Night 37: Pengkhianat

2.8K 199 13
                                    

Delisha sungguh tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Dia akan mencari Maya dan memarahi hantu itu di rumah nanti. Dia merogoh tas di bahunya mencari kacamata hitamnya. "Saya dalam urusan yang berbeda, Tuan Boney!" jawab Delisha terdesak. Dia mengenakan kacamata hitamnya lalu mengibaskan rambutnya dengan anggun. "Sekarang, permisi, saya ada urusan penting!" ujarnya dingin dan berlalu dari hadapan Boney. Pria paruh baya itu memandanginya heran sekilas lalu melangkah pergi sambil geleng-geleng kepala. Anak muda sekarang baru punya boss orang hebat saja sudah sombong bukan main.

Delisha menuju ke sisi Imdad Hussain yang menatapnya tajam. Raut bersahabat dan sorot mata ramah tak tampak lagi di wajahnya. Mereka sama-sama diam dan berjalan menuju elevator. Imdad selangkah dibelakang Delisha. Mereka menunggu di depan pintu elevator bersama beberapa orang lainnya.

Pintu elevator terbuka, setelah semua orang di dalamnya keluar Delisha melangkah masuk dengan pikiran kalut memikirkan penjelasan yang tepat kepada Imdad Hussain. Imdad merentangkan tangannya mencegah orang lain masuk ke dalam elevator. Dihunus tatapan tajam pria tinggi semampai itu, orang-orang tidak ada yang berani bergerak. Imdad masuk ke dalam elevator dan menekan tombol penutup pintu.

Situasi tegang di antara mereka membuat suhu menurun drastis. Bulu kuduk Delisha berdiri karenanya. Kali ini bukan karena makhluk halus tapi karena pria di dekatnya. Delisha baru menyadari hanya mereka berdua dalam elevator. Dia semakin panik, tetapi berusaha menenangkan diri. Imdad melipat tangan di dada dan menatapnya tajam, membuat kakinya gemetaran dan tersandar ke dinding stainless elevator.

"Tampaknya aku telah salah menilaimu, Nona Marianne!" ejek Imdad. "Apa Xin Pusat mengutusmu untuk menjadi agen ganda? Kemampuanmu melebihi perkiraanku. Aku tak menyangka aku bisa tertipu dengan penampilanmu." Memikirkan wanita ini merangkak di antara kaki Devdas Star Tailes dan melakukan apa yang disuruh pria itu, membuat sesuatu dalam dadanya panas. Es akan mencair seketika karenanya.

"Anda salah paham, Tuan Imdad," kilahnya sambil memalingkan wajahnya yang ditutupi kacamata hitam. Sekarang dia menggunakan notasi resmi padanya, Imdad berusaha keras menahan amarahnya. Ia mengungkung Delisha dan meninju dinding elevator sekuat tenaga hingga dinding bergetar. 

Delisha sangat terkejut hingga  tubuhnya gemetaran dan kacamata yang dikenakannya terjatuh. Dia menatap mata nyalang Imdad Hussain dengan ketakutan. "Di bagian mana aku salah paham, Marianne-ji? Kurasa jelas sekali pria tadi mengatakan kau menjadi suruhan Devdas Star Tailes," geramnya.

Dengan terbata-bata Delisha menjelaskan " Saat itu aku agak mabuk dan aku bertemu Maya. Wanita itu menjadi simpanan Devdas Star Tailes. Dia meminta bantuanku menyelesaikan urusannya." Nafas Delisha menjadi tersengal. Kalimat sependek itu terasa sangat berat untuk diucapkan.

Imdad mencengkaram lengan Delisha dan mengguncang tubuh wanita itu. "Heh, jadi temanmu itu gundik Devdas? Menjadi suruhannya dan berteman dengan gundiknya, sekalian saja kau menjadi salah satu gundiknya, benar-benar rendahan!" makinya. Tas di bahu Delisha terjatuh dan isinya berserakan di lantai. Laki-laki itu semakin memperkuat cengkramannya dan giginya bergemelutuk saat berucap, "Memang benar kata orang-orang, wanita menjadi cantik karena berhiaskan rahasia. Penampilan polos dan lugu benar-benar cocok untuk pengkhianat sepertimu!"

Mata Delisha kemerahan dan mulai berair. "Imdad, kau menyakitiku... " ringisnya. 

Imdad melepaskan cengkramannya dengan kasar membuat tubuh Delisha membentur dinding lalu berbalik dan menjauhinya. Ia menginjak kacamata hitam Delisha saat melangkah, menimbulkan suara remuk.

Hati Delisha terasa hancur berkeping-keping. Dia hanya bisa terisak dan mulai mengumpulkan barang bawaannya yang berhamburan ke dalam tas, sementara Imdad menekan tombol agar elevator bergerak naik.

Tangan Imdad bersedekap di dada. Telapak tangan kanannya meremas koin perunggunya dan sesekali memainkannya dengan ibu jarinya. Imdad memaki dirinya sendiri karena selama ini ia menahan diri demi menjaga kesucian wanita ini. Namun melihat situasi sekarang, ia sangat menyesalinya. Seharusnya ia memperlakukan Marianne seperti wanita lain saja, sesuka hati tanpa ada perasaan.

Memandangi pundak wanita itu saat memunguti barang-barangnya di lantai, Imdad tahu dia terlihat menyedihkan, akan tetapi terhadap wanita yang gemar memainkan perasaannya, ia tidak punya rasa simpati. Meskipun wanita ini menangis darah, ia akan tetap membawanya menemui CEO Khan's Enterprise, Fairouz Khan.   

Ia ingin melihat bagaimana tampang wanita ini jika melihat pria satu itu. Apa dia akan menjatuhkan diri dan menciumnya seperti belum pernah dicium ketika di awal-awal mereka bertemu? Ataukah akan seperti merangkak menyembah kaki Devdas? Membayangkannya saja membuat darahnya mendidih. Ia seorang pria, wajar baginya menjamah banyak wanita. Namun jika wanita yang diklaimnya hanya miliknya  disentuh orang lain, apalagi jika wanita itu sendiri yang memohon disentuh, ia tidak bisa menerimanya. Naluri laki-lakinya tidak akan sudi menerima hal itu.

Imdad melangkah keluar lebih dulu ketika pintu elevator terbuka di Lantai 20, meninggalkan Delisha yang tengah merapikan penampilannya. Wanita itu mengusap sisa air matanya dan berusaha membuat senyum manis meski hati sakit. 

Sekretaris wanita menyambut kedatangan Imdad dan mempersilahkan pria itu masuk ke ruang kerja CEO Khan's Enterprise. 

"Ah, CEO Imdad Hussain, selamat datang!" Fairouz Khan menyapanya sambil berjalan merentangkan tangannya. Pria berkulit putih berhidung mancung dengan mata abu-abu jernih itu menjabat tangan Imdad dan memeluknya sambil menepuk-nepuk pundaknya. Ia seorang pria keturunan Pakistan-Jerman, berusia 40 tahun, tampak berwibawa dan ramah.

Fairouz Khan, 40 y.o, The Bussinessman

"Senang bisa bertemu Anda lagi, Tuan Khan, terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk pertemuan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senang bisa bertemu Anda lagi, Tuan Khan, terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk pertemuan ini."

"My pleasure, Mr.Imdad, saya yang harus berterima kasih karena Anda mau datang kemari. Kondisi kesehatan saya memang tidak memungkinkan saya berada di luar terlalu lama." 

Delisha memasuki ruangan sambil menundukkan wajah dan merapikan rambutnya ke belakang telinganya, khawatir jika wajah habis menangisnya masih terlihat.

"Oh, siapa ini?" tanya Fairouz.

Imdad menoleh pada Delisha. "Perkenalkan, Tuan Fairouz, ini Marianne Webster, asisten pribadi saya!" ujar Imdad sambil menarik lengan Delisha dan menggamit sikunya. Ia melihat sekelebat ekspresi kagum pada wajah Fairouz ketika melihat wanita itu, bola mata membesar dan mulut sedikit terbuka hampir tersenyum. Imdad tidak menyukai hal itu. Ia merasa liurnya sangat asam. 

Delisha mengangkat wajahnya dan menatap lekat pada pria bernama Fairouz Khan tersebut. Dia terhenyak dan tak berkedip lagi, bahkan lupa bernafas melihat pria itu. Pria dewasa yang sangat tampan dengan mata menyorot dalam, mampu menghipnotis setiap orang yang menatapnya. Tas di lengannya terjatuh lagi dan isinya berhamburan di lantai.

Imdad yang berdiri di antara mereka merasa sekujur tubuhnya menjadi bara api. Dengan menggeram ia berkata, "Nona Marianne, perkenalkan, ini Tuan Fairouz Khan, CEO Khan's Enterprise ..."

Delisha bisa mendengarnya dan dia tahu itu, tetapi matanya tak dapat berpaling dari Tuan Fairouz Khan. Perlahan dia melangkah ke hadapan Fairouz Khan dan tangan kanannya  terangkat, menyentuh-nyentuh hidung Tuan Fairouz dengan telunjuknya. "Tuan Fairouz, Anda ini apa?" gumamnya, membuat Imdad dan Fairouz berseru heran dengan alis terangkat.

Ini pertama kalinya Delisha melihat manusia tanpa ditutupi penampakan atau aura apapun disekelilingnya. Sama seperti manekin atau android berbentuk manusia yang banyak beredar di tahun 2034. Namun manusia android pada zaman itu pun tidak sesempurna ini. Makhluk tanpa hawa, tanpa aura. Tuan Fairouz Khan adalah benda mati.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang