LS: Rival?

45.4K 7.3K 1.7K
                                    


Gadis itu mengangkat alis tinggi, terpaku tak percaya. Dewi terlihat terperanjat kaget, membuat Jonathan diam-diam tersenyum karena sebenarnya juga sama tak menyangka bisa bertemu gadis ini di sini di saat Jonathan tadi hampir menuju ke rumahnya.

Dewi masih terperangah. Menatap terkejut Jonathan yang entah dari mana munculnya. Gadis itu mengerjap, agak mundur menguasai diri.

"Ngapain lo," kata gadis itu datar. Walau berikutnya ia tersadar, mendengus kecil. "Alvine sama Dafa emang jadi antek lo ya?" tanyanya curiga.

Jonathan mengernyit, "apaan?" balasnya tak mengerti. "Gue nggak sengaja ngeliat lo."

Dewi mendelik, "Alesan," balasnya ketus, kemudian kembali melangkah pergi.

Jonathan memandangi Dewi yang menjauh. Ia ingin beranjak ketika hapenya bergetar, membuat cowok itu merogoh dan membaca chat masuk.


Dafa: Dewi ke mekdi deket rumahnya

Dafa: deket rumah tata kan?


Jonathan mengangkat alis. Ia sebenarnya geli sendiri bagaimana bisa selalu begini. Bertemu tidak sengaja dengan Dewi di saat-saat aneh.

Jonathan menginjak gigi mesin, menarik gas melajukan motornya ke arah McDonald. Ia mendahului Dewi, membuat Dewi mendecak sebal. Gadis jangkung itu mendengus tak peduli terus melangkah menuju restoran.

Dewi melirik ketika Jonathan memarkirkan motor. Gadis itu menarik nafas dalam. Ia memejamkan mata rapat sesaat, membukanya sambil mengingat kembali ucapan-ucapan Adam.

'Tenang, Wi. Biasa aja. Percaya diri. Jangan terlalu sinis, tetap tersenyum,' batin gadis itu sambil mengangkat dagu mendorong pintu restoran untuk masuk. 'Elo cantik kok, elo pantes sombong. Santai. Tenang. Elo cantik. Elo cantik.'

Dewi menggigiti bibir mendekati kasir. Ia bisa merasakan pemuda jangkung itu mengekorinya masuk. Dewi melengos diam-diam.

Kenapa sih Jonathan tuh datengnya pas Dewi lagi butuh teman gini!??!

Kan jadi pengen ngadu.


Dewi mengerjap ketika karyawan menyapa menyambutnya.

"Ice Coffe—" "Ice Coffe."

Dewi tersentak, menoleh pada Jonathan yang tiba-tiba menyerobotnya. Gadis itu mendelik, "lo nggak bisa antri?" tanyanya tanpa sadar jadi ketus.

"Kita bareng," jawab Jonathan tanpa beban, sudah ke samping Dewi. "Ice Coffe nggak pake float dua," katanya membuat Dewi mendelik.

Jonathan menoleh pada Dewi, "nggak pake float kan?" tanyanya memastikan.

'Nggak pake ELO! PUAS?!' Dewi meneguk ludah. Ia mencoba menguasai diri lagi.

Dewi mendecak, mengalihkan wajah. Perasaannya campur aduk sekarang. Masih dibuat pening kepala dengan tingkah mama dan Adam, kini pemuda ini tiba-tiba muncul. Kenapa sih masalah itu kalau datang suka barengan gini!? Satu satu dulu emang nggak bisa?!

"Mau tambah?" tanya Jonathan menoleh. Ia mengangkat alis, melihat Dewi diam melamun tak bergerak di sampingnya.

Dewi menarik nafas dalam, menghembuskan pelan dengan berat. Dulu kalau sudah masalah begini, Dewi akan pergi sendirian menenangkan diri. Lalu ujung-ujungnya meratapi diri merasa kesepian ingin punya teman yang mengerti.

Sekarang saat ada yang datang dia malah ingin sendiri.

Kenapa sih hati selalu bergerak melawan arah dari apa yang terjadi?

Love Song ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang