9# Dia Kak Gadis

21 6 3
                                    

Semuanya sudah berkumpul menghadap layar proyektor. Malam ini ada pembekalan materi yang akan di sampaikan untuk besok. Duduk bersila dalam posisi melingkar semua khitman mengikuti arahan.

Semua persiapan ini dilakukan agar besok kegiatan sosialisasi lancar. "Ada yang ditanyakan untuk persiapan briefing kali ini?," tanya Kak Eko yang menjelaskan materi terakhir sosialisasi.

Semuanya mengangguk paham. Seharian ini semua relawan sudah mengantuk dan letih. Selain itu malam telah beranjak larut menuju dini hari. Ditambah hawa dingin menyerbu kulit. "Kalau tidak ada pertanyaan lagi, semuanya langsung tidur ya, persiapkan buat besok. Langsung tidur karena jadwal kita besok lumayan padat," tutup Kak Eko mengakhiri briefing malam ini.

....

Malam semakin larut. Bintang-bintang malam ini menampakkan diri tak malu-malu. Meskipun tadi sore awan terlihat muram. Untuk malam ini langit memberikan keindahan yang tak fana. Gugusan bintang-bintang yang bila imajinasi diliarkan dapat disatukan dan dihubungkan dengan garis-garis untuk membentuk beragam arsi bintang yang sifatnya dadakan.

Meskipun kadang berungkali aku menguap menahan kantuk. Rasanya enggan saja untuk tertidur dahulu malam ini. Sebagian sudah tertidur dalam mushola dan didalam basecamp relawan. Tapi aku bersikukuh untuk berkompromi agar tidak tidur terlebih dahulu. Serta menyisir dalam sunyi tanpa bunyi.

Berulang kali memori itu datang. Datang dan pergi lalu singgah sementara, tapi kali ini ia memutuskan tanpa pamit untuk pergi dalam waktu yang tidak ditentukan. Kenangan dibentuk manusia sebagai pengingat. Andai saja manusia menciptakan penghapusnya sekaligus, aku mau untuk menghapus sebagian. Tetang Zahra dan jejak-jejaknya.

"Kakak hanya tau aku memutuskan kakak hanya sepihak tanpa alasan, seolah aku yang jahat disini"

Mengingat malam kemarin hanya menimbulkan kepedihan. Membuka luka untuk memperjelas cerita yang vakum untuk diulas kembali. Tiba-tiba kamu kembali muncul menjelaskan alur cerita yang sebenarnya. Membawa benang merah apa yang terjadi dibalik kita. Membuat harapan itu mendesak dengan harapan baru.

Malam itu ia kembali untuk menumbuhkan harapanku untuk muncul kembali. Saat aku berdiri didepan jalan, serta menatap langit membumbung diangkasa. Bintang - bintang  bicaralah padaku, bisakah kau beri aku jawaban ia sedang apa? Baik-baik saja kah? Aku bertanya.

Namun bintang hanya diam, masih tutup mulut untuk membantu mengatakan kebenaran padaku. Hembus angin berlalu, menepuk-nepuk pundak dan menelusuri tubuh. Ia lebih jujur membisikan dingin pada daun telingaku seraya mengatakan bahwa ia telah pergi untuk selamanya.

Aku mengerti, aku panjatkan doa dalam hati agar kamu senantiasa baik-baik saja. Dulu dan kini memang sudah memberikan kisah yang  mencolok. Sebelum kita sejauh matahari kita sempat berada sedekat nadi.

.....

Aku beranjak duduk di teras ada beberapa anak disana dan beberapa cangkir kopi yang telah disediakan.

"Hey," tiba-tiba ada yang memanggilku. Aku langsung menoleh dan ternyata Kak  Gadis. "Duduk disini loh," kata Kak Gadis. Aku tahu dari jaket yang ia kenakan ia adalah kakak tingkat diatas ku.

"Iyaa kak," jawab ku singkat. Selain Kak Gadis, tiga temannya juga ikut dalam sosialisasi Kak Nisa, Kak Nur, Kak Olive.

"Lohh kamu satu kos dengan Bayu kan?," tanya Kak Nisa kepadaku. "Anak Pamekasan anak ekonomi juga, " jelasnya.

"Iyaa kak bener, kamarnya sebelah kamarku pas," kataku

"Enak nggak satu kos sama Bayu," Kak Gadis bertanya.

Definisi RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang