Night 8: Resentful Woman

4.5K 231 18
                                    

Delisha kembali ke kamarnya setelah makan malam di restoran hotel. 

Di restoran tadinya di berniat mengisi perutnya hingga kenyang. Dia memesan beberapa hidangan, tetapi akhirnya hanya memakan nasi putih dan minum air putih. Makanan yang dipesannya steak dengan bumbu kari tampak lezat. Namun begitu menyentuh lidahnya, makanan itu terasa hambar, tidak jadi dimakannya. Pelayan menawarinya minuman anggur tetapi dengan ketus ditolaknya. Dia memikirkan jika dia mabuk dan menjadi lengah, makhluk-makhluk halus di hotel ini bakalan menggerayangi tubuhnya.

Para pegawai dan pelayan hotel sangat ramah dan sigap melayani tamu. Bahkan Hotel Golden Star mendapat review terbaik dalam kualitas pelayanan dan fasilitas hotel mereka. Tetapi itu tidak berlaku bagi Delisha. Para pelayan restoran dan pegawai hotel dalam penglihatannya kebanyakan diselubungi awan abu-abu tua dan mereka tampak seperti laba-laba. Mungkin para pegawai Hotel Golden Star ini mendapat tekanan berat dari atasan mereka, pikirnya. Energi dari awan abu-abu yang menyelubungi mereka terlalu kuat, membuat Delisha tidak betah dan rasanya dia ingin segera menjauh.

Jadi, dia kembali ke kamar dan memutuskan beristirahat saja untuk malam ini karena besok pagi dia harus ke kota lain untuk mengunjungi panti asuhan tempat ibunya dibesarkan. Dia mengganti pakaiannya dengan t-shirt longgar warna baby pink dan celana panjang piyama. Ketika dia bersiap tidur di balik selimut, ponselnya berbunyi. Kimberly menelponnya.

"Delisha, bagaimana keadaanmu?" tanya Kimberly dari negara lain. Dia berada di Tiongkok.

"Aku baik-baik saja, terimakasih sudah mencekku" jawab Delisha sambil berbaring.

"Bagaimana India?" tanya Kimberly lagi, sepertinya sambil tersenyum lebar.

"Ramai, kalau kau paham maksudnya"

Kimberly terkekeh "Kuharap kau bisa berteman di sana. Orang India ramah-ramah. CEO Xin India sedang keluar kota, jadi sementara anak buahnya yang mendampingimu. Jika kau perlu sesuatu jangan segan-segan mengatakan pada mereka atau laporkan padaku, aku akan menyampaikan pada Xander jika mereka tidak bekerja sesuai ekspektasi."

"Oh, please, aku bisa sendiri, Kim! Aku tidak ingin mereka memperlakukanku seperti putri raja, aku bisa beradaptasi di sini."

"Mereka payah, ya?" Kimberly menebak. Perusahaan Xin India baru terbentuk 2 tahun ini dan tidak pernah ditangani Xander langsung. Marcus yang mengurus Distrik IV sedang disibukkan urusan di Timur Tengah. Jadi Delisha diutus Xin Pusat di Eropa untuk supervise ke Xin India, sekalian melatih Delisha bekerja di lapangan.

"Aku masih bisa mentoleransinya" jawab Delisha. Dia teringat keterlambatan mereka menjemputnya di stasiun.

"Oh, ya, aku ingin mengingatkanmu, kalau kau bertemu hal-hal aneh, kau bisa menggunakan emblem The Lady, kurasa itu manjur untuk beberapa hal, bukannya aku berharap demikian, tetapi tak ada salahnya dicoba."

"Okay, terimakasih sudah mengingatkan, aku akan menggunakannya!" sahut Delisha. Dia bangkit dari ranjang dan mengambil emblem The Lady dari saku jaketnya lalu meletakkannya di meja samping ranjangnya.

"Baiklah, selamat malam, Delisha dan beristirahatlah dengan tenang, ya!" ujar Kimberly menutup pembicaraan.

"Ya, kamu juga, selamat malam!" sahut Delisha sebelum memutus koneksi. Dia menutup ponselnya dan meletakkannya di samping emblem The Lady. Menaikkan selimut hingga ke lehernya dan memejamkan matanya.

Karena kelelahan, dia cepat sekali jatuh tertidur.

Dalam tidurnya dia bermimpi. Dia tengah berlari menembus kegelapan malam. Nafas tersengal-sengal. Seseorang mengejarnya dan dia sangat ketakutan. Dia melihat dirinya sendiri sebagai seorang wanita berparas India, dengan rambut panjang teranyam rapi, mengenakan saree dan berlari tergopoh. Kakinya berusaha berlari secepatnya tak dapat mengimbangi rasa takutnya, malah terbelit membuatnya jatuh terjerembab ke tanah yang basah dan dingin.

"Tidak!!" dia berteriak. Tubuh gemetaran. Tangan besar dan hitam menarik saree di pundaknya, menelentangkannya. Berat menindih tubuhnya. "Tidaaakk!!" dia berteriak lagi sekuat tenaga. Kepalanya terdongak menatap kegelapan. Jemari dingin dan kasar melingkari lehernya. Nafasnya tercekat di leher. Lehernya sakit sekali seolah seseorang hendak meremukkan tulang lehernya. Dia tak bisa bernafas. Tangannya menggapai-gapai ke atas kepalanya mencari sesuatu untuk dipegang.

Tidak! Dia berusaha berteriak, tetapi tak ada satu suara pun dapat dikeluarkannya.

"Milikku! Milikku!!" suara-suara bersahutan. Campuran suara wanita dan laki-laki. "Milikku! Milikku!"

Delisha berusaha melepaskan diri. Tubuhnya berontak dan megap-megap mencari udara. Matanya terbuka lebar.

"Milikku!" suara-suara itu terus bergema.

"Milikku!" bentak suara wanita.

"Kau milikku!" kata seorang wanita yang wajahnya tiba-tiba muncul di atas kepala Delisha. Rambut panjangnya terjuntai membingkai wajah cantiknya dan hiasan permata dengan rantai di dahinya. Wanita itu tersenyum padanya.

"Hhhhhk!!" Delisha terbangun dan langsung menarik nafas dalam seolah dia sekarat mencari udara. Dia duduk di balik selimut. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Jantungnya berdegup keras dan nafasnya terputus-putus.

Seakan sekitarnya ingin membuat dia mati jantungan, pemandangan di sekelilingnya membuat Delisha tak bisa bernafas lagi. Puluhan pria dan wanita dalam kondisi mengenaskan merayap menaiki tempat tidurnya. Wajah mereka berwarna hitam putih, kurus kering dan mata bulat hitam hampa seperti lubang hitam yang menariknya masuk ke dalam kegelapan tanpa batas. Mulut mereka terbuka dan mengeluarkan suara mengerang lemah kelaparan.

Delisha tak bisa merasakan tubuhnya lagi. Saking dinginnya seakan membeku hingga mati rasa. Apa aku bermimpi? Tubuh Delisha bergidik ngeri. Tak pernah dia menghadapi makhluk halus sebanyak ini.

Seorang wanita remang-remang mengenakan choli berhiaskan payet permata warna warni dan bawahan tipis menerawang berdiri di atasnya lalu membungkuk ke depan wajahnya dan berkata "Kau milikku!" lalu wanita itu tertawa.

Delisha terkesiap dan berdiri meraih ponselnya dan emblem The Lady. Dia berdiri di atas ranjang dan mengangkat emblem itu ke hadapan makhluk-makhluk yang mengelilinginya. "Menjauh dariku!!" bentaknya dengan tubuh gemetaran

"Huh! Dia melawan rupanya!" gumam wanita dalam pakaian penari perut itu. Dia satu-satunya yang terlihat cantik walaupun tetap saja mengerikan karena dia hantu. Perlahan-lahan dengan enggan makhluk-makhluk itu merangkak mundur.

Sambil menodongkan emblem The Lady pada para hantu itu, Delisha menelpon seseorang "Tuan Vijay, jemput aku sekarang juga!" ujarnya membentak orang yang ditelponnya "Jika dalam 5 menit kau tidak datang, akan kupastikan kau tidak akan melihat matahari lagi seumur hidupmu. Akan kukubur kau hidup-hidup!!"

Vijay yang baru terlelap beberapa menit harus turun lagi dari ranjang dan bergegas pergi. Ia merutuk dirinya sendiri. Jam 1 malam ia berkendara menembus malam gelap yang dingin menggigit. Wanita dari Xin Corp Pusat itu rupanya bukan wanita sembarangan. Bukan hanya cantik, dia sepertinya juga wanita yang sangat cerewet.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang