"Ansapalas?"
Jonathan mengangguk, "kayaknya," katanya membuat Cessa di depannya mengernyit.
Tavisha yang memain-mainkan pulpen di dagu juga ikut mengerutkan kening. Duduk di ruang tamu Tavisha ditambah Marten yang selonjoran di sofa asik sendiri dengan hape. Harusnya, sekarang mereka sedang kerja kelompok.
"Apaan sih? Hansaplas kali yang plester luka," kata Tavisha mengerutkan kening.
Jonathan menghela nafas berat. "Nggak tau. Gue juga denger sekilas, kayak asyap, asipas, as.... Pokoknya depannya A, apa Ai, dan belakangnya kayak as," katanya mencoba mengingat.
Cessa jadi memanyunkan bibir berpikir. "Kenapa lo kepikiran terus? Itu udah beberapa hari yang lalu. Kenapa baru cari tau sekarang?"
Jonathan mendecak, "dari kemarin gue udah penasaran dia ngomong apa. Sekarang karena dia ngejauh gue jadi kepikiran lagi," katanya sambil merogoh hape mengeceknya.
"Menurut gue... karena Dewi ngomongnya cepet dan malu, itu pasti semacam bahasa asing," ucap Tavisha mulai memberi analisa. "Mungkin artinya I love you?"
Jonathan tersentak. Ia mengangkat alis dan melirik.
"Aissshh, Dewi bukan orang kayak gitu," kata Cessa tak percaya, "dia jaiman. Masa iya dia ngegas duluan," katanya meragu. Jonathan juga mengangguk setuju.
Jonathan merunduk, mengetik beberapa saat di layar hape.
Jonathan: udah?
Alvine: bentar njir
Alvine: sabar
Alvine: lagi digas
Jonathan mendengus, menaruh hape di atas meja kini. Kembali memandang Cessa dan Tavisha. "Dia belum juga mau ngomong," katanya curhat dengan intonasi merendah.
Cessa mendelik, "iya lah. Kalau jadi dia juga ogah gue nerima lo lagi," katanya mengomel.
Tavisha merapatkan bibir, "Jonath kan mau minta maaf. Lagian waktu itu juga kalau dipikir-pikir Jonath emang serba salah Ces. Marcella tiba-tiba datang," katanya membela. "Jonath sama Marcella putusnya kan masih ngegantung juga, jadi Jonath juga ngejar buat nyelesaiin."
Jonathan mengangguk-angguk, membuat Cessa mendecih karena cowok itu dapat pasukan pembela.
"Eh eh Sa," panggil Marten tiba-tiba membuat Cessa mengernyit dan menoleh. Cowok itu masih tiduran di sofa sambil agak memajukan hapenya, "si Haylie sama Nino entar duet lagi di sekolah," katanya seakan memberi laporan.
Cessa mendelik, "so?" tanyanya tak tertarik.
"Yeee kali aja lu mau tau," balas Marten memeletkan lidah sesaat, "kan dulu lo sempat sama Nino."
"Nggak anjir," balas Cessa jutek. "Dianter pulang bukan berarti ada hubungan."
"Tapi dianter pulangnya rajin," balas Marten membuat Cessa maju menonjok lengannya sampai cowok itu menjerit sakit.
"Gue denger si Kak Nino tuh lagi deketin anak 2A3," kata Tavisha membuat Marten jadi menoleh. "Elo tau? Temennya Erin."
"Busettt tu cowok ngerasa laku banget apa ceweknya banyak," gerutu Cessa dengan ekspresi jijik.
"Ya elu salah satunya," ledek Marten membuat Cessa mengumpat dan kini menendangnya keras.
Jonathan kali ini tak ikut serta, ia merunduk. Kembali melihat laporan dari Alvine. Yang sedang mencoba membujuk Dewi di grup chat bandnya. Ia mengangkat alis tinggi ketika kontaknya dimasukkan Alvine ke dalam grup chat band mereka. Jonathan belum sempat mengetik saat ia tiba-tiba sudah dihapus dari sana. Membuat cowok itu tanpa sadar menahan senyum terbayang Dewi pasti sudah mengamuk marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Song ✔✔
Teen FictionSeru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu? - Gara-gara sulit menemukan pasangan untuk sweater couple yang limited, mereka berkenalan. Sepakat...