Dewi sudah terbalut selimut ketika pintu kamarnya dibuka. Ia menoleh, melihat Adam memunculkan diri.
Dewi menipiskan bibir, jadi canggung. Tadi di jalan pulang keduanya sama-sama diam. Aneh saja. Selama ini kalau ketemu berantem, tadi malah nangis-nangisan.
Adam melangkah masuk. Tanpa banyak kata naik ke atas ranjang Dewi masuk ke dalam selimut.
"Ngapain?" tanya Dewi serak.
"Tidur," jawab Adam membenarkan posisi bantal samping Dewi. "Di kamar gue banyak nyamuk."
Dewi mencibir. Kini sama-sama memandang ke langit kamar satu selimut dengan Adam.
"Kenapa tadi sendirian?" tanya Adam memulai.
Dewi menarik nafas, menghembuskan berat. "Abis ditinggalin," katanya jujur. "Cowok yang gue suka.... Ngejar mantannya yang datang."
Adam mengangkat alis, "Serius lo?" tanyanya tak percaya. Dewi tertawa miris.
"Emang nggak ada cowok yang naksir gue Dam," kata Dewi melengos. "Adek lo ini kagak laku."
"Dih," Adam mendelik, tak suka mendengar itu. "Temen gue banyak yang naksir lo, nyet."
"Naksir doang, berjuang nggak," kata Dewi putus asa. "Emang gue bukan cewek yang bakal diperjuangin sih. Miris amat."
Adam jadi memajukan bibir bawah. "Elo sih, judes," katanya membuat Dewi mencibir sebal.
Adam menghela nafas, mengubah posisi berbaring jadi menghadap Dewi. "Wi, dari sudut pandang cowok nih ya. Gue juga nggak bakal naksir lo," katanya membuat Dewi hampir mengumpat.
"Udah ah sana!" usir Dewi menendang cowok itu membuat Adam hampir jatuh dari ranjang kalau tidak segera berguling balik.
"Denger dulu!" kata Adam mencibir sebal. "Gini ya. Cowok tuh nggak tertarik sama cewek nggak pede. Gimana dia bisa jatuh cinta kalau elonya nggak cinta sama diri sendiri?" katanya membuat Dewi melebarkan mata tersentak.
Melihat Dewi yang tertegun, Adam jadi menyeringai. "Berat ya omongan gue?" celetuknya membuat garis wajah Dewi kembali berubah dan mendecih.
"Gini ya, cowok tuh suka cewek yang terbuka—"
"Apanya?"
"Dompetnya," balas Adam sebal karena dipotong. Dewi jadi terkikik kecil menyembunyikan mulut di bawah selimut.
"Seenggaknya ya, kalau lo percaya diri aura lo tuh bakal keluar. Karismanya bakal ada. Cowok-cowok juga jadi seneng karena lo ngasih energi positif. Kalau lo aja nggak suka sama diri lo sendiri, jangankan cowok Wi, temen aja mikir," kata Adam membuat Dewi terdiam.
Adam memandang langit-langit kamar lagi. "Eh, cowok brengsek tadi satu sekolah sama lo nggak?"
Dewi tersenyum geli Adam menyebut sebagai 'cowok brengsek'. Gadis itu mengangguk saja.
"Nah, bagus," kata Adam membuat Dewi mengernyit. "Besok nih pas lo sekolah, belagak nggak terjadi apa-apa. Seakan lo nggak sakit hati," katanya mengajari.
"Lah entar dikira gue iya iya aja lagi cewek bego," kata Dewi memerotes.
"Bukan ego," balas Adam mendecak, "biasa aja. Malah, harus tetep senyum sama ketawa. Tapi kalau dia nyepik lo atau ngajak jalan, tolak. Noh, cewek kayak gitu yang buat cowok ciut."
"Bener?" Dewi membulatkan mata, jadi semangat.
"Iya lah. Kan jadi kayak tertantang gitu loh. Kalau lo mendung, masang muka sedih, ngejauh, galau," Adam memasang ekspresi sendu dibuat-buat dengan berlebihan, "cowok mah malah seneng Wi, entar jadi sombong bakal semena-mena sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Song ✔✔
Teen FictionSeru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu? - Gara-gara sulit menemukan pasangan untuk sweater couple yang limited, mereka berkenalan. Sepakat...