Night 27: Closer

3.9K 205 26
                                    

Today my body is a little tempted, a little fragrant
I'm thirsty, engulf me in your arms
I swear to you, my darling, don't go far away from me
This distance between us demands that you come closer to me

Zara zara -- RHTDM
Music: Harris Jayaraj Lyrics: Sameer Singer: Bombay Jayashree

Delisha membuka matanya dan mendapati sinar matahari sudah menerangi kamarnya. Jendela terbuka dan udara pagi semilir menyejukkan kamarnya. Udara segar pagi bercampur embun sisa hujan malam tadi. Dia duduk dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya dan menggeliat meluruskan pundak dan tangannya. Ini bangun tidur terbaik yang pernah dirasakannya. Teringat apa yang dialaminya malam tadi membuat desiran hangat di dadanya dan secara naluriah dia merapatkan pangkal pahanya. Astaga, hanya dengan belaian dan ciumannya saja dia sudah merasa seperti ini, apalagi jika pria itu benar-benar melakukannya, apa yang akan terjadi dengan tubuhnya? Imdad benar. Dia belum berpengalaman soal ini dan untuk melakukannya kelak dia harus benar-benar siap dan yakin akan segala konsekuensinya.

Turun dari ranjang dan menikmati mandi paginya, Delisha menelusuri tubuhnya dan melihat sendiri bekas-bekas kecupan di kulitnya. Dia jadi bertanya-tanya apa benar pria itu tidak terpengaruh dengannya, apa benar daya tahan pria bisa sekuat itu? Tidak serta merta menyerangnya dengan nafsu memburu? Imdad menahan diri karena dia belum berpengalaman apakah itu berarti lelaki suka wanita yang sudah mahir melayani mereka? Ah, Delisha menangkup wajahnya sendiri karena malu. Dia pasti terlihat konyol dan bereaksi tidak wajar saat itu sehingga Imdad menyadari kepolosannya. Dia merutuk dirinya sendiri "Huaaa, memalukan!!"

Mengenakan rok merah selutut dan kemeja hitam, Delisha duduk di meja makan dan menghirup kopi hitam yang diseduh oleh Bibi. Wanita tua itu tengah memasak kari di kompor dan beberapa hidangan lainnya. Delisha menikmati kopinya bersama roti pipih dan selai buah. Rani duduk berseberangan dengannya, menikmati hidangan yang sama, hanya saja gadis kecil itu menenggak susu putih untuk teman makannya. Gadis kecil itu menatap lekat pada Delisha. Menghindari tatapannya, Delisha memilih berbincang-bincang dengan Bibi mengenai masakan India.

Imdad memasuki ruang makan sambil menggulung lengan kemeja putihnya hingga ke siku. "Suprabhaat!" Selamat pagi! sapa pria itu bersemangat.

Bibi menoleh padanya. "Tidak biasanya kau bangun sesiang ini, Raj!" tuding Bibi. Pria itu mengerling dan tersenyum saja menanggapinya. Dan Bibi merasa menyesal telah mengutarakan hal itu, sepertinya dia paham kenapa, karena melihat Imdad menyempatkan membelai rambut lembab Marianne dan menyentuh pipinya sekilas sehingga wajah wanita itu bersemu kemerahan.

Delisha tampak salah tingkah, "Raj!" serunya kesal manja. Pria itu melemparkan senyum padanya lalu mendatangi Rani dan mengusap pucuk kepala gadis itu seperti mengacak-acak bulu kucing. Gadis berkepang panjang itu sumringah dan langsung bersemangat jadinya.

"Apa kabar gadis kecilku? Kau harusnya sekolah kan hari ini?" ujar Imdad sambil duduk di sebelah Rani karena dengan begitu ia bisa bertatapan dengan Delisha.

"Bisakah aku ikut ke kantormu saja, Raj?" pinta Rani memelas "Sekolah itu membosankan ..."

Imdad mengambil roti dan selai "Tidak bisa, mere jaan! Kau harus sekolah agar kau memiliki pengetahuan yang luas dan kemampuan dalam berbagai bidang pekerjaan."

Oh, jadi dia menyebut mere jaan kepada semua orang, ya? Delisha merasa dipecundangi.

"Kantorku hanya mempekerjakan orang-orang dengan pendidikan tinggi. Bukankah kau ingin jadi Asisten Pribadiku? Maka kau harus sekolah dulu untuk mendapatkan gelar sarjana" ujarnya pada Rani. Gadis itu harus menyadari hubungan pentingnya sekolah dengan cara mencapai impiannya. Ia tersenyum pada Rani dan gadis itu manggut-manggut sambil mulai berpikir untuk menyelesaikan sekolahnya secepatnya.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang