Night 6: Who Are You?

5.3K 237 30
                                    

How, should I meet my gaze with Yours, My lover
How, should I not fear You this way, My lover
How, should I not feel bashful, My lover
Look, Don't touch me today, My lover

Dhoom Taana -- Om Shanti Om

Apa ada yang salah dengan mataku yang salah? Batin Delisha. Tanpa disadarinya kepalanya dimiringkan menatap pria itu. Wajahnya, wajah manusia biasa, mata sayu dengan kelopak dalam dan hidung mancung, rahang dengan sedikit bakal janggut tipis, wajah khas pria India, tak ada yang aneh, di mata manusia biasa.

Tubuhnya tinggi, mengenakan jaket kulit, celana jeans abu-abu dan sepatu boot kulit hitam. Rambut hitamnya agak basah terkena hujan di sisir dengan jarinya. Matanya coklat hangat dan menatap ramah pada orang disekitarnya. Wajahnya cukup menarik dan yang membuat Delisha makin takjub adalah aura disekeliling pria itu, berpendar keemasan, seperti sinar matahari pagi yang mengenai embun di kebun bunga. Delisha belum pernah melihat manusia seperti ini. Apakah pria ini seorang malaikat?

Pria berpendar keemasan itu menyapa pegawai toko dan mengitarkan pandangannya ke dalam minimarket. Pandangannya jatuh pada wanita muda berambut coklat panjang dan mata coklat wanita itu menatap lekat padanya. "Hmm ... kya mere chehare mein kuchh gadabad hai?" apa ada yang salah pada wajahku, Nona? tanya pria itu sambil melangkah mendekati wanita muda itu. Wanita yang sangat cantik dan sepertinya bukan penduduk lokal. "Apa ada yang salah dengan wajahku, Nona?" ulang pria itu dengan wajah didekatkan ke wajah Delisha.

Delisha masih terpukau. "Kurasa mataku yang salah ..." gumam Delisha tanpa disadarinya. Dia bahkan tidak mengedipkan matanya.

Pria itu menunduk untuk melihat ke kakinya yang menginjak genangan kopi di lantai. "Oh, tampaknya kau menumpahkan kopimu." Katanya. Pria itu membungkuk untuk memungut cangkir kertas bekas kopi di lantai

Delisha terkesiap. Apa yang baru saja terjadi? Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Delisha menurunkan kacamata dan kembali menutupi matanya dengan kacamata hitam. Dia bergegas turun dari kursi dan malah menubruk pria tadi.

"Awh!" pria tersebut meringis dan tangannya mendekap tubuh wanita yang menubruknya karena hendak terjerembab. "Aap kahaan sochate hain ki aap ja rahe hain, mis?" Kemana kau pikir kau akan pergi, Nona?

"Mujhe maaf karna!" aku mohon maaf! ujar Delisha sambil mendorong tangan pria itu agar melepaskannya lalu melewati pria itu hendak keluar, tetapi kemudian dia berbalik lagi. "Sorry!" gumamnya "Ponselku!" Delisha meraih ponselnya dari dalam box charger, tidak mengindahkan pria yang ditabraknya tadi. Di ambang pintu minimarket Delisha terhenti. "Hujan!" dia menatap sendu melihat di luar masih hujan dengan derasnya dan ribut suara hujan. Dia berbalik lagi ke dalam minimarket dan mendapat tatapan heran dari para pegawai toko dan pria berjaket kulit tadi.

Delisha berbalik ke arah lain dan membuka ponselnya untuk menghubungi orang yang katanya akan menjemputnya di stasiun. Setelah beberapa nada tunggu telponnya tidak diangkat juga.

Pegawai toko yang berwajah merah dengan kumis panjang mengomel-ngomel sambil membersihkan bekas kopi di lantai. Delisha mendengarnya tetapi dia diam saja pura-pura tidak mengerti. Pria berpendar keemasan bak malaikat tadi berbicara pada pelayan toko itu dan memberikan uang tips pada pemuda itu. Delisha melihatnya dari balik kacamatanya tetapi dia pura-pura tidak tahu dan tidak peduli.

Delisha ahli bersikap acuh karena dia terbiasa menghadapi hal yang tak menyenangkan. Lebih baik orang mengira dia sombong daripada memberitahu kelemahannya. Dia membeli secangkir kopi lagi dan kembali duduk di pantry, menyesap kopinya dengan santainya seolah tidak terganggu oleh pria tampan yang duduk bersandar ke meja pantry sambil memandangi dirinya.

"Siapa kamu, Nona? Sepertinya kau bukan orang sini" tanya pria berpendar keemasan itu. Dengan santainya ia menatap puas-puas wanita angkuh berkaca mata hitam disampingnya. Ia membeli secangkir kopi juga untuk dirinya sendiri.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang