambil menepuk pundaknya.
"Maaf maaf hehehehe kamu sih dadakan bilangnya , tadi aku harus ke kampus dulu Gadis" ia menjelaskan
Tiba-tiba telingaku panas mendengar obrolan mereka berdua. Aku mulai tidak suka dengan suasana ini. Tidak suka dengan orang yang tiba-tiba muncul dihadapanku. Entah kenapa aku ingin segera meninggalkan tempat ini segera!
"Arya kenalin ini Mas Robi" ia mengulurkan tangan kepadaku. Sambut ku aku ikut mengulurkan pula tanganku. "Arya" aku memperkenalkan diri.
"Robi" ia memperkenalkan diri.
"Wah udah nggak apa-apa kan dek" tanya Kak Robi. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala yang mengisyaratkan aku baik-baik saja."Kamu nanti bakal di anter Robi" jelas Kak Gadis. "Tenang aja dia nggak homo kok hehehe" sambil Kak Gadis membereskan beberapa barang-barangnya.
Sebenarnya dalam posisi seperti ini aku tidak setuju. Entah kenapa tiba-tiba aku tidak suka dengan orang baru muncul dihadapanku ini.
"Arya?" panggil lagi kak Gadis
"Ehh ada apa kak?"
"Ihhh ditanyain kok malah ngelamun" sambil menepuk pundakku. "Nanti kamu sama Robi aku bisa nunggu disini dulu" kata Kak Gadis menambahkan.
"Aku pesenkan ojek online aja ya Dis, jarak dari rumah sakit ke ke daerah kampus 20 menitan, nanti kamu nunggu lama" kata Kak Robi seperti menunjukkan perhatian. Sok baik aja
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi Rindu
Fiksi Remaja| Romance | Fiksi "Bagiku rindu adalah hak setiap, termasuk rindu denganmu" ..... Malam yang selalu menyanyat direlung hati yang dalam. Menepis dingin dengan kelembutan rasa. Melangkah dan berjalan di sisi yang sepi. Aku tetap ada disini, sama keti...