"Ayo makan lagi Ar" Kak Gadis mengayunkan sendok kearahku.
Aku menganggukkan kepala dan menerima suapan darinya yang entah keberapa kali.
"Nanti pagi kamu udah bisa pulang" kata Kak Gadis sambil menyiapkan suapan di disendok kembali
"Jam berapa?" aku berharap aku bisa segera keluar dari ruangan ini.
"Nggak tau Ar, tunggu aja"
"Pulang sekarang aja ya kak"
"Kok kira ini rumah e mbahmu bisa pulang kapanpun yang kamu pengen" ia menatap ku
"Aku udah nggak apa-apa" aku merasa tidak sakit
"Liat kamu, mukamu bonyok semua! kamu tadi pakek pingsan juga! Untung aja luka di perutmu nggak parah! Untung kamu nggak ada luka dalam, itu bahaya!"
Ia menyentak ku. Raut mukanya menandakan dia marah kepadaku. Bayangan diraut mukanya sedikit cemas ketika melihatku. Aku berfikir keras apa yang telah terjadi malam itu dan sampai saat ini. Namun aku harus berterimakasih. Tanpa Kak Gadis entahlah mungkin aku harus sempoyongan saat aku sadar dan harus berjalan menuju kos dengan luka-luka ini masih ada.
"Iyaa kak tau, aku nurut kok" aku mengiyakan apa yang kak gadis bilang. Aku tersenyum semanis mungkin kearahnya. Gaya ngomelnya Kak Gadis sama kayak Ibu Hehehe tawaku dalam hati.
"Iyaaa harus gitu emang" baru aku menyadari bahwa hari ini ia aneh. Yang sedianya semula ia konyol sekarang ia menjadi lebih galak dan mendekati sebuah perhatian.
"Kak tanya" aku ingin meluruskan apa yang terjadi
"Tanya apa lagi?" Kak gadis menunggu
"Kakak kok jadi galak?"
"Kapan galak?" ia mengerutkan dahi seperti ancang-ancang ingin mencubitku.
"Jangan cubit kak, sakit Hehehe"
"Aku kuatir sama kamu bukan sok galak!" kata Kak Gadis
Aku sempat diam menelaah arti kata "kuatir" dengan seksama. Lama saja tak ada orang yang bilang kata-kata itu lagi di gendang telingaku.
Aku berusaha menetralkan semua perasaan yang aneh ini. Menstabilkan berbagai senyawa-senyawa yang dapat pengacau diri. Aku tidak mau salah menanggapi berlebihan. Senyakinya aku bahwa kekuatiran itu dari ikatan kakak dan adik bukan?
"Aku nggak apa-apa kak sekarang" aku berusaha menenangkan
"Iyaa sekarang kamu udah nggak apa-apa, lha tadi malem?" ucap kak Gadis
"Semalam kenapa kan cuma pingsan?"
"Hihhh terserah kamu lah" ucap Kak Gadis
"Jangan gitu?" bujukku agar ia tidak marah
"Tak tinggal pulang nanti kamu" ancam kak gadis. Aku tahu ini sebuah ancaman
"Jangan pulang kak"
"Makanya nurut aja"
Aku menganggukan kepala tanda aku mengerti apa yang harus kulakukan. "Iyaa kak"
Kak Gadis menunduk sejenak lalu mengangkat kepalanya. "Aku keluar dulu Ar, tak tinggal dulu yaa"
"Kemana kak?" Memastikan ia kemana
"Kamar mandi"
"Ikut kak" aku hanya penasaran aku takut ia tersinggung
"Ngapain ikut ke kamar mandi cewek"
"Ikut kakak" jawabku terus
"Nggak boleh! Aneh-aneh deh kamu" ia mulai menuju pintu
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi Rindu
Jugendliteratur| Romance | Fiksi "Bagiku rindu adalah hak setiap, termasuk rindu denganmu" ..... Malam yang selalu menyanyat direlung hati yang dalam. Menepis dingin dengan kelembutan rasa. Melangkah dan berjalan di sisi yang sepi. Aku tetap ada disini, sama keti...