Night 39: Ujian - Pertama dan Terakhir

3.1K 190 26
                                    

Sekembalinya dari Khan's Enterprise, Delisha dan Imdad sama-sama tutup mulut. Tak ada yang membahas soal spesies Fairouz Khan. Imdad memerintahkan sekretarisnya membuat draf kerjasama dengan Khan's Enterprise soal penjualan emas dan pengembangan vaksin jenis baru. Hanya itu yang diperlukan untuk hitam di atas putih. Teknisnya tentu saja proyek rahasia serum emas Khan's.

Delisha meninggalkan ruang kerjanya di Xin India pukul 16:30, itu pun karena Imdad mengiriminya pesan untuk pulang bersama dan pria itu sudah menunggu di parkiran. Delisha menggerutu kesal membaca pesan pria itu. Rupanya pria itu masih ingat pulang bersamanya. Dia kira Imdad akan mengabaikannya, toh dia bisa pulang sendiri, siapa butuh pria seperti itu. Mempermainkannya, setelah ditimang-timang lalu dihempaskan. Dia masih marah karena Imdad mengasarinya dan merusak kacamatanya. Selama di kantor Khan's dia berusaha bersikap profesional. Pria itu seharusnya berterimakasih padanya.

Dia berjalan ke basemen karena Imdad memarkir mobilnya di sana. Tiba-tiba Delisha mendengar suara perkelahian. Dia bersembunyi di balik pilar dan melihat Imdad diserang dua orang pria berpakaian ninja hitam. Imdad menendang dan meninju tetapi kedua ninja itu bisa mengelak. Mereka memojokkan pria itu ke mobil dan menendangnya. Imdad menangkis serangan tersebut dan berhasil memukul jatuh salah satunya. Namun seorang lagi menerjang Imdad dari belakang dengan lengan menjepit leher Imdad dan bergantung di pundaknya membuat pria itu kewalahan. Delisha segera mendatanginya.

"Tuan Sunil! Tuan Vijay! Apa yang kalian lakukan pada Tuan Imdad??" bentak Delisha. "Apa kalian mengerjainya?" Ketiga pria itu mematung. Meskipun mereka berpakaian tertutup, Delisha tetap bisa mengenali dua pria penyerang Imdad itu.

"Oh, Nona Marianne, Anda mengenali kami?" ujar yang baru bangkit dari lantai, Vijay. Sementara pria yang menempel di punggung Imdad melepaskan jepitan lengannya dan berdiri tegak. Pria itu Sunil. Mereka membuka penutup wajah mereka bersamaan.

"Oh, ya, tentu saja aku mengenali kalian ..." ujarnya menyengir lebar tetapi hilang seketika, setelah melihat Imdad menatapnya tajam. Delisha tersadar dia lah yang sedang dikerjai ketiga pria ini. "Aku punya mata yang sangat jeli, kalian tidak akan bisa menipuku," lanjut Delisha penuh percaya diri.

Imdad mengucapkan terima kasih lalu menyuruh Sunil dan Vijay pergi, meninggalkan mereka berduaan. Delisha merasa was-was, apalagi Imdad tidak melepaskan pandangan darinya. "Jelaskan!" tuntut Imdad.

"Apa yang harus kujelaskan? Imdad, aku yang seharusnya minta penjelasan! Kau menguji aku?" Delisha menaikkan suaranya.

Beberapa karyawan datang ke parkiran menuju kendaraan mereka masing-masing.

Imdad membuka pintu mobilnya. "Masuk!" ujarnya dingin.

Delisha masuk ke kursi depan dan menyempatkan mendengus disertai tatapan mencemooh pada pria itu. Imdad menyusul masuk ke mobil dan mengemudikan mobil keluar dari lahan Xin India. Mereka belum berbicara. Rahang Imdad mengeras karena menahan marah. Ia tahu tidak sepatutnya ia marah, tetapi wanita ini, membuatnya frustasi.

Delisha berusaha keras tidak membuka mulut. Dia ingin sekali berteriak pada pria ini. Sikap menguasainya membuatnya merasa diperlakukan semena-mena.

Imdad menepikan mobil dengan mendadak membuat Delisha terperanjat. Mobil dimatikan. Pria itu membuka sabuk pengaman dan mengungkungnya di kursinya. Mata gelap menatap tajam meruntuhkan pertahanan Delisha.

"Katakan!" seru Imdad, "Aku ini apa?"

"Kau... tentu saja kau laki-laki," Delisha tergagap. Perutnya terasa melilit dan mengkerut.

"Tidak," sahut Imdad, "aku yakin kau melihat sesuatu yang berbeda."

"Ya, setiap orang berbeda... punya ciri khas masing-masing..."

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang