Night 34: Rajputana Udai Singh

3.3K 204 22
                                    

Tak ada satu pun hal yang mengganggu Devdas Star Tailes, kecuali kegagalannya menghabisi nyawa Imdad Hussain. Sepanjang hari itu wajah tirusnya dingin dengan rahang mengeras dan tak berminat mendengarkan laporan-laporan asistennya mengenai bisnis dan jadwal kegiatannya. Untuk meredam emosinya, ia memilih bersenang-senang dengan cara yang biasa dilakukan kalangan sosialnya, beresta pora hingga hilang kesadaran ditemani semua hal yang memabukkan. Seks, minuman, candu dan tentu saja, musik.

Hari baru beranjak siang, Devdas sudah berada dalam aula privat di Lantai 50 Hotel Golden Star. Pilar-pilar besar dan dinding ruangan berlapis tirai satin merah dan emas. Dipan-dipan dengan bantal-bantal empuk, puluhan pria dan wanita nyaris tanpa busana asyik bercumbu, menari dan saling menyentuh. Dalam temaram dan kabut asap beraroma manis yang sesaat membuat pusing, namun lama kelamaan menimbulkan rasa gembira. Suara musik bernuansa mediterania dengan hentakan cepat mengiringi gerakan seorang penari perut erotis yang mengenakan choli dan bawahan satin merah. Suara gemerincing pernak-pernik logam yang dikenakan penari tersebut bak menggelitik titik-titik sensitif dalam tubuh.

"Tuan!" sapa beberapa pria dan wanita ketika melihat Devdas memasuki ruangan. Mereka membungkukkan tubuh memberi hormat padanya. Orang-orang itu hanya mengenakan selembar kain tipis untuk menutupi organ seksual mereka, selebihnya tanpa atasan, menampilkan dada bidang dan buah dada yang ranum ditutupi dengan untaian kalung etnik.

Devdas melewati mereka tanpa memberi sedikitpun perhatian. Ia menuju singgasananya, berupa kursi panjang terbuat dari emas dengan sandaran besar sehingga ia bisa berbaring di kursi itu. Ia duduk dan menerima minuman merah yang disodorkan pelayannya. Beberapa wanita tanpa busana mengerubungi dan tangan mereka menggerayangi tubuhnya, berusaha membuka setelan yang dikenakannya.

"Tuan, izinkan kami melayanimu, Tuan ...." Para wanita itu memelas padanya dan tubuh mereka merangkak dengan pinggul meliuk-liuk memohon disentuh.

Mata tajam Devdas melirik pada para wanita itu. Mereka semua cantik dan masih muda. Tapi wajah mereka sangat mudah dilupakan, cantik tanpa kesan. Ketika para wanita itu mulai membuka resliting celananya, ia bergeming. Ia membiarkan saja mereka memuja keperkasaannya yang menjulang dan menelan keseluruhannya dalam mulut mereka secara bergantian. Mulut mereka hangat dan basah, memberikan rasa nikmat, tetapi tidak berkesan.

Devdas hampir tidak merasakan apapun dalam sentuhan para wanita itu. Mata tajamnya menyorot jauh, sangat jauh menembus ruang dan waktu. Ia membayangkan seorang wanita, yang walaupun sudah berlalu selama 258 tahun, tak ada satu bagian pun dari wanita itu yang dilupakannya. Duaratus tahun adalah waktu yang ditempuhnya semenjak ia ditendang dari lantai surga hingga tiba ke bumi dan 58 tahun adalah waktu yang telah dijalaninya hidup sebagai Devdas Star Tailes di bumi. Sayang sekali pada kehidupan lalu wanita itu tidak pernah jadi miliknya. Chandni hanya diciptakan untuk menjadi milik Rajputana Udai Singh. Namun di kehidupan kali ini, ia akan mengubahnya.

India, Tahun 1760.

India terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang saling bermusuhan dan berperang. Hal itu yang memudahkan bangsa-bangsa seperti Spanyol, Belanda dan Inggris yang semula datang ke India untuk urusan dagang, berhasil menduduki tempat-tempat penting, dimulai dari kawasan pantai selatan India yang kemudian meluas hingga akhirnya Inggris berhasil menguasai seluruh India.

Meskipun demikian, Inggris masih mengizinkan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang dikepalai oleh pangeran-pangeran. Inggris juga menempatkan seorang Gubernur Jenderal di India sebagai perwakilan kerajaan Inggris dan pemerintahnya.

Tersebutlah pada masa itu, ada seorang pangeran bernama Rajputana Udai Singh yang masih muda, tetapi cerdas dan berwibawa, membuatnya disegani rakyat jelata maupun petinggi kerajaan lain, bahkan pemerintah dan bangsawan Inggris. Persaingan kekuasaan antar pangeran menyebabkan rawan terjadi konflik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi seperti memasang jebakan atau mengirim pembunuh bahkan bisa melalui perantara wanita yang menjadi harem pangeran.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang