"Ini kertas yang isinya ciri-ciri dan nama pelaku yang menebang hutannya. Mereka bersembunyi di sekitar area taman bermain, mungkin ada di perosotan, jungkat-jungkit, dimana pun. Tapi mereka nggak ada di kolam renang, jadi jangan di sana carinya. Kalau Deon udah dapat semuanya kasih tahu Kakak, oke?" Bhila menyodorkan sebuah kertas HVS A4 yang sudah dicoretnya ke Deon. Bocah berusia enam tahun itu mengangguk-anggukan kepala dengan lucu. Bhila yang gemas mencubit pelan pipi tembem Deon.
Ingin tahu apa isi kertas itu? Hanya urutan angka dengan namanya sekaligus. Bhila telah memberikan nomor pada setiap tentara mainan Deon dengan kertas yang di tempelkan pada badan mainan itu, lalu menyembunyikan di sekitar area taman bermain. Kemudian menyuruh Deon untuk menemukannya. Bhila mencoba teknik ini dari cara Deon bermain dengan mainanya. Mungkin saja ini berhasil. Karena anak seusia Deon memang pikirannya hanya di penuhi bermain, maka Bhila berinisiatif menerapkannya dalam belajar. Sebenarnya ini bukanlah cara baru dalam belajar, tapi Bhila berkeinginan jika cara kali ini berhasil maka ia akan mencari ide lain untuk permainan belajar selanjutnya. Bagaimana pun cara anak belajar memang berbeda-beda, dan selaku guru les Deon, Bhila ingin anak didiknya yang pertama ini akan menjadi pelajar berprestasi.
"Siap komandan! Deon akan segera menemukan pelakunya!" setelah mengatakan itu Deon melesat pergi menjelajahi taman bermainnya dengan penuh semangat. Bhila terkekeh melihat kelucuan dari Deon. Dalam hati ia berdoa jika cara ini berhasil.
"Mending bahas soal buat persiapan lomba, daripada buang waktu menunggu Deon yang asik bermain," ucapnya pelan lalu kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil soal-soalnya dari dalam tas yang ada di ruang bermain Deon. Saat melintasi ruang keluarga, Bhila terkejut melihat geng Zion sedang berkumpul di sana. Mereka bermain play station dengan heboh, remah-remah cemilan berserakan di atas karpet bulu. Seragam yang tak lagi terkancing semua, rambut berantakan dan di ikat beberapa di sembarang tempat, wajah yang penuh coretan lipstik, lalu jepitan jemuran di telinga. Itulah pendiskripsian penampilan lima cowok populer itu.
Bhila tercengang dengan dahi mengkerut. Serempak kelima pasang mata itu juga turut melihat ke Bhila. Wajah mereka tak menunjukkan keterkejutan. Bhila pun menyimpulkan bahwa Zion telah mengatakan perihal pekerjaan barunya pada geng itu.
"Wah, jadi beneran ratu angkuh jadi guru les Deon? Suggoi!" sorak Faroy dengan suara cempreng. Bhila mengabaikan itu lalu melanjutkan langkah keluar dari ruangan itu.
"Eh, eh! Kanjeng ratu mau kemana? Mau kakanda antar sampai tujuan?" suara Faroy masih terdengar walaupun Bhila sudah berada di ruang tamu. Ia geleng-geleng kepala kecil melihat kelakuan Faroy.
Menghiraukan itu, ia pun segera masuk ke ruang bermain Deon dan langsung menuju tempat dimana terakhir kali ia meletakkan tasnya. Tapi tas itu tidak ditemukan. Bhila pun mencari di seluruh penjuru ruangan ini, hasilnya nihil. Beralih ke ruang makan, tas itu pun tak di temukan. Ia pun kembali ke ruang bermain.
Ada yang berbeda. Di sana berdirilah Zion dengan menyandang tas abu-abunya. Ditambah bibirnya yang dihiasi lipstik merah dan membentuk seperti senyum 'joker', penampilan cowok itu sebenarnya lucu, tetapi Bhila tak merasakan itu. Tatapan tajam pun ia berikan ke sosok Zion.
"Balikin tas gue!"
"Kalo gue nggak mau gimana?" Bhila menipiskan bibir, menahan kekesalan yang melanda.
"Jangan lo kekanak-kanakan lagi! Gue sangat nggak ingin punya masalah sama lo lagi!" ujar Bhila dengan berkacak pinggang. Zion tersenyum miring dan juga memiringkan kepalanya.
"Gue nggak akan begini kalo lo nggak memulainya! Lo pikir gue terima pas lo nggak ngikutin gue ke atap gedung?"
"Gue nggak sudi di perintah oleh orang kayak lo!" lancang Bhila. Tangan Zion yang tersembunyi di dalam kantong celana mengepal, menahan emosi. Kenapa diantara banyak cewek, hanya Bhila yang bisa membuatnya kesal dalam beberapa detik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl
Teen FictionZion Pradipta Wangsa. Lelaki tampan yang menjadi incaran semua cewek di sekolahnya. Mulai dari dedek gemez, kakel cantik, guru magang hot, sampai Mbak Afni penjual pecel ayam juga ikut kesem-sem. Tapi sayang, seperti orang banyak ketahui. Lelaki ta...