Ambisi 20

2.1K 112 40
                                    

Maap kalau ada typo, mohon dikoreksi yak 😇
Enjoy guys

————————

"Ehem! Kabarnya nih ye, si cowok playboy yang kita anggap temen ntu, udah mulai beraksi menjebak mangsanya, nih!" Suara cempreng Faroy menyambut kedatangan Zion pagi ini. Faroy melirik-lirik Zion sambil bersikap seolah berbisik pada Genta yang lahap memakan roti kemasan. Zion menembakkan tatapan yang seolah akan membunuh Faroy saat ini juga. Oh Ayolah, ini masih pagi dan si cebol itu sudah menggodanya. Itu sangat menjengkelkan kau tahu.

"Hmm, gue terawang si playboy itu bakal ditolak mentah-mentah sama targetnya. Singa betina dijadiin target, ya kagak mungkinlah." Genta menambahkan.

Dengan kasar Zion melemparkan tasnya pada dua orang itu. Seketika dua sobatnya itu tertawa terbahak setelah berhasil menyiptakan kerutan kesal pada wajah Zion yang sering dipuja itu.

"Mau gue permak muka kagak laku lo pada, hah?" ancam Zion seraya mendudukkan diri di meja depan Faroy dan Genta. Kedua tangannya bersikap seolah bersiap untuk memukul. Dua cowok itu mengangkat tangan tanda menyerah dengan wajah menyengir.

"Ampun, bosqu! Janganlah kek gitu, jadi tambah gak laku muka kami ini ntar," ujar Genta lalu melahap kembali roti ke empatnya.

"Abis, sih. Lo udah jadi buah bibir pagi-pagi gini. Tau sendiri gue suka ngeghiba. Apa lagi kalo yang dighibain itu elu, beh beragam cerita yang gue dapet! Mulai dari lo hamilin kucing sekolah, pacarin Mbak kunti penghuni pohon mangga belakang sekolah, sampai kabar lo suka joget pas kencing juga gue denger."

Plak!

"Issh... " ringis Faroy, tangannya mengelus kepalanya yang baru saja dipukul Zion pakai buku.

"Njir, ngaur lo kuda mexico! Masa gue hamilin kucing! Kalau ngeghibah yang masuk akal dikit napa!" sembur Zion dengan mata melotot marah pada Faroy.

"Lah, kok gue yang lo marahin. Salahin tuh para fans gila lo! Kampretlah!" balas Faroy menggunakan suara menggelegarnya. Sepersekian detik setelahnya lelaki berkumis itu terdiam sembari menelan air ludah susah payah. Tatapan para cewek kelas ini menghunus matanya telak. Kengerian pun melingkupinya, pilihan yang salah menghujat sebuah komunitas.

"Alah, itu bualan lo doang, mah! Gue percaya sama fans gue, kagak mungkin mereka gunjingin gue kek gitu."

Syukur Zion berkata seperti itu. Tatapan tajam tadi pun telah lenyap bergantikan oleh pekikan kecil dari mereka. Faroy mendesah lega. Nyawanya selamat untuk saat ini.

"Weh, para babu gue udah pada ngumpul. Lagi pada nungguin gue, yah?" Khafi pun datang dengan segala kepercayaan dirinya yang selangit. Di belakangnya ada Mark yang mendengus sebal lalu menggeplak tengkuk Kahfi hingga lelaki itu mengaduh. Tiga cowok yang duduk santai pun terbahak dibuatnya.

"Sakit, oy!"

"Pala lo perlu dipukul dikit biar agak waras," jawab Mark dengan cengiran kecil.

"Sialan lo!" umpat Kahfi lalu berlalu ke bangku. Mark tertawa pelan dan ikut bergabung.

"Kayaknya gue udah ketinggalan jauh sama lo. Udah sampai mana perkembangan hubungan lo sama Bhila?" Mark pun bertanya pada Zion. Ditanya hal itu menyurutkan tawa Zion seketika, digantikan oleh seringai kecil.

"Hehe, bau-bau ada yang jealous, nih!" Faroy menimpali itu dengan godaan.

"Diem lu ayam arab!" sentak Mark. Faroy mencurutkan bibir lalu beralih ke Genta.

"Hubungan gue sama Bhila gak ada kemajuan, kok. Masih jalan di tempat. Tapi gue yakin, dalam waktu dekat dia pasti akan jatuh cinta sama gue," ujar Zion pongah. Mark memutar bola mata malas.

Ambitious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang