Bagian awal Oe tambah, selebihnya sama. Maaf kalau ada typo 😅, met baca!
_____
"Gue sama sekali nggak pacaran sama anak mami itu! Nggak akan pernah!" Tekan Bhila dengan wajah keras. Leon hanya mengangguk-anguk sambil dengan lahap menyambar suapan bakso ke dalam mulutnya.
"Lo denger gue nggak, sih?" Bhila mulai jengkel denggan sikap santai Leon. Mengambil tisu lalu mengelapnya di bibir, Zion meneguk teh botolnya hingga tandas sebelum berujar.
"Dengerlah. Dan gue percaya kalau lo nggak pacaran sama Zion. Tipe playboy anak mami gitu kagak mungkin masuk tipe lo," ungkap Leon serius. Bhila menghembuskan nafas lega kemudian kembali menyuap baksonya.
"Syukurlah kalo lo percaya."
"Eh, tapi kenapa lo bisa bareng dia tadi? Habis kencan?" Leon memainkan alisnya sambil menatap penuh kerlingan nakal ke Bhila yang melotot.
"Kan tadi gue udah bilang-"
"Canda! Hehehe," kekeh Leon. Bhila mendengus kecil.
"Tapi gue serius tanya lo kok bisa barengan sama dia tadi?" Bhila menelan cepat sisa makanannya lalu mengalirkan kisah dirinya yang terjebak dengan mengajar adik Zion dengan lancar tanpa keraguan. Kecuali tentang foto di klub, ia tak menceritakannya.
"Jadi, tadi dia disuruh nganterin lo pulang tapi tahunya dia malah nelantarin lo buat pergi kencan? Makanya kalian berantem kayak sepasang kekasih tadi?" Tanpa merasa malu, Leon menusuk satu bakso Bhila dan melahapnya. Namun entah kenapa Bhila malah tak merasa keberatan.
Kebingungan pun melandanya. Kenapa ia bisa senyaman dan sesantai ini pada orang asing. Padahal dirinya bukanlah tipe cewek seperti ini. Bahkan ia bisa menceritakan kekesalannya pada Zion di hadapan Leon tanpa takut. Batinnya serta otaknya merasa tak perlu cemas dengan kakak kelasnya ini. Dan dirinya tak tahu kenapa.
"Kami bukan sepasang kekasih!" sebal Bhila. Bahkan ia bisa berekspresi penuh dihadapkan Leon, sungguh menakjubkan. Dan ia merasa nyaman.
"Iya, iya. Udah beribu kali lo ngomong itu. Lo tau gak? Rumah gue itu tepat di depan rumah Zion. Kemarin gue sempat liat lo masuk rumah itu, agak penasaran kenapa. Gue pikir kalian pacaran. Eh, tahunya malah jadi guru les Deon," jelas Leon.
"Rumah lo di seberang rumah Zion?" Leon manikkan alis pertanda 'iya'.
"Udah selesai makannya?" Bhila mengangguk.
"Yuk, gue anter pulang. Sejam lagi gue mau futsal, nih!" Dan tanpa ada terbesit penolakan. Bhila mengikuti langkah lelaki bermanik coklat itu untuk mengantarnya ke rumah.
💢💢💢
"Ibu?"
Tok! Tok! Tok!
"Ibuk?" panggil Bhila di depan pintu sang Ibu. Sudah berkali-kali ia memanggil wanita yang telah melahirkannya itu, namun tiada mendapat jawaban.
Cara terakhir pun ia lakukan dengan membuka pintu itu sendiri. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Langsung saja ia membuka pintu lebih lebar dan menemukan kamar itu kosong. Bahkan udara di sana dingin menandakan tidak ada yang menghuni kamar ini semalaman.
"Ibu nggak pulang lagi," bisik Bhila lesu. Bukan hal yang asing melihat ketiadaan raga sang Ibu di rumah ini. Hal ini telah sering terjadi, dan Bhila tak terkejut lagi. Ia kembali menutup pintu, kemudian dengan cepat menyambar tas sekolahnya dari meja makan yang sudah lapuk dan menuju pintu keluar. Bhila baru saja berbalik dari mengunci pintu ketika melihat sosok cowok dengan seragam yang sama dengannya berdiri tepat di tepi jalan. Cowok itu bersandar pada pintu mobil mewahnya -yang Bhila sendiri tidak tahu mereknya- dengan tangan bersedekap dan mata menyapanya lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambitious Girl
Teen FictionZion Pradipta Wangsa. Lelaki tampan yang menjadi incaran semua cewek di sekolahnya. Mulai dari dedek gemez, kakel cantik, guru magang hot, sampai Mbak Afni penjual pecel ayam juga ikut kesem-sem. Tapi sayang, seperti orang banyak ketahui. Lelaki ta...