Ambisi 6

1.1K 73 16
                                    

"Sussssiiiiiii........."

"Ooo.... Ma bebep, Susssiiiii...."

Jreng! Jreng!

"Akang lope yuuuu!"

"Asek!"

"Ouououou!!!!!! Susssssi!!!"

Jreng! Jreng! Jreng!

"Sarang........... Huouououo!"

"Yea!"

"Sarang Burung!"

Plak!

"Salah bego!"

"Trus, apaan dong?"

"Sarang macan!"

"Hahahaha!"

Suara tawa membahan di seluruh penjuru kelas XI IPS 1. Konser dadakan Faroy bersama ukulelenya berakhir deraian tawa para kaum adam. Apalagi melihat wajah orang utama yang dinyanyikan memerah, membuat hampir semua orang juga ikut tertawa.

"Ucapin sarangheo aja salah, pake nama gue lagi yang dinyanyiin," omel tersangka yang bernama Susi.

"Ooo, sarangheo, Tong, yang benernya. Lo sih, ngasih kata kagak bener, marah kan, si SBY!" Faroy menepuk bahu Genta yang mengangguk-anggukan kepala dengan tampang sok polos. SBY adalah julukan Susi dari para lelaki kelas itu, Susi Banyak Yerawat. Ntah dari mana nama itu bisa muncul, yang pasti Susi tidak menyukainya.

"Gue baru tahu juga, Bol!" jawab Genta.

"Apaan sih, SBY, SBY. Nama gue itu Susi Bakty!"

"Nah, kan bisa dipendekin jadi SBY. Biar nggak kepanjangan nyebutnya, jadi hemat tenaga!" jawab Tino, si ketua kelas.

Nampak wajah Susi yang berjerawat semakin merengut, banyak kekesalan di sana. Tawa teman-temannya semakin terdengar melihat kekesalan Susi. Dengan emosi dia melempar Faroy yang terbahak dengan semua benda yang ada di atas mejanya.

Duk! Duk!

"Adaw! Sakit, uy! Adoh!" teriak kesakitan Faroy sambil menghindar.

"Mampus lo, rasain nih! Rasain! Dasar cebol nyebelin!" tawa kepuasan pecah di wajah Susi. Melihat kesakitan Faroy membuatnya senang. Tampaknya dia mendapatkan kesenangan baru.

"Adoh! Kok gue juga kena?" Genta ikut berteriak kesakitan. Susi tidak peduli dengan erang kesakitan dua orang itu malah semakin gencar melempar buku dan yang lainnya ke dua orang itu. Dan lagi, kelas kembali pecah.

Tapi tidak semua yang tertawa. Berada pada kursi paling pojok dekat jendela. Zion menopang kedua kakinya di atas meja dengan pandangan jauh menembus kaca. Pikirannya berkecamuk, membuatnya pening sesaat. Kejadian tadi malam masih terpikir. Ada rasa aneh pada dirinya. Yang tentu saja tidak ia kenali apa rasa itu.

Mark yang sadar kalau Zion aneh hari ini pun berhenti tertawa, diikuti Khafi. Mereka saling pandangan dengan tatapan bertanya, tapi dua-duanya sama-sama tidak tahu.

"Lo kemasukan teteh Kunti, Yon? Nggak papa, deh. Berarti saingan gue jadi cowok terpopuler berkurang," celetuk Kahfi sukses membuat Zion menoleh cepat.

"Apa yang lo bilang barusan?" tanya Zion dengan suara kesal. Khafi terkekeh lalu menepuk pelan punggung Zion.

"Udah balik lagi, Mark!"

"Weh, udah bisa jadi dukun pengusir setan lo, Fi!" ucapan takjub yang dibuat-buat oleh Mark. Zion mendecih.

"Kenape?" tanya Zion malas dengan tangan menggaruk belakang kepala.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang