Night 29: Baby, I'm Home!

3.7K 203 18
                                    

"Ah, brengsek!" maki Delisha pada dirinya sendiri sambil menyetir, menyadari efek anggur yang telah diminumnya, membuatnya agak bersemangat. Dia berharap kesadarannya masih penuh untuk dapat mengendalikan setir. Jika terjadi sesuatu dia akan berurusan dengan polisi karena mengemudi di bawah pengaruh minuman keras. Hantu Maya dan Sharmila yang secara harfiah 'menempel' pada tubuhnya duduk di kursi penumpang belakang.

Istilah menempel di sini maksudnya energi negatif dari arwah kontak dengan energi positif dari manusia yang masih hidup sehingga terjadi aliran energi di antara keduanya. Jika manusia tidak tahan, maka tubuhnya melemah dan merasakan berbagai keluhan seperti sakit, mual, pusing, pingsan, bahkan kerasukan. Saat ini, Delisha merasa gelisah, karena dia membawa serta hantu Sharmila yang bertahun-tahun terjebak dalam ketakutan, rasa sakit dan putus asa.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Maya pada Delisha. Maya duduk sambil memegangi Sharmila, agar arwah gadis itu tidak lepas darinya.

"Aku baik-baik saja" jawab Delisha lesu. Pundaknya mulai terasa pegal dan dia harus ekstra konsentrasi pada jalanan. Untungnya Apartemen Parnapuri tidak terlalu jauh. Dalam 10 menit mengemudi, mereka tiba di sana.

Keluar mobil mengenakan kacamata hitamnya, Delisha memasuki gedung apartemen itu dan tiba di koridor lantai 2 tempat biasanya hantu ibu Sharmila menunggu. Hari masih siang, beberapa orang lalu lalang di koridor tersebut. Delisha melihat hantu wanita dalam gaun dan sweater putih tulang itu berdiri di sana, tertunduk sedih. Delisha tentu saja pura-pura menelpon untuk bicara dengan hantu wanita itu "Apa kabar, Nyonya?" wanita itu menatapnya "Lihat ini, siapa yang kubawa!"

Mata hampa hantu wanita itu mendadak berubah berbinar seolah ada cahaya kehidupan di sana ketika melihat sosok hantu yang mengiringi Delisha. "Anakku!!" pekiknya girang.

"Amma!" pekik hantu Sharmila sambil berlari dan mendekap ibunya. Seketika aura sendu dan tertekan dari kedua hantu itu sirna. Mereka tampak berseri-seri seperti manusia hidup, mengenakan pakaian yang bersih dan terseyum ceria. Dari mata mereka, mengalir air mata bahagia.

"Akhirnya kau pulang! Aku sangat mengkhawatirkanmu, Anakku!" ujar ibu Sharmila sambil memeluk dan menciumi wajah anaknya berkali-kali. Mereka telah terpisah selama 10 tahun, namun bagi arwah gentayangan, perasaan mereka terperangkap dalam momen di mana mereka paling terpuruk, biasanya saat terakhir kehidupan mereka. Jadi perpisahan 10 tahun itu, terasa baru kemarin bagi kedua ibu dan anak ini. "Akhirnya kita bisa bersama dengan tenang, meskipun harus dalam kehidupan seperti ini" katanya terdengar satire, tapi dia tampak gembira.

"Terimakasih, Marianne-ji!" ungkap ibu Sharmila sambil mendekap pundak anaknya. Wajah mereka berdua tampak tenang dan auranya sejuk menyenangkan. Delisha mengangguk sambil tersenyum pada mereka. "Sama-sama, kalian juga telah membantuku" ujarnya. "Bagaimana kabarnya wanita yang mengguna-gunai Vijay?"

"Dia menjadi tertekan belakangan ini, sering berteriak-teriak sendiri dan kadang keluar rumah dengan busana tak karuan. Kurasa dia menjadi gila" terang ibu Sharmila.

"Oh!" seru Delisha singkat. Dia tak bisa berkomentar apa-apa tentang hal itu. "Jadi, kemana kalian akan pergi?" tanya Delisha pada hantu ibu dan anak itu.

"Ke tempat yang lebih baik tentunya. Tak ada alasan lagi bagi kami untuk tinggal di sini" kata hantu wanita itu. Dia dan anaknya saling mendekap dan melambaikan tangan pada Delisha sambil tersenyum lebar, lalu perlahan-lahan menguap disertai butir-butir debu berkilauan dan menghilang.

Delisha tersandar di dinding dengan kaki lemas dan nafas berat. Awalnya dia merasa lega melihat arwah kedua orang itu sudah tenang, tetapi ketika menyadari kondisi tubuhnya yang melemah, dia jadi khawatir. Energinya seolah terkuras dan kesadarannya menurun karena pengaruh minuman beralkohol.

Play In Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang