"Ngapain sih pake ke sekolah segala," protes Dewi mengekori cowok itu berjalan memasuki area pertokoan Jl Adira C III.
Adam memasukkan kedua tangan ke saku jaket dengan santai. "Yakan mumpung gue di Jakarta gue jemput," katanya berjalan pelan di samping Dewi, "temenin jalan-jalan kek."
Dewi melengos, memandangi keramaian jalan yang sisi-sisinya ruko itu. Ia menoleh kanan kiri, mencari restoran menarik.
"Emang lu ikut ekskul apa sih?" tanya Adam membuat gadis jangkung itu melirik.
Dewi mengatupkan bibir. Tak langsung menjawab. Ia agak merasa malu, "musik," jawabnya tak memandang Adam belagak memerhatikan jalan.
"Dih."
Tuh, kan. Dewi mendengus.
"Main apa lu? Pianika?"
"Kagak, gue jadi yang jagain kabel," sahut Dewi sarkas, "kan kabel gitar atau keyboard suka kusut nah gue yang lurusin."
"Iye dah iye," sahut Adam mengacak puncak kepala gadis itu gemas. "Mau makan apa?"
"Nggak usah Mixme ya, bosen gue," kata gadis itu mencuatkan bibir. "Tuh yang ujung aja, restoran korea."
"Makan apa anjir? Babi?"
Dewi hampir mengumpat, menoleh dan menonjok lengan Adam keras. "Mulut lo," katanya dengan kesal.
"Lah korea kan suka makan perut babi," kata Adam membela diri, "gue di sana nonton dramanya, ego."
Dewi geleng-geleng, "elu di Bali ngapain sih Dam?"
"Ngemis," jawab Adam menyamai sarkas gadis itu.
Dewi mengerucutkan bibir, berjalan dengan wajah bertekuk.
"Nyari duit biar bisa biayain lu hidup entar," lanjut Adam membuat garis wajah gadis itu langsung berubah.
Dewi mengangkat alis, tapi mendecih sinis. "Makan neh sepatu gua!" katanya mengangkat telapak kaki ke arah Adam. "Janji mulu lo kayak caleg."
Adam tertawa, tapi jadi teringat. "Eh iya gue kalau jadi PMS cocok nggak Wi," kata Adam tiba-tiba, mendekat dan merangkul Dewi akrab dengan semangat.
"PNS IH BODOH!" Dewi mendorong cowok itu, memukulnya sebal. "Kalau PMS lo pake soptek!"
"Oh ya salah, typo," Adam menepuk kening sendiri sambil tertawa. Walau tak melepaskan rangkulan pada pundak Dewi.
Dewi hanya mencibir, berjalan tenang ke ujung jalan pertokoan tanpa merasa risih.
**
Jonathan memandangi layar hape dengan kening berkerut. Pemuda itu diam lama di kamarnya, meragu tak yakin.
Chat nggak ya?
Tapi alasannya apaan?
Jonathan mendengus. Ia terpekur cukup lama. Terus menatapi room chat dengan tulisan kontak 'Edelwish' itu.
Kemarin-kemarin saat Jonathan menjauh dari apapun untuk menenangkan diri, memang beberapa kali membuka poto dan video gadis itu di hapenya. Mengingat momen saat bersama cewek itu. Tapi, pemuda itu masih merasa semua biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Song ✔✔
Teen FictionSeru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu? - Gara-gara sulit menemukan pasangan untuk sweater couple yang limited, mereka berkenalan. Sepakat...