LS: Sweater Couple

100K 10.8K 1.7K
                                    



"Jel please dong Jel ah lu mah gitu..." rengek gadis tinggi itu pagi ini di kelas 11 IPS 2 Epik Highschool.

Angelo, atau biasa disapa Jelo, pemuda jangkung yang duduk tenang sambil bermain di hape itu mendecak. "Kagak mau Wi, lu mah maksa," tolaknya sekali lagi.

"Cuma lo doang yang bisa bantu gueeeee," rengek gadis cantik itu sekali lagi.

Jelo menghela nafas keras, memutuskan mendongak karena permainannya juga sudah usai. "Edelweis, gue nggak mau."

Gadis itu mendecak kini dengan wajah merenggut. "Nama gue Edelwish ya! Bukan weis!" ralatnya kini jadi sewot.

"Ah ribet biasa dipanggil Dewi doang," balas Jelo tak mau kalah, kembali merunduk melanjutkan permainan.

Cewek bernama Edelwish atau biasa disapa Dewi itu jadi merengek. Wajah cantiknya yang sempurna tetap terlihat menawan walau bibirnya manyun kini. Mungkin jadi alasan kenapa orang-orang lebih suka memanggilnya Dewi. Selain lebih singkat dan mudah dilafal, nama itu menggambarkan jelas pesona gadis berhidung bangir dengan tinggi 170 cm itu.


Dewi beranjak, tau bahwa Jelo memang bukan tipe manusia yang mau berkorban untuk manusia lain.

Yang di otaknya mah cuma cewek yang dia taksir.

Si mungil dari kelas bawah, 11 IPA 3.



Kelas yang Dewi tuju kini.


"Dewi!" sapa Jiyo ramah, segera menyambut kedatangan gadis jangkung tersebut. Wajah Jiyo merekah membuat kedua mata bundarnya berbinar.

"Gimana-gimana? Jadi kan?"

Dewi melengos, berdiri di depan 11 IPA 3. "Nggak tau deh Ji. Mau banget gue tapi sayang satunya tuh buat apa," katanya merengek lagi. "Si Jelo doang harepan gue, nggak minat."

Jiyo mengangkat alis. "Yaudah lah Wi. Ambil aja, eh sisa satu stock loh. Mana ada lagi mah yang ukuran segitu, ini bukan limited lagi tapi rare!" kata Jiyo menggebu-gebu. "Apalagi punya lo tuh yang satu-satunya stock di gue, jadi dijamin nggak ada yang sama kayak anak EHS lain!"

Dewi mendecak, "ya gimana Ji. Itukan sweater couple. Satu buat gue, lah satu gue apain?" katanya frustasi.

Jiyo meringis, "udah, simpen aja. Kali aja entar dapat pacar," katanya menggoda membuat Dewi melotot kecil mengancam.


Jiyo tuh ya. Tau sih dia ngotot begini karna jiwa marketingnya sebagai penjual baju tapi ya nggak usah bawa-bawa pacar juga lah.

Dia mah enak. Cantik, wajah Timur Tengah, badan bagus, ramah, suka senyum, punya aura.


Lah Dewi? Cowok-cowok malah serem.


Hanya sebatas, "cantik banget."

Tapi lanjutnya, "busettt tiang abis gue jadi minder."


Punya tinggi 170cm (sebenarnya lebih dari itu) Dewi sebenarnya minder dengan penampilan sendiri. Banyak kesulitan yang ia dapat.

Dan salah satunya ini nih.

Nyari baju aja susah bener.

Sekalinya dapat, malah couple.

Couple sama siapa? Dirinya sendiri?


Apalagi untuk ukuran pria, sweater itu cukup besar dan panjang. Satu-satunya cowok jangkung di atas 180cm yang Dewi tau tuh cuma Jelo, teman sekelasnya. Sisanya nggak ada.

Kan rugi juga kalau Dewi beli satu set tapi dia sendiri yang pake. Harga baju aja 750 ribu satu set.


Karena itu dia ngajak Jelo buat patungan, tapi Jelo nggak minat. Rese emang. Seleranya rendah banget sih.



Dewi masih sibuk menggerutu dalam hati mengingat tingkah tengil si teman kelasnya saat ada orang yang tiba-tiba memanggil Jiyo.

"Ji, gimana pesanan gue?"

Jiyo menoleh, jadi merekah. "Eh Jonathan!" panggil gadis itu ramah.

Membuat si pemuda itu mendekat. Tubuh jangkungnya seakan menjulang, membuat Jiyo sampai harus mendongakkan kepala menatapnya.

Melihat Jiyo sudah dapat customer lain, Dewi mengerjap. "Eh, Ji kalau gitu gue balik dulu ya. Entar gue kabarin lagi deh gimananya," pamit Dewi dibalas anggukan Jiyo.

Jiyo mengacungkan jempol saja, lalu beralih pada si pemuda jangkung itu. Sementara Dewi berbalik, melangkah pergi masih sambil merutuki sepertinya ia benar harus merelakan sweater Jiyo.


"Pesen apa dah lo? Lupa gue," kata Jiyo pada pemuda itu, Jonathan.

"Kemaren gue chat ke Jay, sama dia suruh tanya ke elo stocknya," jawab Jonathan berdiri di depan Jiyo, "yang dua hari lalu lo posting di IG toko. Tapi gue cuma mau buat gue, ukuran XL ada nggak?"

Jiyo mengernyit, "yang warna maroon? Garis di pundak?"

"Hm," Jonathan mengangguk tenang. "Bisa beli satuan?"

"Kagak lah. Itu udah set couple," kata Jiyo menolak, "itu juga pre order Nat, impor."

"Yah. Di kelas gue nggak ada cewek yang ukurannya gede gitu. Gue pengen woi," pinta Jonathan membujuk.

"Ya lo bisa—" Jiyo tersentak. Ia merekah, langsung tiba-tiba mengalihkan wajah membuat Jonathan terkejut kaget.



"DEWIIIIIII GUE DAPAT PASANGAN LO!!!!!"



Gadis jangkung yang baru sampai di tangga itu terkejut, menoleh kaget. Bersamaan dengan Jonathan yang juga menggerakkan kepala ke arahnya. Membuat pandangan mereka bertemu.



Jonathan mengernyit.

"Hm? Dewi?"





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







a/n:

lanjut gak gengs


Love Song ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang