Dewi terpaku. Menatap cowok berkaos biru dongker itu juga terpana membalas tatapannya.
Sampai petugas minimarket bergerak, membuat keduanya mengerjap dan tersadar.
"Satuin aja," kata Jonathan mendekatkan botol soda keduanya membuat Dewi tersentak.
Jonathan menoleh, "ini doang?" tanyanya memastikan.
Dewi mengerjap, gadis itu tak menyahut. Hanya mengangguk kecil.
Jonathan memandangi Dewi lama, tapi kemudian kembali memandang petugas minimarket yang mulai menjumlahkan belanjaan mereka.
"U-mild dua sama LA menthol," sambung Jonathan menunjuk rak di belakang petugas, membuat Dewi melirik.
Dewi masih tak banyak bicara. Ia memandangi Jonathan yang mengeluarkan dompet membayar.
"Sendirian lo?" tanya Jonathan basa basi sambil menunggu petugas memasukkan barang belanja ke plastik.
"Hm," Dewi mengangguk.
Jonathan jadi makin merasa ada yang tak beres. Pemuda itu meraih belanjaan, hanya memandang Dewi seakan memberi tanda kemudian mulai melangkah. Cewek dengan jaket hitam itu mengekorinya. Ia sempat mengangkat alis ketika Jonathan membukakan pintu lebar, menunggunya keluar lebih dulu.
Dewi tak tahu harus bagaimana. Perasaannya masih campur aduk sekarang.
"Udah malam mau kemana?" tanya Jonathan ke samping Dewi melangkah pelan.
Dewi mengerjap lagi, "ah," ia mencoba menenangkan diri. "Eung, rumah gue deket."
Jonathan bergumam kecil mengerti. "Mau langsung balik?"
Mata Dewi bergerak menjauh, tak langsung menjawab.
"Mau ikut gue?"
"Hm?" Dewi menoleh sepenuhnya, terkejut kaget.
Jonathan berbelok ke samping dinding minimarket. Dewi jadi berhenti, melebarkan mata melihat ada empat motor terparkir di sana, dengan tiga orang menunggu.
"Nih, minum dulu," kata Jonathan mengeluarkan botol soda menyodorkan pada Dewi membuat Dewi secara refleks menerimanya.
Jonathan mendekat pada tiga cowok itu, menyodorkan plastik setelah mengambil botol soda miliknya sendiri. "Duluan," katanya seakan memerintah.
Dewi di tempatnya berdiri agak mengalihkan wajah, merasa kikuk tiba-tiba dipandangi tiga cowok itu yang ia tau murid kelas sebelah. Yang Jepang menerima plastik itu Dewi tau namanya Yuta. Sedangkan dua lain entah mana yang Dafa atau yang Marten tapi Dewi sering lihat keduanya juga.
"Lu mah nggak dimana-mana dapet mulu Jon," komentar si kurus Marten meraih helm dan bersiap.
"Definisi sebenarnya tiap tikungan ada," balas Dafa sinis di samping Marten.
Berbeda dengan mereka yang berkomentar, Yuta malah melambai pada Dewi. "Hai," sapanya tersenyum ramah.
Jonathan yang meneguk minumnya, jadi menoleh juga ke arah Dewi yang diam. "Sini Wish," panggilnya mengulurkan tangan.
Dewi agak terkejut dengan uluran itu, tapi entah kenapa mendekat. Walau berikutnya Jonathan menoleh pada tiga temannya menurunkan tangan kembali.
"Ada helm lain nggak? Gue mau bawa dia."
"Wadohhh," seru Marten berisik.
"Nggak papa malam-malam?" tanya Dafa memandang Dewi memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Song ✔✔
Novela JuvenilSeru kali ya kalau kita punya seseorang yang minat dan cara berpikirnya sama persis kayak kita. Tapi, dimana letak serunya kalau apa-apa sama melulu? - Gara-gara sulit menemukan pasangan untuk sweater couple yang limited, mereka berkenalan. Sepakat...