"Tadi malam lo anter anak orang pulang jam berapa?" tanya Cessa pagi itu, menghakimi Jonathan yang mencoret-coret asal buku duduk di samping jendela kelas.
"Satu," jawab Jonathan santai, "rumahnya juga nggak dikunci."
Soraya yang sedang memain-mainkan kuku di samping Cessa jadi melirik. "Elo sejak kapan deh deketin si Dewi?" tanyanya kepo. "Perasaan lo masih bucin banget sama Marcella."
Jonathan mendecak kecil mendengar itu.
Soraya menghela nafas, "Sorenya lo galauin Cella karena masih nggak mau ketemu lo. Malemnya lo pergi sama Dewi. Lo mentang-mentang mainnya sama Jeka Yuta terus lo ikutan main cewek kayak mereka?" tanya Soraya menghakimi.
"Main apaan sih Ya," kata Jonathan merasa terganggu, menoleh dengan wajah tersinggung. "Gue sama Dewi temenan."
Soraya langsung mendecih mendengar itu, "apaan dah temenan tapi boncengan malam-malam berdua," sindirnya pedas.
"Emang kenapa?" tanya Jonathan enteng, "bukannya gue juga sering bonceng lo. Sering nganter Cessa. Nemenin Tavisha. Kita semua temen," katanya tegas.
"Tapi Dewi beda," kata Soraya ngotot.
"Elo yang mikirnya beda, gue nggak," sergah Jonathan mengelak.
Cessa yang memandangi itu jadi melengos, "Nath, gini. Gue sama yang lain sekelas sama lo udah satu semester, lima bulanan. Tiap hari ketemu. Lo sama Dewi baru baru aja kenal. Ya orang mikir aneh kali kalau lo langsung deket gitu."
"Karena gue pengen jadi temen Edelwish," kata Jonathan makin tegas. "Dari awal gue bilang sama lo kan, gue mau temenan sama dia."
Soraya mengerutkan kening, "tapi chemistry kalian tuh bukan chemistry temen, Nath," katanya masih tak percaya.
Jonathan menempelkan punggung ke kursi, memandang dua gadis ini dengan putus asa.
"Ketemu Edelwish bagi gue kayak ketemu adik kembar yang udah pisah lama. Karena itu gue langsung ngerasa nyatu sama dia," kata Jonathan meyakinkan.
Soraya mendelik, "adek-adekan maksud lo?" tanyanya masih sinis.
Jonathan kembali mendecak.
"Gue cepuin Tavisha lo, adek bukan sedarah lo bukan dia lagi," kata Soraya memeletkan lidah, lalu berdiri dan beranjak pergi dengan delikan Jonathan.
Cessa menghembuskan nafas panjang. "Dewi temennya Aya," katanya tanpa ditanya membuat Jonathan menoleh. "Lo masih belum beres sama Marcella, karena itu dia sesewot itu kalau lo cuma mau mainin Dewi."
Jonathan mendecak, "Ces, kapan sih gue pura-pura sama lo? Gue nggak boong," katanya meyakinkan.
Cessa menipiskan bibir. Gadis itu diam lama sejenak.
"Tapi lo bisa move on ke Edelwish."
Jonathan tersentak.
"Lo tau sekeras apapun lo berjuang lo nggak bakal bisa sama Marcella. Kenapa nggak lo coba move on? Udah ada orangnya," kata Cessa memberi saran.
Jonathan mengangkat alis. Cowok itu jadi terdiam. Dalam hati, pemuda itu meragu.
Karena Jonathan masih ingin memperjuangkan Marcella.
**
Dewi melirik lagi, tapi kemudian melengos duduk di meja kelasnya. Gadis itu gugup dan ragu. Ia ingin beranjak, tapi kembali menahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Song ✔✔
Genç KurguSeru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu? - Gara-gara sulit menemukan pasangan untuk sweater couple yang limited, mereka berkenalan. Sepakat...