Brakkk!
"Ini udah, fotokopiannya udah selesei semua" aku meletakkanya diatas meja.
"Udah semua Ar?" tanya Lina sambil mengetik sesuatu didepan komputer.
"Udah" jawabku pelan
"Habis berapa?" tanya Lina kembali
"Udahh" aku masih tidak fokus
"Udah? Maksudmu?
"Udahhhhh"
"Arya!" teriak keras oleh Lina
"Ada apa, ada apa?" aku menoleh Lina sedikit bingung kurang fokus.
Lina mengerutkan dahi. "Foto kopinya habis berapa tadi!"
"Ohhh, 15.000 Lin" aku kembali duduk bersandar dan memandang langit-langit. Aku kenapa ini, hadirnya hanya memperburuk hari ini. Atau seharusnya aku tidak fotokopi disitu agar aku tidak bertemu dengan Kak Gadis.
"Kamu ada apa sih Ar, dateng-dateng muka di tekuk kayak bantal, tambah jelek loh" tanya Lina sambil mengamatiku keheranan.
"Nothing" sambil aku memandang langit-langit ruang redaksi.
"Jawab Ar! Kamu kenapa!" Lina kembali mendesak
Aku menoleh dan hanya menggelengkan kepala dan tersenyum singkat ditambah untuk mengedipkan bahu tanda aku masih baik-baik saja.
"Arya!" tanpa basa-basi Lina menjewerku. Untuk kali ini yang kiri.
"Aduhhh aduhhh lepas Lin sakit!" aku menahan rasa sakit atas jeweran Lina.
"Bilang ada apa! kalau nggak mau telinga putus sama aku!" tiba-tiba Lina mendadak buas. Mati aku.
Aku tidak bisa memilih lagi. "Iya-iya tapi lepas dulu" setelah aku memohon akhirnya ia melepaskan. Aku memegang telinga kiriku yang masih sedikit nyeri dijewer oleh Lina. "Sakit Lin aduhhh"
"Ada apa sih, sejak tadi malem, sampai sekarang kamu aneh!" tuduhan lina sebenarnya tanpa dasar. Tapi aku memang merasakan hal yang tidak enak sejak kemarin dan hingga hari ini.
"Galau" jawabku sedikit ragu
"Elu galau?" Lina terperangah heran
"Sedang tidak mood"
"Ahahaha gara-gara perempuan ini pasti" Lina tertawa seperti ada yang lucu baginya
"Kok ketawa sih" tanyaku sepertinya tidak ada yang lucu.
"Ya lucu aja"
"Lucu gimana?" sedikit protes
"Kukira kamu nggak suka cewek, tuh liat chating kamu kalau nggak chat grub ya chat sama Faisal atau Rendy nggak ada ceweknya dasar homo hehehehe" jelas Lina sambil tertawa.
"Kamu pernah deket kan sama Neta anak debat? Itu juga kamu cuekin aja, padahal udah keliatan kalau si Neta suka kamu. Ehh cowoknya nggak peka" jelas Lina
"Aku nggak suka sama Neta" Aku menjawab. "Kita tidak sedang mbahas Neta" sambungku.
Sebenarnya bukanya tidak ingin hanya saja aku takut untuk memulai. Aku hanya takut untuk memulai lalu berharap dan tiba-tiba pupus. Hanya tidak ingin kembali terulang seperti hal yang aku alami beberapa bulan lalu dengan Mella.
Pupus
.....
Sedikit menoleh kebelakang
"Sebaiknya kita temenan seperti dulu, aku nggak mau kamu berharap lebih kepadaku," lagi-lagi Mela menerangkan apa yang terjadi. "Sekalipun hubungan kita dekat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi Rindu
Dla nastolatków| Romance | Fiksi "Bagiku rindu adalah hak setiap, termasuk rindu denganmu" ..... Malam yang selalu menyanyat direlung hati yang dalam. Menepis dingin dengan kelembutan rasa. Melangkah dan berjalan di sisi yang sepi. Aku tetap ada disini, sama keti...