Ambisi 7

1K 74 16
                                    

Kejadian siang ini begitu menggemparkn seisi SMA Taruna. Banyak mulut yang membicarakan berita mengejutkan itu, mulai dari siswanya, satpam, pedagang kantin, cleaning service, kucing liar peliharaan sekolah, sampai bibir ibu-ibu guru ikut berkoar.

Bagaimana tidak. Mereka semua melihat secara langsung sepasang anak adam berbeda gender memasuki satu mobil di waktu yang sama. Dan perlu diketahui jika dua insan itu tak pernah absen untuk bersitegang. Hubungan dua manusia itu tidak pernah adem ayem.

Tapi sekarang lihatlah. Mereka dengan tenang memasuki mobil tanpa ada adu mulut yang selalu menjadi perhatian menarik untuk warga sekolah. Tapi kejadian kali ini pun masih tetap menjadi top trending topic berita hot seputar SMA Taruna.

Mobil yang dinaiki dua insan itu pun meninggalkan pelataran sekolah. Berjalan lembut memasuki padatnya jalan raya. Sang pengemudi melirik gadis di sampingnya sekilas. Jelas sekali kekesalan disana. Lelaki itu angkat bahu lalu fokus kembali ke jalanan padat.

"Apa salahnya, sih, lo ngasih alamat lo ke gue! Risih gue diliatin mulu," Bibir sang gadis bersuara. Pemuda bename tag Zion Pradipta Wangsa itu menghela nafas.

"Kompleks rumah gue itu agak berbelit belit jalannya. Gue takutnya lo nyasar. Apalagi gue yakin lo belum pernah masuk ke komplek itu, yakin lo bakal tahu jalan?" jelas Zion. Bhila bersidekap.

"Kan gue bisa tanya-tanya, elah. Kayak nggak ada cara lain aja!"

"Lingkungan kompleks itu masih belum rame, banyak rumah yang hanya jadi pajangan doang. Yang huni kagak ada, trus kalo ada yang huni juga kagak ada yang mau keluar. Sepi jalanan komplek itu. Percaya deh sama gue!"

"Alah! Itu alasan lo doang, kan!" ujar ketidak percayaan Bhila. Zion mengacak rambut sambil berdecak.

"Lo pikir gue juga mau semobil ama lo? Ya, kagak lah! Jatuh pamor gue dekat ama lo, cewek cupu juga!" Bhila mengabaikan kata itu dengan membuang muka ke kiri, menampakkan bayangan cepat akibat laju mobil.

"Lo bakal tahu jawabannya pas masuk gerbang kompleks." Bhila tak menjawab lagi. Setelah beberapa menit, gadis itu pun kembali bersuara.

"Kenapa harus gue yang lo pilih jadi guru les adek lo? Kan yang lebih bagus dari gue banyak," kejanggalan ajakan Zion diutarakannya. Mobil berbelok, kemudian lelaki itu pun menjawabnya.

"Udah, tapi sayang, nggak ada yang berhasil buat adek gue paham. Pas les dia nggak bisa diam, hiperaktif banget lah. Udah di kasih buku yang isinya gambar semua pun dia masih belum paham. Pokoknya nggak ada yang berhasil buat adek gue paham!" Bhila mengangguk mengerti.

"Trus, kenapa lo pilih gue?"

"Hmm, kenapa, ya?" Bhila menunggu jawaban dari cowok itu.

"Insting, kah? Ntah lah, gue juga kagak tahu."

"Atau lo pilih gue karena rasa bersalah lo itu?"

"Itu juga, sih. Tapi gue yakin aja lo bisa ngajerin adek gue."

"Huh, aneh lo."

"Eh, udah syukur gue kasih lo pekerjaan. Jangan malah caci gue, kampret!" sentak Zion.

"Bayaran gue berapa?" tidak mengindahkan sentakan tadi, Bhila bertanya kembali.

"Satu juta."

"Satu juta? Hmm, lumayan lah." Bhila sedikit puas.

"Per minggu." lanjut Zion.

"Hah?" Bhila terperangah mendengar lanjutan itu. Ia menerjap lalu kembali bertanya untuk memastikan, "Lo serius?"

"Iya, guru les sebelumnya juga dibayar segitu," jawaban santai itu sontak membuat Bhila ternganga. Jika dihitung, gajinya perbulan adalah empat juta. Dan itu lebih besar lima kali dari gajinya sebelumnya.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang