Ambisi 13 ✅

1K 67 0
                                    

Part ini gak ada perubahan banget. Cuma perbaikan kata doang. Maap kalau ada typo, meet baca 😇

---

Zion memandang malas guru Matematika di depan kelas. Berceloteh saraya mencoreng papan tulis dengan sederet angka yang membuatnya mual. Sebagian murid mungkin catatannya sudah habis beberapa lembar karena coretan, namun buku catatan Zion malah bersih kinclong tanpa noda, persis iklan sabun cuci piring.

"Hoooaaaammmmm!" Faroy menguap lebar dengan kepala menunduk. Cowok cebol itu menerjapkan matanya yang berair lalu bersandar pada bahu Genta.

"Hah, enak bener gue punya bantal empuk pribadi," celetuk cowok itu dengan tersenyum lebar dan hidung yang kembang kempis. Genta tak menjawab. Cowok itu hanya menopang dagu menatap buku cetak yang terbuka lebar di atas meja. Faroy mengernyit lalu memperhatikan baik-baik lelaki bertubuh gempal itu.

"Anjir, gue baru inget nih anak bisa tidur pake mata terbuka!" ujarnya kesal. Faroy menggidikkan bahu lalu kembali bersandar pada Genta.

"Ada kecoa terbang!" teriak pelan Mark sambil mendorong punggung Genta dari bangku belakang.

"HUA! HUAAAAAA! KECOA TERBANG! EMAK TOLONG DEDEK! HUAAA!" pekik heboh Genta yang langsung terjaga. Seketika para cewek yang mendengar itu ikut berteriak histeris, begitupun Bu Asri. Bahkan guru itu naik meja saking takutnya dengan kecoak. Faroy yang tadinya bersandar pada Genta terlonjak hebat dan terhempas kuat ke samping, sampai ia jatuh dari kursinya dan mencium ubin kelas.

"Huaaa! Mana? Mana? Huaa Mama!"

"Kyaaa! Kecoak terbang!" teriak maha dahsyat Bu Asri.

"Mami!"

"Huaaaahuaahuaaahuaaaa!"

Mark, Zion, dan Khafi tertawa terbahak-bahak di bangku paling belakang. Zion memukul meja saking ngakaknya, Mark memegang perutnya yang keram, dan Khafi malah kehabisan nafas lantaran tertawa terlalu besar. Para murid cowok lainnya ada yang ikut tertawa ada yang celingak celinguk bingung. Suasana kelas itu langsung berubah drastis.

"Tenang! Tenang! Kecoanya udah keluar, kok. Jadi jangan pada takut lagi," seru Zion layaknya pahlawan setelah puas tertawa.

"Yakin kamu Zion, beneran keluar kecoaknya, kan?" tanya Bu Asri yang tak percaya.

"Iya, Bu Asri. Suer deh!" jawab Zion dengan gaya menjanjikan. Semua pun kembali duduk di kursi kembali dan menatap Bu Asri yang susah payah turun dari meja dengan tubuh besarnya itu.

"Huft, mari kita lanjutkan-"

Kringgg!

Ucapan Bu Asri terpotong oleh bunyi bell istirahat. Sontak semua murid membereskan meja walaupun tahu gurunya masih berdiri di depan kelas.

"Banzai!" sorak kesenangan dari Faroy. Semua mata serempak melototinya.

"Hmm, kamu senang banget, ya Faroy? Mau bantu ibu nggak?" Faroy menjadi lesu seketika, ia tidak sadar kalau Bu Asri masih di kelas.

"Aduh Bu, perut saya mules nih, mau bongkar!" alasan Faroy dengan wajah mengkerut.

Puuuttttt~

"Anjir! Jangan lepas bom di sinilah, Bol!" Seolah mendalami peran, Faroy beneran kentut dan membuat semua penghuni kelas berhamburan keluar kelas tanpa berpamitan pada Bu Asri.

"Maap Bu!" sesal Faroy yang langsung melesat keluar kelas juga.

"Eh, kamu Zion! Bantu ibu! Bawa buku latihan ini ke meja ibu, oke?" perintah Bu Asri. Zion ingin buka suara mengeluarkan alasan tapi sayang, guru itu telah berlalu cepat tanpa mendengarnya.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang