Typo Everywhere!
--------------------------------Harry Pov-
Aku mengusap sudut mataku yang sudah mengeluarkan air mata, mengabaikan tepukan tangan dari semua orang. Aku menunduk.
Entah mengapa aku menjadi pria cengeng hanya karena melihat Dann mencium wanita-ku.
"Ayo turun" Liam membuka suara, kami pun bangkit dan menuruni panggung.
Aku langsung berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahku agar lebih segar, aku menatap pantulan diriku dikaca. Pria menyedihkan yang menangis hanya karena wanita-nya dicium, ya. Aku terlihat seperti itu sekarang.
"Sial!" aku mengumpat sambil menendang tembok di dekatku, aku rasanya ingin mencekik seseorang sekarang.
"Kenapa kau berdiam disitu?" aku menengok pada sumber suara, Liam berdiri di ambang pintu dengan melipat tangan didada.
"Ayolah, Harry. Kau ini seorang pria, jangan mudah menyerah hanya karena Dann menciumnya. Kau tahu dan melihat sendiri bukan? Jika Rebecca sama sekali tak menbalas ciumannya dan apa kau tahu artinya apa?"
Aku mengangkat bahuku.
"Ck! Itu artinya dia sama sekali tak tertarik pada Dann"
Tidak masuk akal! Tapi.....iya juga sih.
"Ayo keluar dari situ, sedari tadi aku melihat seorang wanita mengawasi toilet pria sebelum aku datang. Bisa saja dia akan memperkosa mu disini" tuturnya membuatku kesal namun aku mengabaikannya.
-------------------
-Author Pov-
Rebecca duduk disebuah kursi yang berada dipojokan ruangan, dia sengaja memilih duduk disana agar Dann tak melihatnya. Jujur saja, setelah Dann menciumnya secara tiba-tiba tadi. Ia jadi merasa canggung dan jangan lupakan bahwa wanita itu masih kesal lantaran ke lancangan Dann saat itu. Dia mulai berpikir bahwa sebaiknya ia menjauhi Dann.
Ia masih ingat jelas bagaimana tatapan marah dan kecewa dari Harry yang ditujukan untuknya, selama ini dia selalu menerka-nerka tentang sifat Harry padanya serta Olivia. Apa benar yang dikatakan teman-temannya bahwa Harry memiliki perasaan khusus padanya.
Namun malam ini dia sudah melihat dengan jelas bahwa yang dikatakan mereka adalah benar, tatapan Harry mengisyaratkan itu.
Mulai jengah duduk sendirian, akhirnya Rebecca memilih untuk pergi ketoilet untuk memperbaiki riasan wajahnya.
Sepi....
Itulah yang dirasakannya saat memasuki area itu, tak ada suara apapun entah itu dari toilet pria mau pun wanita. Rebecca menunduk sambil mencengkram kuat gaunnya melawan ketakutannya, rasanya ia seperti berada dalam film horor.
Bughh
Rebecca mengusap keningnya yang terbentur lalu mendongak dan mendapati Harry yang juga mematung melihat dirinya.
"Ma--mmfftt"
Harry langsung membungkam bibir Rebecca dengan bibirnya, mencium wanita itu penuh kelembutan. Menyalurkan semua rasa rindunya pada wanita itu, rasa sakit hatinya dan segela perasaannya selama ini. Ia ingin Rebecca sadar bahwa disini ada dirinya yang sangat mencintainya, ia ingin wanita itu sadar bahwa disini ada dirinya yang siap melakukan apapun demi kebahagiaannya.
-Harry Pov-
Aku terus melumat bibir Rebecca walau pun tanpa balasan sama sekali, aku tersenyum dibalik lumatanku saat kurasakan tangan Rebecca mengalung pada leherku dan perlahan membalas ciumanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!