Ambisi 14 ✅

1K 65 7
                                    

Ini juga gak ada perubahan. Maaf kalau ada typo, Enjoy guys 😉

-----

"Hay Beb! Lama nunggunya?" sapa seorang gadis berambut keriting dengan wajah berseri kepada seorang lelaki. Orang yang disapa pun mengangkat wajah yang semula berpaku pada ponsel. Menyunggingkan senyum menawan kepada sang kekasih.

"Kalau untuk kamu, sampai beribu tahun pun akan aku tunggu," ujar lelaki itu sembari mengedipkan mata genit. Gadis tadi mengernyit jijik dan mendorong wajah lelaki itu dengan telapak tangannya.

"Gombal receh ala Kahfi-nya kambuh, salah apa gue bisa pacaran sama cowok ini!" rutuk gadis itu pelan. Khafi yang mendengar itu tergelak kecil, menjulurkan tangannya, ia pun mengacak rambut depan sang gadis.

"Salahnya cuma satu. Nona Naomi telah terjerat sama pesona Tuan Khafi." Gadis yang dipanggil Naomi itu mendengus.

"Yang ada kamunya yang ngebet dapetin aku!"

"Dan kamunya malah ikut suka kan sama aku?"

Naomi membuang muka lalu menyeruput minuman yang telah dipesankan Khafi. Menutupi sebercak rona merah yang menghiasi pipinya.

"Sayang? Kamu blushing, ya?" Khafi menggoda Naomi dengan memainkan sejumput rambut keritingnya. Gadis itu tak mengindahkan itu sama sekali.

"Blushing karena pacar sendiri wajar kali. Kecuali kalau karna cowok lain. Ngajak perang dunia ketiga itu!"

Naomi tersenyum kecil dan masih membuang muka.

"Sayang! Jangan ngerajuk kayak ginilah! Kita udah seminggu nggak ketemuan, kamu nggak kangen apa? Kalau aku sih rindu, bukan kangen." Naomi menoleh saat Khafi menyebutkan itu.

"Emang apa bedanya Rindu sama Kangen?"

Khafi tersenyum lebar saat pancingannya termakan. Ia menaikkan sebelah alis dan menatap Naomi dengan jenaka.

"Yakin mau tahu?"

Naomi mengangguk polos dengan mata menuntut penjelasan.

"Kalau aku kangen, aku inginnya cuma liat wajah kamu doang. Kalau aku rindu, aku inginnya meluk kamu," gombal kesekian kalinya dari Khafi. Naomi memajukan bibirnya cemberut. Kepalanya tertunduk menyembunyikan senyuman manis dari Khafi. Tak elak, seberapa aneh dan alay-nya gombalan Kahfi, dirinya pasti tersipu setelahnya. Karena inilah Naomi menyukai lelaki ini.

"Gombal lagi! Emang kamu pikir aku kenyang sama gombalan?" kode Naomi sesaat menegakkan kepala.

"Oh, kamu laper. Ngomong dong, jangan kode-kodean gitu! Mbak!" Khafi memanggil salah satu pelayan dan menyebutkan makanan pesanan mereka. Naomi tidak perlu memilih karena ia membiarkan Khafi yang memilih menu.

"Silakan ditunggu ya, Mbak, Mas!" Sedikit melirik dengan mata memuja pada Khafi, pelayan itu pun pergi sambil cengengesan. Naomi yang menyadari itu menatap tajam Khafi.

"Apa?" tanya Khafi kebingungan.

"Jangan tebar pesona mulu, emang kamu kira kamu ganteng apa?" sewot Naomi. Khafi ternganga lebar.

"Lah? Siapa yang tebar pesona, sih? Sumpah aku nggak goda pelayan tadi, suer deh sayang!" jelas Khafi cepat. Naomi bersedekap layaknya orang merajuk dan membuang muka dengan cara yang menurut Kahfi menggemaskan. Mati-matian Kahfi menahan tangannya untuk tidak menarik pipi Naomi.

"Beb, aku seriusan. Aku kan cuma tebar pesona sama kamu, karna cuma kamu yang boleh terjerat pesona aku."

Naomi masih merajuk. Gombalan kali ini tak mempan. Khafi menghela nafas lelah. Jika Khafi adalah penggombal ulung, maka Naomi adalah kekasih yang suka merajuk tanpa sebab. Terkadang Khafi sampai hilang akal untuk membujuk kekasihnya ini. Seperti sekarang contohnya.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang