Bagian Kedelapan Belas

19 7 0
                                    

Gibran mengarahkan mobilnya ke tempat yang di maksud Arra.setelah beberapa menit mereka sampai di suatu gedung sepertinya kantor.Arra dan Gibran turun dari mobil dan menuju ke balkon gedung itu dengan lift.sesampainya di atas Arra langsung berlari sambil merentangkan tangan,ini adalah pertama kalinya dia ke balkon gedung setinggi ini,menikmati angin sore dengan pemandangan kota jakarta dari atas.
Arra menghela nafas.

" Ini seru banget." Ucap Arra.

" Alay lo." Ucap Gibran.

" Biarin." Ucap Arra.

Arra duduk di tengah menggulingkan tubuhnya menatap langit di atas yang menuju senja.merilekskan mata setelah pagi tadi bergelut dengan soal matematika.Gibran mengikuti Arra tiduran di sebelahnya.

" Lo suka." Ucap Gibran.

" Suka,suka banget malah." Ucap Arra tanpa melepaskan pandangnnya dari langit.

Gibran hanya tersenyum melihat wajah Arra sebebas ini sungguh keberuntungan.Setelah beberapa lama keheningan terjadi dan Gibran yang masih setia menatap Arra sembari tersenyum,Arra memecah keheningan.

" Makasih ya." Ucap Arra.

" makasih kenapa." Ucap Gibran.

" Lo udah ngajak gue kesini." Ucap Arra.

" Biasa aja kali gak usah makasih." Ucap Gibran.

Arra berdiri dari duduknya dan menghadap Gibran menatap wajah Gibran yang juga menatapnya.

" Ini akan jadi tempat faforit pertama gue." Ucap Arra.

" Emangnya selama ini lo gak punya tempat faforit." Ucap Gibran.

" Ada tapi ini akan menjadi tempat yang paling faforit." Ucap Arra.

" Kenapa ?"Ucap Gibran.

" Karna dari sini gue ngerasa dekat sama langit dan merasa dekat pula dengan mama gue." Ucap Arra dengan suara lirih.

Gibran mengernyitkan keningnya,dia langsung bangun dari tidurnya mengahadap ke Arra bersiap bertanya.

" Mama lo ? Mama lo kan ada ?" Ucap Gibran.

Arra membuang nafas sebelum menceritakan semuanya.Dia berdiri dari duduknya menatap ke depan dan diikuti oleh Gibran.

" Mama gue yang di rumah itu mama Elena,mama tiri gue.Sedangkan mama kandung gue meninggal saat gue berumur 6 tahun.Dia meninggal di hadapan gue,di tembak sama seseorang dari belakang dan gue gak tau siapa pelakunya sampai sekarang apa lagi motif pembunuhannya.Setiap gue tanya sama papa gue dia gak pernah mau jawab.Mama Elena istri pertama papa gue sedangkan mama kandung gue istri kedua bokap gue.Gue sendiri yang menyaksikan kematian mama gue di depan mata gue,setelah kematian mama gue,gue sempet depresi karna mengingat umur gue yang masih muda waktu itu melihat langsung peristiwa keji itu. Mama Elena baik kok,malahan baik banget dia yang ngerawat bahkan membantu gue lepas dari depresi gue,bahkan sampai sekarang gue masih suka kebayang kejadian itu." Ucap Arra panjang lebar.

Arra tanpa sadar menceritakan semua kepada Gibran,tidak tau kenapa dia bisa menceritakan semuanya pada Gibran laki laki yang sering bertengkar dengan dia.Padahal untuk menceritakan ini semua pada Azra dan Filya butuh waktu 2 tahun setelah mereka berteman.Kalau Waty dia sudah tau tidak perlu di ceritakan karna mereka berteman dari kecil.Arra menangis tanpa sadar kejadian itu kembali terngiyang di otaknya.Gibran yang mengerti keadaan Arra saat ini langsung memeluk Arra erat sambil mengelus lembut kepala Arra.Arra membalas pelukan Gibran,dia menangis sejadi jadinya di pelukan Gibran.

" Gue juga kehilangan sosok ibu kok malahan sejak umur gue 6 tahun,lo masih mending masih sempat merasakan kasih sayang mama lo,dan di sayang lagi oleh mama Elena lo." Ucap Gibran.

Arra melepas pelukannya menghapus airmatanya dan menatap Gibran,dia juga bersiap mendengarkan cerita Gibran.

" Gue gak pernah merasakan kasih sayang mama gue,Bahkan gue ngerasa udah gak inget lagi sama wajahnya kalo gak lihat fotonya,sampai sekarang gue gak pernah rasain kasih sayang ibu.Gue selalu minta bokap gue buat nikah lagi tapi bokap gue selalu menolak.kata bokap gue Nyokap gue meninggal karna sakit dan depresi.Tapi setiap gue tanya kenapa nyokap gue sampai depresi bokap gue selalu coba mengalihkan pembicaraan.Jadi lo gak perlu sedih,ada mama Elena lo yang sayang banget sama lo.Kalo gue Ra gak pernah bisa rasaiin itu gue udah lupa gimana rasanya di sayangi oleh ibu.Jadi hidup gue gak seberuntung hidup lo." Ucap Gibran juga tak kalah panjang.

Arra langsung kembali memeluk Gibran dia merasakan jika Gibran menangis.Dia baru tau jika Gibran yang terlihat kuat sebenarnya punya hati yang mudah tergores.Gibran membalas pelukan Arra.Mereka sama sama menceritakan masalah pribadi mereka,lain halnya dengan Arra yang punya sahabat untuk berbagi cerita.Gibran adalah seseoramg yang tertutup sekalipun pada sahabatnya tidak ada yang tau mengenai kematin ibunya yang mereka tau ibunya hanya meninggal saja,tidak ada yang berani menanyakan alasan kematin ibu Gibran padanya.Tapi entah kenapa dia menceritakan kepada Arra.

" Makasih ya." Ucap Arra.

Gibran melepaskan pelukannya dan menatap Arra lekat.

" Makasih buat apa lagi ?" Ucap Gibran.

" Karna lo udah mau dengarin cerita gue." Ucap Arra.

Gibran hanya tersenyum sembari mengelus puncak kepala Arra,kemudian mereka menatap lurus lagi.

" Selamat ya." Ucap Arra.

" Buat ? lo itu kalo ngomong langsung aja jangan berenti berenti bingung gue." Ucap Gibran.Arra memukul lengan Gibran membuat Gibran mengaduh kesakitan.

" Sakit tau." Ucap Gibran.

" Lagian lo,orang seriusan juga." Ucap Arra.

" Iya deh,buat apa lo ngucapi selamat buat gue ? " ucap Gibran.

" Selamat karna lo udah menang basket tadi." Ucap Arra.

Gibran tersenyum

" Kok cuma senyum aja." Ucap Arra.

" Jadi mau gimana." Ucap Gibran.

" Ya sama sama kek, atau__"

Cup

Ucapan Arra terhenti karna Gibran mencium pipinya,Arra hanya terdiam seperti patung,mencoba menetralisir jantungnya yang berdetak cepat,pipi Arra sudah merona tidak tau lagi bagaimana bentuk wajahnya sekarang.Sedangkan Gibran hanya tersenyum tanpa dosa.

" Ya udah mau pulang gak." Ucap Gibran mengahancurkan lamunan Arra yang masih tak percaya kejadian beberapa waktu lalu.

" Ha." Ucap Arra.

Gibran terkekeh melihat ekspresi Arra.

" Mau pulang apa mau di sini aja sama gue sampek pagi." Ucap Gibran.

" Eh,ya pulang lah." Ucap Arra.

" Ya udah ayok,udah sore banget." Ucap Gibran.

Arra mengangguk setuju,mereka turun dari balkon gedung itu dan menuju mobil untuk pulang.

Oke gaes jangan lupa vote dan follow..
Mohon maaf jika ada salah penulisan...

ARRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang