Prolog

3.9K 141 15
                                    

Sengatan panas matahari pagi membuat keluhan keluar dari beberapa mulut siswa. Setiap mereka mengharapkan waktu lebih cepat berdetik agar mereka segera menghindar dari sengatan menghitamkan badan ini. Tak elak beberapa siswi telah jatuh pingsan karena tidak kuat menahan diri. Dan kesempatan itu pulalah yang membuat seorang siswi memanfaatkan keadaan. Gadis berambut ombre berwarna krim dan coklat itu melirik sang target di samping kanannya. Tampak tubuh tegap itu berdiri menjulang, sengatan matahari tak membuat tubuh itu goyah.

"Sekolah kita lagi-lagi membawa pulang suatu kemenangan. Prestasi yang sangat membanggakan itu harus patut kita beri apresiasi. Bapak akan mengumumkan nama-nama siswa siswi kita yang telah berhasil mengharumkan nama sekolah. Bagi yang terpanggil mohon maju ke depan. Dan prestasi yang mereka bawa adalah prestasi di bidang akademik, khususnya olimpiade. Bidang Kimia, kita mendapatkan juara 2 oleh Wulan dwisusilo."

Plok! Plok! Plok! Plok!

Tepuk tangan memenuhi lapangan upacara itu. Sang empu pun mulai berjalan menuju depan lapangan.

"Bidang ekonomi oleh... "

"Lion, aku capek, nih, pusing. Kamu mau nggak anterin aku ke UKS?" gadis berambut ombre tadi memulai aksinya. Sang target pun menoleh dan menunduk menatap si gadis.

"Sama Rengga aja sana. Tuh, dia di belakang barisan kita, kok." Ucapan Lion dengan dagu yang diarahkan ke Rengga yang merupakan petugas UKS dari kelasnya , sontak hal itu membuat sang gadis cemberut. Rencananya gagal total. Lihatlah, Lion sekarang kembali fokus dengan ucapan Pak Januar yang mengumumkan para pemenang olimpiade.

"Tapi aku maunya kamu yang nganterin!" Pinta gadis itu dengan tampang memelas. Lion menghela nafas lelah.

"Woy, Ngga! Si Mega katanya pusing. Bawa dia, nih!" gadis yang bernama Mega itu melotot ketika Lion malah memanggil Rengga. Lelaki ceking itu pun mendekat dengan wajah berbinar.

"Wah, Beby Mega pusing, ya? Sini biar akang bawa ke UKS dengan selamat."

"Nggak!" tolaknya dengan suara yang lumayan keras. Beberapa mata pun melihat kearahnya.

"Itu yang di belakang ada apa? Kalau mau bicara mending di depan saja. Gantian sama saya, ayo ke depan!" suara Pak Januar langsung membuat wajah Mega kaku. Ia meringis dan memilih menundukkan wajah. Rengga yang ditolak ajakannya pun kembali ketempat. Setelah itu Pak Januar sedikit menceramahi Mega di depan satu sekolah lalu kembali melanjutkan nama pemegang prestasi yang tertunda.

"Bidang Matematika, kita mendapat juara satu oleh siswi berprestasi selama satu tahun ini. Sudah banyak piala serta piagam yang ia bawa untuk sekolah. Sabhiella Indah Sari!" Tepuk tangan kembali membahana di lapangan upacara itu. Gadis yang dipanggil itupun mulai melangkah dan berjalan tenang menuju depan. Beberapa dari mereka malah berbisik-bisik sambil menatap sinis gadis itu.

"Miss angkuh lewat woy, jangan pada ngalangin. Kesandung dia ntar, soalnya dia nggak bisa liat jalan, kan dagunya ketinggian," cemooh salah satu cowok yang sekelas dengan gadis itu kepada teman-temannya. Mereka pun tertawa heboh.

"Anjir, tuh muka mau gue cakar tau nggak!"

"Huh, mulai tuh angkuhnya kumat!"

"Dagunya ngalahin tinggi heels emak gue, njir!"

Itulah deretan cacian yang ditujukan pada Sabhiella. Gadis yang biasa dipanggil Bhilla itu terus melangkah tenang, tidak peduli terhadap kata mutiara yang menghujatnya.

"Nah, beri Applause kepada para pemenang olimpiade di depan!"

Plok! Plok! Plok!

Lion menatap wajah datar nan angkuh itu dengan pandangan tidak suka. Melihat gadis itu kembali berpretasi membuatnya tambah muak. Jelas sekali ambisius dari wajah itu. Entah mengapa Lion tidak menyukai itu. Dan entah sejak kapan rasa tidak suka itu mulai timbul. Ia tidak tahu. Yang jelas sekarang ia harus pergi sebelum wajah itu membuatnya tambah mual.

"Lo tadi pusingkan?" pertanyaan itu untuk Mega. Gadis itu mengangguk dengan mantap. Mungkin saja lelaki di depannya berubah pikiran. Tapi wajah cowok itu malah mendekat. Jantung Mega pun berdetak kencang.

"Pura-pura pingsan!" bisik Lion. Mega menatap bingung lelaki itu tetapi malah dibalas dengan pelototan. Memilih menurut, Mega pun segera melakukan aksinya dengan menjatuhkan badan ke arah Lion. Yang ada dipikirannya sekarang adalah Lion menggendongnya ala Bridal Style menuju UKS. Perasaannya melambung saat Lion menangkap tubuhnya kemudian. Perasaan senang membuncah melingkupi tubuhnya. Tapi itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba Lion malah berteriak ke beberapa temannya.

"Woy, nih cewek pingsan. Tolong bawa ke UKS, gih!" banyak cowok yang ribut mendengar itu. Bahkan mereka berebutan untuk membawa Mega ke UKS. Kerusuhan pun terjadi. Para lelaki memprebutkan Mega sedangkan Lion mulai mencari celah agar bisa segera kabur menuju belakang sekolah tanpa ada hambatan.

"ITU ADA APA DI BELAKANG LAGI, HAH?"

"Yayang Mega biar gue aja yang anterin!"

"Enak aja lo! Gue lah!"

"Eh, mending gue. Kan gue anggota UKS!"

Keributan semakin menjadi. Dengan cepat ia memberikan tubuh Mega ke pelukan Rengga dan menyelinap kurumunan para cowok itu. Bahkan ada guru yang mulai menegur. Tanpa buang waktu ia berlari menuju belakang sekolah yang sepi, adem, dan tidak ada siapa pun.

Lion terkekeh senang dan segera memanjat pagar agar dia bisa keluar area sekolah. Meninggalkan segala kebosanan, keterpura-puraan, dan jam pelajaran yang bahkan belum dimulai. Moodnya langsung buruk melihat wajah ambisius itu.

📚📒📖📓

My new story Huahahahahahaha
Moga dapet good respond lah
Moga ada yang suka dan betah sama ceritanya
Thanks for reading guys ✋✌💞💓

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang