Ambisi 17

1K 76 6
                                    

Maaf kalau ada typo, tolong dikoreksi ya. Enjoy guys 😉😇

------

Baru lima menit bell pulang berdering, seorang cowok berambut ikal dengan iris hitam telah berdiri tegap di depan mejanya dengan cengiran lebar yang mempesona. Dan itu tak berlaku buat Bhila. Ia hanya memandang datar lelaki itu dengan dahi mengkerut.

"Ngapain lo di sini?" tanya dingin Bhila sambil menyandang ransel. Naomi yang berada di sampingnya melambai ke lelaki itu sejenak dan kepada Bhila yang tentu saja tak dibalas oleh sang empu sebelum berlari kecil keluar kelas.

"Mau nganterin lo pulang. Kan gue bukan orang asing lagi, kemarin kita udah kenalan kan?" Lelaki itu menaik-naikkan kedua alisnya. Bhila mendesah lelah.

"Gak perlu. Gue bukan anak manja yang perlu di anter jemput atau apapun itu. Minggir!" usirnya ketus. Lelaki itu bergeming, tak memberi jalan sedikit pun buat Bhila. Emosi sudah perempuan berambut coklat ini.

"Gue nggak akan menyingkir sebelum lo terima ajakan gue. Titik!" Batu si lelaki. Mulut Bhila akan siap melontarkan kata-kata sadis sebelum sebuah suara berat menyelanya. Membuat perhatian semua orang terutama cewek beralih kepadanya. Berjalan layaknya model sambil bergaya pongah.

"Bhila pulang sama gue. Sana pergi, tadi udah diusirnya, kan?"

Banyak bisik-bisik tak mengenakkan hati mulai mencuat tentang Bhila. Mulai dari keirian mereka terhadap Bhila yang diperebutkan oleh dua cowok ganteng, berlanjut ke fitnah-fitnah yang mengatakan Bhila pake susuk dan segala macam kepada dua cowok ini. Dan Bhila hanya bisa mengumpat dalam hati mendengar berita busuk itu.

"Gue yang duluan ngajak dia! Main nyelonong aja lo!"

"Dia perginya sama gue, pulangnya juga sama gue, lah!"

"Gak bisa gitu, dong! Gantian!"

'Emang gue piala bergilir apa, pake gantian segala!' rutuk batin Bhila.

Mengabaikan pertikaian kecil dua sahabat itu. Bhila memilih mengelak dari sana dan mendapatkan kedamaian tanpa kehadiran dua cowok itu. Tersenyum lebar saat kakinya telah menginjak luar gedung. Tinggal beberapa meter lagi gerbang akan ia lewati. Dengan semangat ia mulai berjalan cepat. Harapan hanya tinggal harapan. Tinggal setengah meter lagi menuju luar gerbang, teriakan dua cowok itu menjadi alunan musik horor di telinganya. Langsung saja ia merubah langkahnya yang tadi cuma jalan sekarang menjadi larian.

Dengan cepat ia berlarian di trotoar. Menyelip sana menyelip sini, kadang hampir menabrak pejalan kaki lainnya. Sungguh adrenalinnya sangat cepat sekarang. Memberi sensasi senang yang aneh di dada. Hingga ia berbelok menuju gang yang biasa ia lewati. Sebuah badan besar ia tabrak hingga membuat mereka jatuh ke tanah. Bhila sedikit berguling ke samping sedangkan punggung sang korban harus merasakan tanah menghantam tubuh. Bhila meringis pelan saat sadar siku, telapak tangan, dan lututnya sedikit lecet dan mengeluarkan darah. Namun tak terlalu sakit baginya.

"Lo nggak papa, kan?" Suara familiar itu membuatnya mendongak. Menemukan sosok Leon yang ternyata menjadi korban tabrakan tadi.

"Gue nggak papa, kok. Eh, lo gimana Kak?" balasnya sembari berdiri di tolong Leon.

"Fine, gak ada yang lecet. Tapi lo kayaknya iya tuh!" Bhila melirik beberapa daerah tubuhnya yang lecet.

"Oh, ini gak sakit kok. Kasih betadine aja ntar." Leon mengangguk-anguk.

"Tapi kenapa lo lari? Dikejar anjing?" tanya Leon. Bhila menepuk pakaiannya yang kotor dan menjawab.

"Tadi gue dikejar Zion sama Mark. Eh? Mampus gue kok bisa lupa, sih!" Dahi Leon semakin mengkerut melihat reaksi Bhila.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang