Night 38: Darah

3K 202 25
                                    

Fairouz tertawa kikuk melihat reaksi asisten pribadi Imdad Hussain ini. "Ahahha, asistenmu punya cara yang unik memperkenalkan dirinya," ujarnya pada Imdad.

Sudut bibir Imdad tertarik paksa. Nona muda ini juga bereaksi seperti itu saat pertama kali melihatnya. Pertemuan yang unik dan terjadi karena wanita itu enggan keluar ruangan saat hujan. Ia pikir itu lucu apalagi dia terlihat polos dan lugu. Sekarang ia merasa hal itu hanyalah bagian dari sandiwara.

Delisha heran kenapa pria itu mentertawakannya. "Saya serius, Tuan Fairuoz!" ujarnya sambil berjongkok untuk memunguti barang-barangnya di lantai. Tas sandang yang dikenakannya model satu kantung dengan kancing magnetis sebagai perekat, sehingga tidak tertutup. Delisha pikir tas seperti ini sederhana dan praktis mengambil dan memasukkan barang, ternyata, membuat isinya mudah sekali berhamburan. Dia menjumput barang-barangnya, mancis, permen penyegar mulut, ponsel, earphone, pulpen dan juga bangkai kacamatanya yang remuk. Benda itu telah lama menjadi temannya menutup diri, dia tak bisa meninggalkannya begitu saja. Gagangnya patah, dan tersisa sedikit pecahan kaca.

"Ahh!" Delisha terpekik kecil saat bagian kaca yang runcing menggores ujung jari telunjuknya. Setetes darah keluar dari luka itu. Dia hendak mengisapnya tetapi seseorang menarik tangannya dan memasukkan jarinya ke dalam mulut yang lembab dan dingin.

Delisha terkesiap. Fairouz Khan mengisap ujung jarinya yang berdarah dan menikmati rasanya dengan mata terpejam. Hal itu hanya berlangsung satu detik, Imdad Hussain segera menarik Fairouz Khan dan mencengkram kerah setelannya. "Apa yang Anda lakukan, Tuan Fairouz?" geramnya menahan amarah.

Dengan gugup Fairouz melepaskan tangan Imdad darinya. "Walau hanya setetes darah, sayang sekali jika disia-siakan..."

"Apa?" Imdad terheran-heran. Ia mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan jari Delisha dari bekas liur pria itu. Menjijikkan. Apa Fairouz menjadi gila atau idiot setelah melihat asistennya? Atau begini, ia sendiri dibuat gila oleh asistennya? Situasi ini membuatnya serba salah.

Delisha tidak mempedulikan Imdad yang tengah membersihkan jarinya. Dia menatap pada Fairouz dengan dahi mengernyit. Dia teringat berita di tahun 2030 Khan's Enterprise diduga bekerjasama dengan teroris membuat senjata biologis, menciptakan virus yang menyebabkan pendarahan hebat pada manusia. Darah akan keluar dari pori-pori dan mata, seperti kantung air yang bocor. Manusia mati karena kehabisan darah. Saat itu Khan's dipimpin oleh Mahalaksmi Dawson, 'partner abadi' Fairouz. Fairouz Khan sendiri menghilang sejak tahun 2020. Fairouz dinyatakan menghilang setelah Khan's Enterprise digrebek karena dugaan pembuatan vaksin oplosan. Dalam penggerebekan itu hanya ditemukan beberapa setelan pakaian dan puluhan kilo bubuk emas yang bertaburan dalam ruangan.

"Tuan Fairouz..." ujar Delisha gugup, dia bahkan tak bisa menelan salivanya, "Anda seorang... vampir?"

Imdad dan Fairouz mematung menatap Delisha. Melihat wajah tak percaya Delisha, Imdad mengalihkan tatapannya pada Fairouz Khan. Selama beberapa detik, mereka bertiga berdiri mematung, sampai akhirnya Fairouz mendesah salah tingkah dan mengusap-usap rambut tengkuknya.

"Ah, Nona Marianne, saya hanya spontan saja melihat Anda terluka. Bukankah kita sering mengisap jari kita yang tertusuk dan berdarah? Jangan berasumsi saya seorang vampir hanya karena hal itu, Nona."

Imdad kembali memandang Delisha. "Tuan Fairouz juga memiliki alergi yang parah terhadap sinar matahari. Apakah itu juga menjadikannya seorang vampir, Marianne-ji?" Ia tidak berniat mengintimidasi Marianne, tetapi vampir adalah makhluk mitos, ia tidak bisa menalarkannya.

Reaksi seperti ini yang membuat Delisha enggan menjelaskan jati dirinya, apalagi terhadap Imdad Hussain. Karena dia sudah terlanjur menyebutnya, apa boleh buat, dia harus mengungkap jati diri Fairouz Khan, anggap saja demi kepentingan perusahaan. "Star Corp menekan Anda, karena mereka mengetahui status Anda. Anda membuat ampul racun yang bisa digunakan untuk senjata rahasia atas perintah mereka, benar kan, Tuan Fairouz? Ampul racun bisa ular yang digunakan dalam usaha pembunuhan CEO Imdad Hussain."

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang