Part ini sudah aku revisi, ada sebagian yang berubah. Termasuk nama. Aku ganti nama Aurbey jadi Avka biar lebih singkat😂
Selamat Membaca!
-------------------------
Tiga tahun sudah berlalu semenjak kejadian itu, dimana hari yang Harry lewati terasa berbeda dari sebelumnya. Hidupnya hanya diisi oleh tawa dan celotehan kedua anaknya, tidak ada lagi suara Tifanny yang selalu membuatnya bangun dipagi hari, tidak ada lagi senyuman manis yang menyambutnya dipagi hari. Semuanya terasa berbeda atau bahkan sangat berbeda.
Kini ia bertahan hanya karena kedua anaknya yang masih balita, menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus hanya untuk anak-anaknya. Ia mengerjakan semuanya, mengurus anak, memasak, mencuci piring dan bekerja. Itu semua bisa membuat perhatiannya tidak berpusat terus menerus pada sosok Tifanny yang nyata nya sudah tiada.
Ia pun kini memilih tinggal di apartment bersama Aaron dan Emily, meninggalkan rumah kedua orang tua nya yang menyimpan sejuta kenangan tentang Tifanny. Bukan! Dia bukan ingin melupakan kenangan tentang Tifanny karena ia tahu bahwa semua kenangan itu juga tersimpan disebuah ruang yang ada didalam hati dan pikirannya dan tidak mungkin untuk dihapus. Ia hanya ingin menjauh agar dia mampu meneruskan hidupnya tanpa kesedihan mendalam, namun nyata nya walau pun ia pergi jauh dari sana. Ia tak akan pernah menemukan seseorang yang lebih baik dari Tifanny. Bukan sosoknya namun cara mencintainya. Hanya Tifanny yang tahu bagaimana cara mencintai dirinya.
"Dad, Aunty Avka datang" suara kecil Aaron membuat lamunan Harry tentang Tifanny terpecah, pria itu menoleh pada Aaron yang kini menatapnya dengan wajah masam. Tentu saja! Anak itu tidak begitu menyukai Avka, wanita pilihan Anne untuk Harry. Walau pun sudah cukup lama mereka ditunangankan namun Harry belum ingin menikahi Avka karena belum ada perasaan apapun untuk wanita itu didalam hatinya. Sekecil apapun itu.
"Katakan padanya, Dad akan segera datang. Oh ya. Dimana adikmu?" tanya Harry pada anaknya yang kini hampir berusia 5 tahun itu.
"Dia sedang bermain dikamar Dad" setelah itu Aaron pergi dari sana, Harry berjalan menuju lemarinya dan menarik kaosnya, pandangannya terjatuh pada dress ketat berwarna biru tua. Harry tersenyum kecut saat mengingat kapan Tifanny merengek meminta dibelikan Dress yang tidak muat ditubuhnya.
"Jika saja kau masih ada, aku yakin kau akan menggunakan dress ini karena kau telah melahirkan anak kita" gumamnya, ia memeluk dress itu erat, seakan sedang memeluk Tifanny. Wanita yang begitu ia rindukan, sosok, suara dan sentuhannya.
Harry memutuskan menyimpan Dress itu kembali agar air matanya tak kembali jatuh, ia berjalan keluar dari kamar dan menemui Avka. Wanita yang menurutnya menyebalkan, Harry terkadang bingung. Mengapa Anne memilih wanita seperti Avka untuk dirinya. Ia tahu bahwa Anne memikirkan cucu nya yang membutuhkan kasih sayang dari seorang wanita, namun mengapa harus wanita seperti Avka?
"Hey Harry" sapa Avka saat dirinya sudah sampai keruang tamu untuk menemui Avka, Harry hanya menatap datar wanita itu.
"Ada apa?" tanyanya padahal dia sudah tahu apa tujuan wanita itu kemari, jika bukan minta ditemani kesalon pasti ia akan meminta ditemani untuk berbelanja di mall berjam-jam lamanya.
"Aku ingin mengajakmu berbelanja Harry, kau mau kan?" See? Tebakan Harry selalu benar tentang wanita pemboros yang sedang ada didepannya ini.
"Kenapa harus aku? Bukan kah kau memiliki teman, maaf Avka. Hari ini adalah hari libur dimana aku tidak akan keluar apartment, aku akan menghabiskan waktu ku bersama anak-anakku. Akhir-akhir ini aku jarang menemui mereka" ucap Harry, memang benar jika beberapa hari ini dia sibuk dikantor jadi jarang bersama anak-anaknya karena Aaron dan Emily terkadang pergi kerumah Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!