Night 32: Past & Present

3.4K 182 42
                                    

Brengsek! Bajingan! Suara dalam kepala Imdad memaki dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brengsek! Bajingan! Suara dalam kepala Imdad memaki dirinya sendiri. Ia baru saja bersetubuh dengan seorang wanita bayaran lalu membunuhnya beserta keempat rekannya. Sekarang ia bercumbu dengan seorang gadis lugu yang siap menyerahkan diri padanya. Wanita ini sangat manis dan mendatanginya dengan matanya yang bulat berbinar-binar itu. Tak salah jika ia menganggapnya bak seekor anak anjing yang berlari di antara kakinya, mengiringinya sambil menyalak-nyalak riang. Terkutuklah juga dirinya yang mengumpamakan wanita cantik ini sebagai anak anjing.

Dengan kasar Imdad melepaskan ciumannya dan mendorong Delisha sehingga membentur pintu dan mendesah menahan sakit. Imdad menyadari ia tak dapat mengontrol tenaganya karena otaknya berusaha mengendalikan kebutuhan mendesak yang bersumber dari selangkangannya. Matanya nyalang dan jemarinya mencengkram pundak wanita ini. "Ini adalah pertanda bagimu untuk berhenti!" ujarnya tegas. "Saat seorang pria menjauh darimu, itu artinya ia memang tidak ingin didekati. Ingat itu!"

"Aku tahu kau menyukaiku, tapi jangan biarkan dirimu jadi budak cinta, Marianne-ji" kata Imdad lagi, seakan memberi tamparan keras ke wajah Delisha. "Itu satu pelajaran lagi yang harus kau ingat."

Mata Delisha terbelalak mendengarnya. Lagi-lagi pria ini mengintimidasinya sedemikian rupa sama seperti ketika dia menyinggung soal Anjali. Betapa bodohnya dirinya. Delisha mengatup mulutnya kuat-kuat, menahan diri agar tidak bicara lagi. Aku dan mulutku, rutuknya dalam hati.

Imdad melangkah mundur memberi ruang untuk Delisha. "Sekarang, keluar! Aku mau mandi. Ada percikan darah dan keringat wanita itu di tubuhku."

Delisha belum beranjak karena menahan marah. Matanya memercikkan api amarah. Dalam hatinya menyebut berbagai kata makian bercampur berbagai jenis binatang.

"Atau kau ingin mencampur keringatmu di tubuhku?" lanjut Imdad dengan sebelah alis terangkat dan pundak ditegapkan, menggertak wanita di hadapannya.

"Ah, menjijikkan!" bentak Delisha sambil berbalik dan keluar dari kamar dengan membanting pintu.

Setelah wanita itu keluar, Imdad melemaskan bahunya. Satu lengan bertumpu pada pintu. Ia mengacak-acak rambutnya dan bergumam kesal "Ah, bener-benar ..." ia tak melanjutkan. Kehadiran Marianne atau siapa pun namanya wanita ini, selalu membuatnya dalam posisi serba salah. Imdad lalu berbalik dan melangkah menuju kamar mandi. Tubuhnya penuh noda, ia merasa kotor dan harus segera membersihkan diri.

Delisha berdiri di luar kamar dan memasang tampang merengut. Beberapa pria dari Xin India datang untuk membersihkan tempat kejadian. Pegawai Xin semuanya tampak seperti anjing dobermann di mata Delisha.

"Ada apa, Marianne-ji?" tanya Sunil yang baru keluar dari kamar tempat jasad-jasad bergelimpangan, melihat wanita itu cemberut di depan kamar yang tertutup rapat, seperti anak anjing yang diusir keluar kamar oleh tuannya.

Dari cara Sunil menatapnya, Delisha seakan bisa membaca pikiran pria itu. "Nahin hai, nahin hai!" dia menjawab Sunil sambil berlalu dan keluar dari kondo melalui pintu belakang. Sebaiknya dia mencari tempat sepi untuk memaki-maki dirinya sendiri. Jika saja Imdad berpenampilan seperti anjing dobermann. Lagi-lagi, dia tak dapat menahan pesona Imdad saat pria itu mengintimidasinya. Budak cinta?? Huuu, Delisha menangis dalam hati.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang